BOGOR, Suara Muhammadiyah – Pada malam hari, tepatnya hari Ahad 31 Juli 2022 saya mengikuti pengajian pekanan di Masjid Istiqomah, Dahu-Bogor. Saat itu, yang berkesempatan menjadi narasumber adalah salah satu Thalabah Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta yaitu ustaz Ahmad Farhan Juliawansyah.
Ustaz Ahmad saat ini sudah menyelesaikan masa pendidikannya selama 4 tahun dan akan diwisudakan pada tanggal 6 Agustus 2022. Dalam kesempatan ceramah beliau menyampaikan ceramah terkait tahun baru Islam 1444 Hijriyah dengan muhasabah atau mengoreksi diri yang sudah dikerjakan selama tahun sebelumnya. Dengan muhasabah ini, untuk memperbaiki diri pribadi agar lebih baik.
Ustaz Ahmad menyampaikan prolog dengan menyebutkan bahwa rezeki itu tidak hanya berbentuk materi tetapi misalnya dalam hal spiritual pun seperti shalat dengan khusyuk itu merupakan rezeki. Karena semua hal-hal yang baik itu merupakan rezeki.
Namun, dari rezeki yang sudah Allah berikan, harus digunakan sesuai dengan ketentuan Allah. Karena seperti mata, telinga, dan mulut itu akan diminta pertanggungjawaban dihadapan Allah swt.(Q.S. Al-Isra ayat 36) Apa sudah digunakan dengan hal yang baik atau tidak?
Ustaz Ahmad mencoba mengajak jamaah untuk melakukan muhasabah yang sudah Allah berikan kepada kita. Melihat apa urgensinya muhasabah dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
5 urgensi Muhasabah untuk seorang Muslim
Pertama, dengan membiasakan muhasabah akan diringankan hisabnya di hari kiamat. Umar bin Khattab mengatakan,
Ha>sibu> anfusakum qabla an tuha>sabu>, wa zinu>ha> qabla an tu>zanu>, wa ta’ahhabu> lil ardhil akbar
“hisab (perbaiki)lah diri kalian masing-masing sebelum kalian dihisab (dihadapan Allah kelak) dan hendakah kalian menimbang diri sebelum kalian ditimbang dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal” (H.R. Tirmidzi)
Kedua, akan menjadikan dirinya terus berada di jalan kebenaran. (Q.S. Al-fatihah: 6) dengan muhasabah, seorang muslim akan berusaha untuk amalanya terus berjalan di atas petunjuk Allah. maka imam al-Baidhawi menjelaskan, bahwa seseorang akan terus berada di jalan kebenaran, ketika ia rajin untuk muhasabah”
Ketiga, mengobati qalbun (hati) yang sakit. Hati manusia itu ada bermacam-macam. Ada qalbun salim (hati yang selamat, sehat) kebalikannya qalbun maridh (hati yang sakit) dan qalbun mayyit (hati yang mati).
Ustaz Ahmad, menegaskan dan memberikan ciri-ciri hati yang selamat, bahwa hati yang selamat adalah hati yang senantiasa dekat dengan Allah, contohnya seperti ketika azan berkumandang, hati yang salim (selamat) akan mendengarkannya dan segera memenuhi panggilan-Nya walaupun di saat itu sedang mengerjakan tugas.
Ketika hati kita sakit, maka obatnya adalah dengan melakukan muhasabah, bertaubat dengan sungguh-sungguh, berzikir dan lain sebagainya. dengan itu maka hati akan salim (selamat) dan kembali ke jalan yang benar.
Keempat, senantiasa menjadikan diri kita merasa kurang atau tidak puas dalam hal kebaikan. Dengan muhasabah, apa yang sudah dikerjakan amal ibadahnya akan selalu merasa kurang dan takut jika amalannya tidak diterima oleh Allah.
Konsekuensinya, orang yang muhasabah akan meningkatkan semangat dan memperbaiki niat dalam beribadah kepada Allah swt.
Kelima, dengan akan senantiasa memanfaatkan kesempatan hidup dengan sebaik-baiknya.
Umur hidup setiap orang itu berbeda-beda, ada yang umurnya hingga 60 tahun lebih, ada juga umurnya hanya beberapa hari saja. Ini merupakan tanda bahwa takdir kematian seseorang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah swt.
Ustaz Ahmad mengingatkan dengan kesempatan yang Allah berikan berupa umur panjang itu, untuk selalu muhasabah agar terus mengoptimalkan ibadahnya kepada Allah sebagai bekal persiapan kematian kelak.
“setiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datag waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya walaupun sesaat dan tidak dapat (pula) memajukannya” (Q.S. Al-A’raaf ayat 34).
Maka dengan keterbatasan waktu itu, seorang muslim harus senantiasa memanfaatkan semua nikmat Allah yang sudah diberikan. Sebagaimana sabda nabi saw,
“di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah (dia) meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat” (H.R. Tirmidzi).”
Manusia diberikan kelebihan oleh Allah swt, yaitu akal. Sehingga bisa membedakan mana yang baik dan bathil.
“Maka Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi yang mengotorinya”. (Q.S. Asy-Syams: 8-10)
Itulah lima urgensi muhasabah bagi setiap muslim agar bisa memanfatkan sisa umur hidup kita di dunia dengan sebaik-baiknya, sebagai bentuk bekal nanti untuk menghadap Allah swt. (Badru Tamam)