MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Wakil Ketua Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Achmad Jainuri memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Ma’had Al Birr Unismuh Makassar.
Acara ilmiah ini dihelat di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Unismuh Makassar, Selasa, 26 Juli 2022.
Di sela-sela kunjungan kerjanya di Sulsel, Guru Besar Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) sempat memberikan kuliah tamu di hadapan wisudawan binaan Ma’had Al-Birr Unismuh Makassar di Aula Fakuktas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unismuh.
Prof Achmad Jainuri yang didampingi Direktur Pascasarjana Unismuh Prof Dr H. Irwan Akib, M.Pd yang juga adalah pengurus Diktilitbang PP Muhammadiyah sebelum memberikan kuliah tamu, diterima oleh Rektor Unismuh, Prof Dr H Ambo Asse, M.Ag di ruang kerja rektor, lantai 17 Gedung Iqra Kampus Unismuh.
Acara kuliah tamu dipandu Dekan Fakultas Agama Islam Unismuh Dr Amirah Mawardi.
Hadir Wakil Rektor IV, Drs KH Mawardi Pewangi, M.Pd.I, seluruh wakil dekan FAI, Direktur Ma’had Al-Birr, H.Lukman Andul Sad, Lc, Direktur PUTM, Dr KH Abbas Baco Miro, Lc, Kepala Pengelola Pesmadina Unismuh, Sitti Chaerani Djaya, M.Pd serta dosen dan pembina Ma’had Al-Birr Unismuh.
Guru Besar Umsida, Prof Achmad Jainuri, menjelaskan berbagai problem yang muncul di dunia Islam diawal abad ke 20 dan juga soal modernisasi di dunia muslim saat ini.
Dikatakan Islam itu adalah agama Rahmatan Lil- Al- Amin yang bersifat universal memiliki makna yang sangat luas. Menurutnya, paham ini banyak tidak disetujui terutama yang non muslim.
“Mereka berpikir agama itu hanya bersifat ritual, padahal dalam ajaran Islam itu juga membahas berbagai aspek kehidupan, sosial, politik, ekonomi dan budaya,” ungkap Jainuri.
Ia menambahkan bahwa konsep pendidikan dari barat seperti SKS sebetulnya diambil dari Islam. “Juga konsep negara federal itu diambil dari islam,” ujarnya.
Dikatakannya, peran Muhammadiyah dalam gerakannya telah banyak membawa perubahan umat baik di bidang keagamaan, sosial, politik, ekonomi serta budaya.
Dalam dunia pendidikan, lanjutnya, telah diperkenalkan tentang ilmu sekuler. Dalam bidang budaya peran Muhammadiyah telah membawa perubahan modern.
“Orang berkemajuan itu memiliki ciri keterbukaan. Karenanya Muhammadiyah itu disebut modern karena sangat terbuka,” tutup Prof Achmad.