YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah -Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi menghadiri acara resepsi Milad RS PKU Muhammadiyah Mayong, Jepara, Jawa Tengah yang ke-11, Sabtu (6/8). Dalam acara ini, turut hadir Gubernur Jawa Tengah (diwakili Dinkes Provinsi, dr A Tri Yuli Susanti, SH., MH), Bupati Jepara (diwakili PLT Asisten bidang Pemerintahan dan Kesra, Drs H Ahmad Jumaidi, MSi), Ketua PWM Jawa Tengah (Diwakili, Dr dr Shofa Chasani, SpPD KGH FINASIM), Direktur PT Syarikat Cahaya Media/Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, MA, perwkilan TNI/Polri, Ketua PCM Mayong, Direktur RS PKU Muhammadiyah Mayong, dan farkopimda setempat.
Prof Haedar menyebut dalam tausyiahnya, bahwa Muhammadiyah terus berkhidmat dalam membangun peradaban yang berkemajuan. Hal ini telah dilakukan dengan melakukan pendirian beberapa sekolah, perguruan tinggi, dan rumah sakit. Semua ini ditujukan untuk umat, bangsa, dan untuk kepentingan kemanusiaan semesta.
“Ini satu wujud dari apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah ini sejatinya bukan hanya untuk Muhammadiyah. Tetapi untuk umat, bangsa, dan untuk kepentingan kemanusiaan yang bersifat semesta. Sesuai dengan semangat wama arsalnaka ila rahmatan lil ‘alamin, bahwa kehadiran Islam di mana Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tidak lain untuk menebar rahmat bagi semesta alam,” jelasnya.
Semua itu dilakukan oleh Muhammadiyah karena memiliki semangat (spirit) besar dalam membangun peradaban yang berkemajuan. Pertama, semangat keagamaan. Jiwa keagamaan yang mampu menggugah kesadaran untuk beriman dan bertakwa, namun memantul dalam akhlak dan amaliah yang nyata.
“Inilah karakter dari ciri khas Muhammadiyah, bahwa Islam itu disatu pihak menanamkan nilai-nilai iman, nilai-nilai takwa, yang Alhamdulillah sekarang sudah menyatu menjadi nilai keindonesiaan,” katanya.
Dalam pandangan Muhammadiyah, iman harus menjalin relasi dengan Allah (hablu mina Allah) mendorong manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ila Allah). Dengan taqarrub ila Allah itu, maka tampil menjadi manusia saleh yang autentik bukan saleh yang dibuat-buat secara simbolik.
“Saleh autentik itu ketika kita beriman, maka Allah itu hadir di setiap tempat dan saat ketika kita kemanapun dan berbuat apapun. Maka orang beriman Insyaallah tidak akan korupsi, menyeleweng baik suami maupun istri, hatta di saat dia punya kesempatan dan tidak diketahui oleh sesama, dan tidak akan melakukan perbuatan buruk hatta di saat dia punya peluang. Karena memiliki jiwa muraqabah dalam beragama,” pungkasnya.
Kemudian, bersambung dari iman dan takwa itu akan melahirkan kesalehan diri dan kesalehan sosial. Menurutnya, kesalehan diri tidak bisa dibuat-buat. Manusia akan selalu bersyukur ketika diberi nikmat, dan pada saat bersamaan akan memancarkan perangai kesabaran secara saksama ketika diberi musibah dan cobaan hidup dari Tuhan. “Ini sikap iman kita, maka Muhammadiyah selalu waspada dan seksama karena iman,” tukasnya.
Lalu kesalehan sosial yang menjangkarkan kepada manusia untuk berbuat kebaikan. KH Ahmad Dahlan mengajarkan Surat Al-Maun sampai berulang-ulang selama tiga bulan walaupun suratnya pendek. Ratusan tahun umat sudah hafal, namun tujuan dari ayat ini belum termanifestasi. Yaitu memberdayakan, membebaskan, menyantuni para yatim-piatu.
“Inilah spirit Muhammadiyah, dari Islam, dari agama lahir iman, lahir kesalehan, dan lahir amal. Itulah agama yang hidup dan menghidupkan kehidupan berbasis pada nilai-nilai agama. Sehingga inilah yang punya makna wama arsalnaka ila rahmatan lil ‘alamin,” ujarnya.
Kedua, semangat membangun. Menurutnya, orang yang memiliki jiwa ini, hidupnya akan selalu membangun peradaban dengan landasan ikhlas hanya mengharap ridha Ilahi.
“Kalau jiwanya ar-ruhud diiniyah maka dia akan selalu hidup dalam diri kita. Karena kita berbuat inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin untuk menghidupkan rumah sakit, lahir sekolah, lahir gerakan untuk masyarakat tanpa harus terkait dengan kepentingan politik. Kita berbuat ikhlas untuk umat, bangsa, negara, dan kemanusiaan semesta,” jelasnya.
Ketiga, ar-ruhud wathaniyah (spirit kebangsaan). Menurutnya, Muhammadiyah selalu menjiwai kebangsaan, mewarnai kebangsaan, dan berkiprah mencerahkan lagi memajukan bangsa.
“Maka Insyaallah, Muhammadiyah itu dari Sabang sampai Merauke sampai di seluruh mancanegara kita punya 27 cabang istimewa di luar negeri, kita selalu menjiwai kebangsaan, mewarnai kebangsaan, dan berkiprah mencerahkan lagi memajukan bangsa. Sehingga bangsa itu menjadi bagian dari kita,” katanya.
“Di saat bangsa ini baik dan positif, itu bagian dari komitmen Muhammadiyah. Di saat ada hal yang kurang baik, kita kritik sebagai tanggung jawab selaku bangsa. Mudah-mudahan rumah sakit yang ada di Jepara maupun di Jawa Tengah, kita tidak pernah mengenal lelah membangun bangsa dan negara sebagai satu kesatuan jiwa dengan jiwa membangun kita dan jiwa diiniyah kita,” imbuhnya. (Cris/Riz)