Menyelami Pengalaman Sarat Makna di SMK Muhiyo
Oleh: Cristoffer Veron P
Hari ini (1/8) SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta (Muhiyo) merayakan miladnya yang ke-64 tahun. Sebuah usia yang mulai menua, tetapi masih memiliki semangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan bermartabat. Kehidupan di sekolah ini begitu unik, beragam, dan sarat akan pengalaman. Ketika memasuki sekolah ini pada tahun 2017, saya memiliki pengalaman yang begitu berharga. Melalui tulisan singkat ini, izinkan saya berbagi pengalaman semasa menempuh pendidikan di sekolah ini.
Masa PLS
Ketika memasuki sekolah ini pada tahun 2017, saya ingat betul pengalaman pertama adalah mengikuti kegiatan PLS (Pengenalan Lingkungan ssSekolah). Kegiatan ini merupakan manifestasi dari Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Pengenalan Lingkungan Sekolah Bagi Siswa Baru. Dalam implementasi PLS, dilaksanakan sekama tiga pada awal tahun ajaran 2016/2017. Ketiak itu, saya dikelompokan dengan berbagai kawan dengan heterogenitas sosial, suku, dan bahasa.
Beragam aneka kegiatan dilaksanakan antara lain pentas seni, pengenalan dinamika kehidupan SMK, sosialisasi narkoba, dan peneguhan pemahaman kemuhammadiyahan dan keislaman sesuai napas Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Juga diperkenalkan pula dengan guru-guru yang akan menjadi nahkoda pembawa masa depan nan mencerahkan.
Saya ketika mengikuti PLS perasaan berbalut takut, cemas, dan di sisi lain juga bergembira karena bisa masuk di SMK. Walaupun impian saya ingin masuk di Madrasah Aliyah Negeri, namun ketika itu Tuhan belum memberikan jalan. Akhirnya mengikuti jalan terbaik dari Tuhan, yakni melaksanakan sekolah selama 3 tahun di SMK.
Selama PLS 3 hari, ada sepercik manfaat yang diperoleh. Pertama, mampu mengenali potensi diri. kedua, menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif, inovatif, dan edukatif. Ketiga, menumbuhkan perilaku positif dengan melahirkan perangai luhur: jujur, saling menghargai, menghormati perbedaan, keanekaragaman, dan persatuan, dan memiliki semangat gotong royong.
Tiga hal itu saya dapatkan selama melaksanakan PLS. Dan itu akan saya kenang dalam peta perjalanan hidup saya.
Kehilangan Guru
Seiring berjalannya waktu, kegiatan PLS pun berakhir. Seluruh siswa baru memulai melaksanakan aktivitas pembelajaran seperti biasa. Saya bersama 35 kawan lainnya resmi menjadi kelas X di SMK Muhiyo dan dikomandai oleh Ibu Enggar Galih D, S.Pd selaku wali kelas.
Kelas X menjadi kelas yang teduh dan dinamis, sebab menjadi momentum untuk berinteraksi dengan kawan dan guru baru. Dalam PLS semua peserta didik diperkenalkan oleh guru yang menjadi wali kelasnya dan guru-guru yang mengampu pembelajarannya. Saya dan kawan-kawan penulis yang lain terlihat masih hampa dengan kondisi kehidupan sekolah, sebab baru pertamanya berkecimpung dikehidupan sekolah, khususnya SMK.
Di SMK, banyak pengalaman baru, relasi baru, guru, dan kawan baru. Ini memberikan makna bahwa hidup ini tak sendirian. Saling bergandeng tangan tanpa memandang agama, suku, dan budaya. Semuanya hidup heterogen dan bertoleran. Tak ada disintegrasi antara satu kawan dengan kawan yang lainnya. Walaupun ada, akan tetapi itu semua disebabkan bukan dari dirinya, tetapi dari faktor lingkungan rumah tinggal dan teman. Perjalanan di kelas X dirasakan dengan semangat 45. Semuanya kawan dan gurunya pun sangat gembira dan berbunga-bunga.
Namun, kami dipertengahan perjalanan, dihadapi oleh suatu musibah yang amat menusuk relung hati. Bagaimana tidak, Tuhan Yang Maha Kuasa secara cepat memisahkan kami dengan wali kelas kami (Enggar Galih D, S.Pd). Kami pun syok dan tak menyangka, dengan masih belia, beliau dengan begitu cepatnya berpisah dengan kami. Padahal, dikala itu, situasi kelas masih belum kondusif. Ia niscaya pelita kami. Ia niscaya tonggak kami untuk bisa tumbuh menjadi insan yang mampu berpikir autentik dan dewasa.
