JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPD IMM) DKI Jakarta menyelenggarakan pelantikan kepengurusan periode 2022-2024, Jumat (5/8). Pelantikan ini dilaksanakan di Auditorium Ir H Juanda Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta Jalan Kramat Raya 49 Jakarta Pusat.
Pada pelantikan ini mengusung tema “Meneguhkan Peran IMM DKI Jakarta dalam mewujudkan keberagaman yang moderat.” Pelantikan ini dilaksanakan sesuai surat Keputusan DPP IMM Nomor XXXIII/A-1/2022 tentang pengesahan komposisi kepengurusan DPD IMM DKI Jakarta periode 2022-2024.
Beberapa tamu yang hadir antara lain Wakil Ketua MPR RI, Dr H Arsul Sani, SH, MSi., PrM, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DKI Jakarta, KH Sun’an Miskan, Lc, Dir Intelkam Polda Metro Jaya Kombes Pol Hirbak Wahyu Setiawan, SIK., MH, Ketua Umum DPP IMM Abdul Musawir Yahya, dan sejumlah tokoh lainnya.
Dalam sambutannya, Ketua PWM DKI Jakarta, KH Sun’an turut menyambut gembira atas dilaksanakannya acara pelantikan ini. “Atas nama PWM DKI Jakarta saya mengucapkan selamat terhadap pengurus baru dan berdoa kepada Allah Al Hakim semoga pengurus baru dimudahkan urusannya dan pengurus lama diterima amal baktinya, diterima sebagai amal saleh,” katanya.
Dirinya juga mengapresiasi dengan tema yang diusung pada acara pelantikan ini. Menurutnya, bangsa ini hampir terbelah oleh paham agama yang ekstrem. Satu sisi berpaham hitam putih, murni teks Al-Quran dan Al-Hadist Ash-Shahih dan menolak penggunaan akal dengan produknya sain dan teknologi untuk menafsirkan ayat-ayat yang dhonny, ayat-ayat yang menyangkut muamalah duniawiyah agar Islam dapat diterapkan di zaman di mana umat manusia itu hidup. Karena Islam itu untuk sepanjang zaman.
Sebaliknya ada kelompok yang sangat memuja peran akal, sehingga tidak menggunakannya sesuai dengan aturan yang memberi anugrah akal yaitu Allah SWT, berpaham sekuler, bebas se-bebas-bebasnya seperti menopang moral LBJT, kumpul kebo dengan dalih itu adalah hak asasi manusia.
“Untuk memoderatkan paham agama, kita harus paham akan sunnah Allah SWT dalam menciptakan manusia hambanya yang paling mulia . Semula manusia itu dicipta hanya 1 ( satu ) pasang, Adam dan Hawa . Kemudian dijadikan beranak, berkeluarga, bersuku dan berbangsa.Mereka saling ta’aruf dalam meningkatkan pencaharian rizqi dan karirnya. Mereka terus berfastabiqul khairat. Inilah yang oleh sosiolog Ibn Khaldun dalam Kitabnya Al Muqolddimah menyebutkan bahwa “Al Insan Madaniyyatun Bit Thab’iy …. Manusia itu difitrahkan bermasyarakat,” terangnya.
Agar dalam berfastabiqul khoirat tidak berbenturan, diturunkanlah wahyu panduan dari Ilahy Rabby lewat para Nabi dan Rasul-Nya. Terkhir diutuslah Rasul Akhir Zaman Muhammad SAW dan kelak dekat akhir zaman ummat manusia akan jadi Hanif semua. Syekh / Rasyid Redlo dan gurunya Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsirnya Al Manar jilid 2 hal 220 sd 238 dalam menafsirkan QS Al Baqoroh 213. Maksud dari –‘ manusia itu ummat yang satu” (dalam ayat ini) ialah manusia itu diberi fithrah yang sama yaitu suka bermasyarakat, suka sosial beeing, ia madaniyyatun bith thab’i.
“Agar supaya dalam berinteraksi dalam memerankan karir menuju kemajuan tidak benturan dan konflik tetapi saling toleran diturunkanlah wahyu panduan dari Allah lewat para Nabi dan Rasulnya,” pungkasnya.
