JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka milad Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (UNISA) ke 31 dan menyongsong muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah ke 48, UNISA menyelenggarakan lomba tenaga kependidikan PTMA berprestasi nasional. Pendaftaran lomba tersebut dilaksanakan pada 20 Juni sampai dengan 20 Juli 2022 yang pemenangnya di umumkan pada tanggal 1 Agustus 2022.
Perlombaan ini mengangkat tema yang bertajuk “Transformasi Menuju Relevansi dalam Peningkatan Profesionalitas Layanan Tenaga Kependidikan”. Lomba ini merupakan upaya mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas tenaga kependidikan di lingkungan PTMA.
Seperti yang diketahui bahwa perguruan tinggi dalam pengelolaanya terdapat unsur utama yakni pendidik (dosen), tenaga kependidikan, peserta didik, dan fasilitas pembelajaran.
Di dalam perguruan tinggi, kinerja tenaga kependidikan juga memiliki peran dalam mewujudkan terciptanya alumni yang berdaya saing dan berkualitas. Hal itu bisa terlihat dalam upaya menciptakan suasana pelayanan pendidikan yang bermutu, menyenangkan, kreatif, dan dinamis sehingga menghasilkan layanan prima kepada civitas akademika maupun masyarakat umum.
Selaras dengan misi Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi predikat unggul. Peningkatan kualitas sumber daya manusia juga menjadi perhatian utama. Hal itu dibuktikan dengan keikutsertaan UMJ dalam perlombaan yang diadakan oleh UNISA. Tenaga kependidikan yang mengikuti perlombaan tersebut yakni Nidaul Haq, Pustakawan UMJ dan berhasil mendapatkan juara harapan II kategori pengelolaan perpustakaan (pustakawan) yang diumumkan pada (01/08/22).
Nidaul menuturkan bahwa sebagai seorang pustakawan harus menunjukkan kualitas dan kompetensi melalui uji sertifikasi pustakawan yang di adakan oleh Perpustakaan Nasional. Sertifikasi pustakawan menjadi sangat penting untuk seorang pustakawan dikarenakan selain untuk mendukung akreditasi institusi juga sebagai bukti kemampuan seseorang dalan menunjukkan keahliannya dibidang perpustakaan. Namun untuk mendorong hal tersebut, diperlukan dukungan baik berupa dorongan materi, moral dan fasilitas dari perguruan tinggi demi menunjang kualitas sumber daya manusia terutama SDM perpustakaan.
Ia menambahkan bahwa pembahasan dalam lomba yang di ikutinya tersebut diambil berdasarkan pengalamannya secara langsung menjadi pendamping pustakawan dalam persiapan sertifikasi yang diadakan oleh Forum Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (FPPTMA). Dari 5 (lima) orang yang ia dampingi banyak yang tidak melanjutkan dan tersisa hanya 2 (dua) saja, kemudian bertambah 1 orang dikarenakan ada peserta baru.
Kendala yang dihadapi selama pendampingan, memperkuat keinginannya untuk menulis mengenai sertifikasi pustakawan agar pustakawan memiliki standar seperti yang tercantum dalam Standar kompetensi kerja nasional indonesia (SKKNI) nomor 236 tahun 2019 mengenai perpustakaan. Sertifikasi pustakawan adalah bukti nyata seorang pustakawan bahwa ia memiliki kualitas dan kompetensi yang diakui oleh negara.
”Salah satu alasan menulis itu (sertifikasi pustakawan), karena saya juga sedang melakukan pendampingan sertifikasi yang diadakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah, kelompok yang saya dampingi berasal dari luar jawa, kecuali 2 orang (dari pulau jawa). Dari lima orang itu gugur tiga, kemudian bertambah 1 orang, banyak faktor kenapa pustakawan itu tidak mau sertifikasi, selain tidak ada tunjangan, pengetahuan pustakawan untuk mengikuti uji sertifikasi kurang mumpuni dan terkadang pustakawan sudah sibuk melakukan rutinitasnya sehari-hari, itu jadi cukup mengusik saya ya,” ucap Nidaul saat ditemui di Gedung perpustakaan UMJ.
Sebagai tenaga pendidik (tendik) yang berprestasi Nidaul menyampaikan target dan harapannya, ia mengatakan keinginannya untuk terus menulis, karena seorang pustakawan dituntut memiliki kemampuan menulis dan membaca. Pustakawan harus menjadi pembelajar, mengembangkan perpustakaan agar tetap tumbuh dan tidak ditinggalkan penggunanya.Kedepannya beliau juga berharap untuk melanjutkan studi pendidikannya ke strata yang lebih tinggi lagi.(FZ)