Tetapi, kodrat Ilahi berkata lain. Tak semua orang mengetahui kapan itu garis pemisah kehidupan. Semuanya akan terjadi. Semuanya akan mengalaminya cepat atau lambat. Itu semua menjadi hak prerogatif Tuhan.
Selamat Jalan Guruku Terkasih
Wejangan dan Jasamu Akan Ku Terus Tancapkan Dalam Diriku
Mohon Maaf Tatkala Kami Belum Mampu Mewujudkan Asamu
Dikala Engkau Hidup
Semoga Tenang di Sisi Allah SWT
Surga, Menantimu…
You’re on A Torch That Lights the Life of The Universe
Demikian masa saya yang hanya sebentar dengan guru yang paling berpengaruh bagi kehidupan kami. Kami menyatakan bahwa beliau sangat lembut, bersahaja, bercendekia, mau berkomunikatif dengan siapapun, dan tak pernah menolak untuk diajak berdiskusi. Sekiranya beliau masih hidup, kami mau mengucapkan apresiasi dan terimakasih yang setinggi-tingginya karenanya telah mentransformasikan perangai-perangai kami yang buruk menjadi mulia.
Praktik Industri (PI)
Dalam safari sekolah, penulis menapak di kelas XI merasakan sebuah tantangan perdana. Di mana penulis dan seluruh kawan-kawan penulis dihadapkan pada tantangan untuk menghadapi praktik kerja lapangan (PKL) atau sekarang praktik industri (PI).
Praktik industri merupakan salah satu program yang dipersiapkan oleh pemerintah untuk menunjang kualitas pendidikan yang berintegritas. Praktik industri merupakan suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian profesional, yang memadukan dan mengelaborasi secara sistematik dan singkron antara program pendidikan di sekolah dan program pengusahaan yang diperoleh melalui kegiatan bekerja langsung di dunia kerja untuk mencapai suatu tingkat keahlian profesional. Di mana keahlian profesional tersebut hanya dapat dibentuk melalui tiga unsur utama yaitu ilmu pengetahuan, teknik, dan kiat.
Ilmu pengetahuan dan teknik dapat dipelajari dan dikuasai kapan dan di mana saja kita berada, sedangkan kiat tidak dapat diajarkan tetapi dapat dikuasai melalui proses mengerjakan langsung pekerjaan pada bidang profesi itu sendiri. Praktek industri dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang profesional di bidangnya. Melalui Praktek industri diharapkan dapat menciptakan tenaga kerja yang professional tersebut. Di mana para siswa yang melaksanakan Pendidikan tersebut diharapkan dapat menerapkan ilmu yang didapat dan sekaligus mempelajari dunia industri. Tanpa diadakannya Praktek industri ini, peserta didik tidak dapat langsung terjun ke dunia industri karena siswa belum mengetahui situasi dan kondisi lingkungan kerja.
PI ini dilaksanakan sesuai amanat Permen Perindustrian No. 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Berbasis Kompetensi yang Link and Match dengan Industri, 5. Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud No 130/D/Kep/KR/2017 tentang Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah Kejuruan, Pedoman PKLrektorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Kebudayaan Tahun 2017, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam Rangka Peningkatan Kualitas dan Daya Saling Sumber Daya Manusia Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), dan Keputusan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud No. 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum Keahlian Pendidikan Menengah Kejuruan.
Orientasi dari implementasi PI ini sebagai memberikan pengalaman kerja langsung kepada peserta didik dalam rangka menanamkan iklim kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja sekaligus upaya untuk mempersembahkan pendidikan, pelatihan, dan pembelajaran yang dilaksanakan di Dunia usaha dan dunia industri yang masih relevan dengan kompetensi peserta didik. Tujuan distingtifnya adalah sebagai upaya untuk menambah kompetensi peserta didik sesuai dengan bidang keahliannya serta menambah wawasan dan cakrawala bagi peserta didik tentang industri dan proses produksi di industri yang sesungguhnya.
Dalam implementasi PI, saya mengalami hiruk-pikuk. Di mana penulis sempat tertahan di sekolah akibat permasalahan kawan penulis. Maklum, manusia itu beragam dan unik. Penulis dalam implementasi PI di sekolah hanya seminggu, setelah itu dilepaskan di luar. Kendati demikian, penulis merasa betapa ibanya kepada kawan penulis yang tertahan di sekolah. Namun demikian, itu menjadi keputusan bijak dari pihak sekolah, penulis tidak bisa berbuat apa-apa.