Sementara para mufassir sejak Ibnu Abbas generasi awal Islam ( Wafat 68 H ). Sampai Ibn Kastir ( Wafat 774 H. ) atau dikenal dengan jumhuur ulama menafsirkan ummah waahidah disitu ialah agamanya satu.
Syekh Muhammad Abduh ( Wafat 1323 H ) tidak setuju karena kalau sudah beragama dari sejak semula kenapa harus diutus Nabi dan Rasul lagi.
Beliau berdua pemilik Tafsir Al Manar juga tidak setuju terhadap pengertian ummat yang satu disitu adalah sekelompok masyarakat yang terorganisir yang suka amar makruf Nahi Mungkar seperti Firman –Nya di QS Al ‘Arof 7 : 181 dan Ali Imran 3 : 104 ).
“Dalam 2 ayat ini Allah meminta hanya sebagian manusia saja yang beramar makruf nahi mungkar yang terorganisir , sementara di Al Baqoroh 213 diatas adalah seluruh manusia,” katanya.
Kedua beliau juga tidak sepaham kalau ummah itu diartikan dengan jangka waktu / tahun tertentu.. ilaa ummatin ma’duudatin ( Quran At Taubah 11 )
Juga tidak setuju ummat disitu diartikan sebagai Imam atau pemimpin yang patut dicontoh seperti pada QS An Nahal :120 : Sesungguhnya, Ibrahim adalah seorang imam ( ummat ) yang dapat dijadikan teladan dan Hanif ( konsisten erhadap kebenaran ) …..
Jamiyyah Muhammadiyah yang didirikan oleh KH A Dahlan thn 1330 H/1912 M (7 tahun sesudah wafatnya Syekh/Muhammad Abduh ) yang mempunyai ortom IMM setuju dengan pendapat Ibn Khaldun dalam Kitab Al Muqoddimah nya, Tafsir Al Manar oleh Sykh/Rasyid Redlo dan gurunya Syekh/Muhammad Abduh bahwa manusia itu difitrahkan suka bermasyarakat bahkan wajib bermasyarkat tidak boleh hidup menyendiri.
“Pendapat KH Ahmad Dahlan ini tertuang di Muqoddimah Anggaran Dasar ( AD ) Muhammadiyah pada :
Pokok pikiran ke 2 : … “ bahwa hidup manusia itu bermasyarakat “. Bahwa hidup bermasyarakat itu adalah sunnah ( Hukum Qudrah Iradah ) Allah atas hidup manusia di dunia ini,” tukasnya.
Paham Islam Moderat yang dianut oleh Muhammadiyah agar kemajemukan juga moderat, agar ummat ini bertoleransi harus menghormati tiga pemikiran keagamaan :
- Pemikiran Bayani yaitu penghormatan kepada teks Al Qur’an dan As Sunnah al Maqbuulah.
- Pemikiran Burhani, yaitu menghormati akal dan karyanya, dengan bertajdid , berijtihad untuk melahirkan berbagai kemajuan sain dan teknologi.Manusia dilarang taqlid buta terhadap pemimpin dan pendapatnya. Mereka harus dikritisi degan cara yang bijaksana.
- Pemikiran Irfani yaitu berahlak mulia terutama saat melaksanakan dua karya pemikiran diatasnya sehingga damai dan toleransi terjadi di masyarakat.
“Dari sini Dewan Pimpinan Daerah ( DPD ) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah ( IMM ) DKI Jakarta periode 2022-2024, harus menegaskan dan meneguhkan perannya untuk mewujudkan keberagaman yang moderat. Keragaman yang moderat itu terwujud kalau mengikuti pendapat Ibn Khaldun,Syekh Muhammad Abduh dan murtidnya Syekh Rasyid Redlo dan KH Ahmad Dahlan,” katanya.
Di akhir sambutannya, KH Sun’an berpesan agar IMM terus mendalami Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Mengingat IMM merupakan ortom Muhammadiyah yang berlandaskan pada ajaran Islam, yakni Al-Quran dan As-Sunnah.
“Untuk itu Imawan dan Imawati harus terus mendalami Al Islam dan Kemuhammadiyahan karena IMM sebagai ortom Muhammadiyah adalah gerakan agama, gerakan Islam. Agama Islam sebagai gaiden dalam berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk terwujudnya Baldatun Thoyibatun Wa Rabbun Ghafuur,” tutupnya. (Cris)