JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta (FKM UMJ) Prodi Kesehatan Lingkungan menyelenggarakan Webinar Nasional yang bertajuk “Dampak Perubahan Iklim Terhadap Penyakit DBD, Apakah Menjadi Tantangan Kesehatan Global”, Pada Ahad (24/07/2022). Acara ini diadakan secara daring melalui Zoom Meeting dengan menghadirkan beberapa narasumber yaitu dr. Tiffany Tiara Pakasi, MA., Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.K.M. Kes., Prof. Dr. R. Budi Haryanto, SKM.M.KES M.SC., dan Robi Deslia Waldi SHut, MSi.
Seminar nasional yang dilaksanakan secara daring ini turut dihadiri oleh Dekan FKM UMJ, Dr. Andriyani, M.Kes., Wakil Dekan I, Dr. Munaya Fauziah, SKM, M.Kes., Wakil Dekan II, Dr. Triana Srisantyorini, SKM, M.Kes., Wakil Dekan III & IV, Dr. Suherman., Ketua IKALUM FKM, Dr. Slamet Riyadi, SKM, MKK., Dosen, civitas akademika di lingkungan UMJ, dan masyarakat umum.
Dalam sambutannya, Dr. Andriyani, M.Kes, yang sekaligus membuka kegiatan webinar nasional menuturkan bahwa, peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terjadi di saat musim penghujan tiba. Kemenkes RI mencatat pada tahun 2022 jumlah kumulatif kasus DBD sampai dengan minggu ke-2 terdapat 45-87 kasus, sementara itu jumlah kasus kematian akibat DBD mencapai 432 kasus.
Perubahan iklim diduga memainkan peranan penting terhadap jumlah peningkatan kasus DBD. Resiko perubahan iklim terhadap kesehatan diperkirakan akan meningkat, hal itu dikarenakan suhu memainkan peranan penting dalam perkembangan umur, reproduksi, dan transmisi virus nyamuk. Situasi ini merupakan ancaman global termasuk Indonesia. Sebagai negara tropis, hal ini menunjukan bahwa Indonesia mudah terpengaruh oleh perubahan iklim.
Pada kesempatan yang sama, Ketua pelaksana webinar nasisonal FKM UMJ, Adipatra Kenaro Wicaksana, menyampaikan bahwa dampak perubahan iklim menjadi perbincangan masyarakat saat-saat ini. DBD memiliki korelasi dengan perubahan iklim. Perubahan iklim bisa menyebabkan curah hujan tinggi dan musim hujan berkepanjangan, kondisi ini ideal untuk nyamuk penyebab DBD berkembang biak. DBD termasuk kedalam penyakit yang memiliki prevalensi tinggi, untuk itu perlu juga mendapatkan perhatian lebih lanjut, tidak hanya kasus penyebaran Covid-19.
Dalam pembukaan materi oleh Keynote Speech, dr.Tiffany Tiara Pakasi, MA, ia menyampaikan materi pencegahan dan pengendalian penyakit demam berdarah dengeu (DBD) di masa perubahan iklim. Di dalam materi tersebut, tiffany menjelaskan beberapa hal yakni perjalanan penyakit dengue, perubahan iklim dan dengue, strategi, situasi, upaya, komitmen, dan peluang.
Kemudian, kegiatan webinar dilanjutkan dengan penyampaian materi pertama oleh Arif Sumatri, Ketua Umum PP Hakli dan Komite Ahli PMKL Kemenkes RI, menyampaikan materi tentang hubungan perubahan iklim dan penyakit DBD,
“Perubahan iklim sudah menjadi salah satu isu strategis, salah satu isu strategis PEPRES No. 59 Tahun 2017 dalam kaitan komitmen global adalah perubahan iklim, baik diantaranya pandemi yang sekarang memasuki tahap peralihan, termasuk juga bonus demografi”, ucap Arif.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan materi ke dua dan tiga oleh Budi Hayanto, Guru Besar Bidang Kesehatan Lingkungan FKM UI (Climate Change: Health Impacts & Actions) dan Robi Deslia, Redaksi forest digest (Mahasiswa Bisa Apa Dalam Mengurangi Climate Change). (FZ/KSU).