Tiga bulan menjalankan masa PI, menorehkan sekelumit kesan-kesan yang bermakna. Penulis merasa ada perubahan yang luar biasa dalam diri penulis setelah melaksanakan PI ini. Sungguh menjadi luar biasa kegiatan PI ini, yang bisa merubah sikap menjadi berjiwa mandiri dan disiplin tingkat agung.
Setelah PI berakhir masanya dan penulis melaksanakan kegiatan lagi, ujian khusus pasca PI. Ini sebagai bahan tes setelah melaksanakan PI, apakah mampu menguasainya atau tidak. Ujian ini sangat singkat, hanya 5-7 menit saja. Akhirnya, setelah menunggu sekian lama pengumumannya, seluruh peserta PI dinyatakan lulus.
Mengenal SM
Saya sejak sekolah di SMK Muhiyo mengenal Suara Muhammadiyah (SM). Sebelumnya saya tidak tahu kalau di Muhammadiyah memiliki majalah. Majalah SM merupakan majalah resmi milik Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang terbit sejak tahun 1915 di Yogyakarta. Majalah ini dirintis oleh KH Ahmad Dahlan beserta Haji Fachrodin. Majalah ini pada awalnya ada yang mengatakan terbit pada tahun 1917.
Namun, setelah Prof Dr Kuntowijoyo, MA salah seorang budayawan, sastrawan, dan sejarawan Indonesia sekaligus Guru Besar Fakultas Budaya Universitas Gajah Mada bertandang ke Perpustakaan Leiden, Belanda. Dirinya menemukan dokumen SM nomor 2 tahun 1915 yang masih menggunakan bahasa dan huruf Jawa. Dengan demikian, Majalah SM menjadi satu-satunya majalah tertua di Indonesia yang masih terbit hingga saat ini.
Ketika SMK Muhiyo, saya diperkenalkan oleh Bapak Drs H Wajid Heryono. Guru Pendidikan Agama Islam yang kini sudah memasuki purna tugasnya. Beliau menyuruh saya untuk menulis rubrik Khutbah Jumat di majalah tertua itu. Rubrik Khutbah Jumat menjadi primadona para penulis dari latarbelakang mubaligh, dosen, guru, dan sebagainya. Akhirnya, saya mencobanya menulis di rubrik tersebut. Awalnya tidak tahu mana kantor SM. Lalu, saya berkunjung di toko SM 1 (depan RS PKU Jogja), ternyata disebelahnya. Akhirnya masuklah ke kantor SM.
Saya bertanya dengan karyawan disitu tentang tata cara pengiriman naskah. Dijelaskan secara detail oleh karyawan nan baik dan ramah itu. Lalu saya mulai aktif menulis khutbah jumat, walaupun sering ditolak. Wajar, majalah nasional miliki Muhammadiyah. Butuh pergumulan besar untuk bisa menembusnya, bak menembus Opini Koran Kompas. Tulisan pertama saya terbit di rubrik khutbah jumat girangnya luar biasa (sekitar tahun 2017), karena bisa pertama kali menembus di majalah nasional. Kegirangan itu selain bisa menembus, pada saat yang sama juga mendapat honorium. Lumayan kala itu belum bisa bekerja, sudah bisa menghasilkan uang dengan tetesan peluh dari usaha menggoreskan ide melalui koridor kepenulisan. Dan hingga detik sekarang, saya menikmati menulis di rubrik ini.
OlympicAD DIY
OlympicAD ikhtisar dari Olympic Achmad Dahlan—sebuah event terbesar dalam ruang lingkup Muhammadiyah. Muhammadiyah meyakini bahwa dengan menyelenggarakan kegiatan tersebut bisa menumbuhkan pendidikan yang holistik—tidak terfokuskan kepada ranah kognitif saja—sebagai salah satu bentuk kepedulian Muhammadiyah untuk membawa tubuh bangsa ini menjadi bangsa yang bisa bersaing dalam tatanan global.
Muhammadiyah melalui Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah berusaha untuk mengembangkan kualitas pendidikan yang berkemajuan. Aspek yang difokuskan bagi Muhammadiyah dalam mengembangkan kualitas pendidikan ialah dengan menggandeng seluruh elemen masyarakat yang terlibat di dunia pendidikan—dalam hal ini guru dan peserta didik—untuk bahu membahu dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 yang semakin kompleks ini. Kedatangan era tersebut membawa transformasi yang cukup besar seperti cara berpikir, berelasi, bekerja, dan segalanya.
Untuk menghadapi dan menyongsong era tersebut, Muhammadiyah memiliki strategi yang cukup efisien dalam mengembangkan pendidikan yang berkemajuan. Seperti yang telah disinggung diatas bahwa Muhammadiyah melalui kegiatan OlympicAD berusaha untuk menyuguhkan pendidikan yang bertaraf internasional selain daripada pendidikan yang berkemajuan.
