BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Memperingati Hari Anak Nasional 2022, Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) menggelar acara “Ulin di Buruan” di basement UM Bandung pada Sabtu (23/07/2022).
Acara yang menampilkan permainan tradisional ini merupakan Ujian Akhir Semester yang dilakukan oleh mahasiswa PIAUD UM Bandung semester 4.
Dosen PIAUD UM Bandung Dian Kusumawati MPd mengatakan bahwa permainan tradisional menjadi kekayaan dan kearifan lokal bangsa yang memiliki banyak aspek untuk perkembangan anak.
”Nah, kita ingin menghidupkan kembali dan mewariskan tidak hanya metode permainannya saja, tetapi juga rasa bahagianya,” ucap Dian Kusumawati.
Pada kegiatan tersebut, para mahasiswa diminta untuk memilih salah satu permainan tradisional dan menentukan aspek perkembangan anak yang fokus yang ada pada permainan tersebut.
”Jadi, mahasiswa memilih salah satu aspek yang ditentukan di antaranya aspek sosial, emosi, moral, dan agama,” jelasnya.
Dari kegiatan itu menunjukkan bahwa guru PIAUD harus bisa bahagia agar ke depannya bisa mengajar dan mewariskan kebahagiaan tersebut kepada anak didiknya.
”Sehingga mereka punya masa kecil yang menyenangkan sambil aspek-aspek perkembangan tadi juga bisa dikembangkan,” tutur dosen pengampu mata kuliah pengembangan sosial, emosi, moral, dan agama tersebut.
Dian Kusumawati berharap para mahasiswa bisa memiliki mindset yang lebih luas serta memiliki ide kreatif dalam mengembangkan permainan tradisional.
”Jadi, mereka juga mengeluarkan ide kreatifnya kemudian memperdalam dasar teorinya sehingga kita sambil melestarikan permainan tradisional ini sekaligus mengembangkan setiap aspek perkembangan anak usia dini,” tuturnya.
Tak kalah dengan permainan modern
Sementara itu, salah satu mahasiswa PIAUD semester 4 Popi Sopianti mengaku kegiatan tersebut menjadi motivasi bagi mahasiswa mempertahankan permaian tradisional.
Menurut Popi Sopianti, permainan tradisional mampu bersaing dengan permainan zaman sekarang seperti gadget.
”Kalau permainan zaman sekarang kan statis enggak banyak gerak, sedangkan permainan tradisional ini mengolah secara emosinal dan aktivitas fisik motoriknya,” ungkap Popi Sopianti.
Mahasiswa yang menciptakan permainan telepon dari kaleng bekas tersebut mengatakan, dibandingkan dengan permainan zaman sekarang, justru permainan tradisional jauh lebih inovatif dan kreatif.
”Permainan tradisional ini dapat membantu anak-anak zaman sekarang dan memotivasi mereka supaya ayo dong main lagi kaulinan barudak gitu,” tandasnya. (Firman Katon)