Bagi penulis, kegiatan ini sebagai arah kemajuan di mulai. Pihak sekolah menunjuk penulis untuk mengikuti cabang lomba essay dengan mengambil judul “Haedar Nashir Dalam Potret Muhammadiyah”. Penulis susun dan konstruksi essay itu secara hati-hati dan mendalam. Sebab kesempatan ini menjadi kesempatan pertama dan terakhir kalinya sebelum meninggalkan SMK. Penulis senantiasa berkonsultasi dengan guru pembimbing (Rahmawati Yoga P, M.Pd dan Drs. H. Wajid Heryono) yang setiap saat selalu memberikan kritik atas tulisan yang penulis sajikan.
Banyak yang dicoret-coret dari tulisan itu. Bayangkan, betapa penatnya menulis dan berpikir seorang diri, tulisan yang kita sajikan ternyata tidak berkorelasi atau kurang mendalam secara pendekatannya dan perspektifnya. Bagi penulis, ini menjadi hal yang luar biasa di samping untuk meningkatkan kepiawaian dalam menulis selanjutnya.
Kompetisi ini berlangsung hanya sehari di tingkat propinsi. Penulis tatkala maju di depan dalam rangka mempresentasikan hasil tulisan essay ini di depan dewan juri dan peserta yang lain. Pertama dalam hidup penulis berbicara di depan banyak orang. Dewan juri yang tak main-main sebab merupakan seorang dosen yang berprofesional (Dr. H. Robby Habiba Abror, S.Ag., M.Hum dan Dolina Inang Pambudi, M.Pd), dan tentunya khazanah pengetahuannya lebih komprehensif daripada penulis yang kredibilitasnya hanyalah seorang peserta lomba.
Perasaan gugup mengguyur seluruh tubuh penulis. Tangan dingin dan jantung dag-dig-dug sangat kencang, secepat mungkin harus bisa penulis kendalikan. Teringat petuah guru pendidikan agama Islam yang mengatakan kalau kita dalam keadaan gugup, maka kita bisa membaca:
قَالَ رَبِّ ٱشۡرَحۡ لِي صَدۡرِي ، وَيَسِّرۡ لِيٓ أَمۡرِي ، وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّن لِّسَانِي ، يَفۡقَهُواْ قَوۡلِي
Artinya: [25] Berkata Musa: “Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku [26] Dan mudahkanlah untukku urusanku [27] Dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku [28] Supaya mereka mengerti perkataanku”. (QS. Ta-Ha [20]: 25-28).
Doa itu sangat mustajab. Terbukti penulis yang tak pernah berbicara di hadapan orang banyak, bisa dengan lancarnya mempresentasikan tulisan essay sebagai bahan dalam kompetisi OlympicAD ini.
Penulis hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Tuhan Allah SWT. Semuanya serahkan kepadaNya. Apapun hasilnya, penulis akan terima dengan lapang dada. Kalau pun gagal, ya disyukuri dan jikalau berhasil, tetap disyukuri dan tidak boleh berhenti dalam menulis. Sebab menulis itu memberikan nutrisi kepada otak sehingga otak tidak hampa akan pengetahuan.
Pengumuman pun tiba
Tubuh berkeringat, jantung semakin berdebar-debar, menandakan kegelisahan. Akan tetapi penulis telah optimis apa yang disuguhkan dalam lomba itu sudah sesuai dengan kemampuan yang penulis miliki. Tapi, akhirnya dengan membawa sikap optimisme itu, ditambah ibadah sebagai spiritualitas dan membaca doa itu, penulis berhasil menyebet gelar juara dengan mendapatkan medali. Hal ini juga pertama kalinya penulis dikalungkan oleh satu diantara anggota Muhammadiyah dengan sebuah lencana sebagai manifestasi atas perjuangan nan berdarah-darah dalam menghadapi para kompetitor.
Berangkat dari keberhasilan di OlympicAD tingkat propinsi ini, kemajuan dalam diri sendiri semakin berkobar. Maju dalam berpikir rasional dan berani mengambil tantangan. Sehingga, bagi penulis OlympicAD sebagai arah kemajuan bagi kehidupan penulis. Setelah OlympicAD ini berlangsung, terdapat transformasi yang luar biasa dalam diri penulis. (01) Berani berpikir rasional dan kritis (02) Membentuk hidup yang bertanggung jawab (03) Menjadikan diri lebih senang dalam menganalisa akan hal-hal kebaruan (04) Menjadi gemar menulis (5) Mudah dalam memecahkan permasalahan akibat senang menulis (06) Banyak diksi kata yang baru (07) Wawasan pengetahuan yang bertambah komprehensif.
Inilah awal kemajuan penulis bisa menulis hingga detik ini.
Lulusan Perdana Covid-19
Masa yang sangat berwarna bagi penulis. Kenapa? Sebab di kelas ini hanya butuh waktu kurang lebih lima sampai enam bulan saja. Setelah itu digempur oleh ujian yang begitu luar biasanya menggunung. Ujian menjadi perjalanan akhir bagi penulis di sekolah SMK ini sebelum keluar dari sana. Beranekaragam jenis-jenis ujian, membuat otak benar-benar tergerakkan tanpa henti untuk berpikir, menganalisa, dan memecahkan persoalan secara rasional.
Ujian di kelas akhir ini, penulis lalui dengan santai, tapi betul-betul. Artinya, dikala santai, dikala serius. Semua materi pelajaran hanya tersampaikan di semester satu saja, sebab semester dua perang melawan ujian sudah dimulai. Penulis menyambutnya dengan biasa-biasa saja, tidak ada rasa takut yang berlebihan. Hadapi dengan pikiran dan hati bersih, niscaya masa suram ini bisa terlewati dengan mudah.
Bagi penulis ujian ini tak begitu relevan, toh semua ini hanya sekadar formalitas belaka. Seperti UN misalnya, penulis laksana menemankan dia disebelahnya, sebab ajal akan menjemputnya. UN akhirnya sirna—semoga husnul khatimah—dengan tergantikan oleh format baru yang bersumbu dari buah pikiran Mas Menteri Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A menjadi AKM (Asesmen Kompetensi Minimum).
Selain itu, nilai UN pun tak berfungsi lagi sebagai syarat kelulusan. Pada saat itu, UN terlaksana di tengah-tengah gejolak Covid-19. Pada saat itu, UN tetap dilaksanakan, tetapi tetap dengan mematuhi protokol kesehatan yang berlaku: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Namun, dikala UN tingkat SMK/MAK berakhir, secara frontal Kemendikbud membatalkan UN tingkat SMA/MA dan SMP/MTs. Ini menjadi perbincangan hangat dikala itu. Segenap anak SMK/MAK mengajukan protes kepada Mas Menteri untuk meminta keadilannya, namun keputusan itu sudah bulat dan tidak bisa diganggu gugat.
Buah kebaikan dari Mas Menteri untuk anak SMK adalah mentiadakan UKK (Uji Kompetensi Keahlian). Di mana ujian ini sangat berat dan melalui proses nan panjang laksana gerbong kereta yang membentang sangat panjang. Mungkin, Mas Menteri memahami bahwa UKK ini sangat berat, apalagi ditempuh di masa Pandemi Covid-19. Ha..ha..ha.. Sehingga diputuskan untuk mentiadakannya.
Kini, yang menjadi sedih bukan soal perkara itu, akan tetapi penulis tidak bisa merayakan acara serimonial wisuda yang telah di nanti-nantikan sejak lama akibat dari keganasan Covid-19. Semuanya ambyar hanya karena sebuah mikroba nan nian misterius ini. Akan tetapi, itu membawa kemaslahatan bagi kami selaku anak SMK. Lulus dengan jalur Covid-19 menjadi sebuah momen yang sangat larang dan ini menjadi lulusan perdana da lam sejarah kehidupan di dalam bingkai pendidikan.
Maslahat yang sangat dirasakan bahwa tidak terlaksanakannya UKK. Banyak siswa yang bersyukur UKK tidak terlaksana. Sebab jika ujian ini tidak selesai atau bahkan gagal, maka tidak akan lulus. Harus mengulangi hingga jadi dan sesuai dengan kemauan dan arah soal yang diberikan.
Jadi, bagi penulis SMK menjadi sebuah tantangan perdana. Ia melahirkan semangat dalam menghadapi permasalahan yang ada dan diselesaikan menggunakan pikiran positif, jernih, dan otentik. Semuanya jika disimpulkan akan terkonglomerasikan menjadi: (1) Diselimuti rasa kedukaan tingkat agung akibat terpisahkan oleh wali kelas yang sangat lembut, bersahaja, bercendekia (2) Praktik industri didua tempat, sekolah dan di lapangan yang sesungguhnya, dan (3) lulus jalur Covid-19.
Momen ini bakal tak terulang kembali. Ia hanya sebatas sebagai nostalgia belaka.
Cristoffer Veron P, Alumnus SMK Muhammadiyah 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2019/2020