BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Mahasiswa Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) berjaya pada Olimpiade PGPAUD Nasional dan Kaulinan Barudak 2022 yang digelar oleh PGPAUD Universitas Islam Bandung akhir Juli lalu.
Adapun prestasi yang diraih PIAUD UM Bandung yakni juara 1 pada bidang gerak dan lagu. Kemudian PIAUD juga menyabet gelar juara 2 di bidang tari kaulinan barudak.
Juara 1 pada bidang gerak dan lagu diraih oleh Afwa Nurul Haq, Alghifarina Syarha Ramadhan, Ratu Fajrianisa Azharullah, Rini Nurul Jannah, dan Siti Aisyiah Sa’diyah.
Dengan tampilan seperti dokter dan kuman, mereka menampilkan gerakan dan lagu yang bertema “Anak Sehat Ceria untuk Indonesia Jaya” dalam bentuk video.
”Sesuai dengan liriknya, kita ingin menyampaikan untuk selalu menjaga kebersihan, di mana pun dan kapan pun. Lalu kita juga harus menerapkan pola hidup sehat karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat,” ucap Ratu Fajrianisa Azharullah, salah satu anggota kelompok, via pesan singkat, Senin (09/08/2022).
Tidak butuh waktu lama bagi Ratu Fajrianisa Azharullah dan anggota kelompok lain untuk menentukan gerakan, kostum, dan pengambilan video.
”Alhamdulillah kita enjoy dan banyak dukungan dari dosen sehingga enggak terlalu menjadi beban ke anggota yang ikut lomba,” ujar mahasiswa semester dua tersebut.
Ia berharap, kemenangan timnya tersebut dapat memberikan banyak manfaat kepada siapa pun. Dengan perlombaan itu pula, dirinya berharap bisa menambah pengalaman dan relasi serta ke depannya bisa melanjutkan membuat karya serupa yang lebih keren lagi.
Tari kaulinan barudak
Sementara itu, juara 2 tari kaulinan barudak (tari permainan tradisional) dipersembahkan oleh Siti Annisa Nurhanifah, Sri Rezeki, Venny Anggi Wijayanti, dan Yulian Malia Shanti.
Sri Rejeki mengaku bahwa tari kaulinan barudak tersebut terbentuk dari mahasiswa PIAUD semester 2 dan 4 asuhan pelatih dosen Seni Tari PIAUD Yenny Yuanita MSn.
”Setelah terbentuk, kami mulai latihan 5 hari menjelang perlombaan. Nah karena kesibukan dari setiap personil, kita latihannya dua kali, yakni di malam hari dan pas sehari sebelum hari perlombaan, langsung take video bersama prodi Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) UM Bandung,” ungkap Sri Rezeki.
Adapun dalam video lomba kategori tersebut, tutur Sri Rezeki, dirinya dan anggota kelompok menampilkan berbagai permainan tradisional khas Sunda seperti “jaleuleu ja”, “dingding kiripit”, dan ”tong maliatong”.
“Jaleuleu ja” merupakan permainan untuk memanggil teman-teman agar ikut bermain. Sementara “dingding kiripik” adalah permainan menyimpan semua telunjuk pemain di telapak tangan. Nah yang tertangkap tangannya akan menjadi ucing (kucing).
Adapun dalam permainan ‘’tong maliatong”, ketika selesai nunduk dan lagu, si kucing menebak suatu benda yang ada di tangan para pemain.
Pada permainan ini yang menjadi kucing harus membungkuk dan tidak boleh melihat temannya. Temanya menaruh tangan di atas punggung kucing dan memindahkan kerikil secara bergantian sampai lagu habis. Setelah lagu habis, lalu kucing menebak kerikilnya ada pada siapa.
Sri Rezeki menuturkan permainan tersebut mengandung makna bahwa manusia tidak bisa hidup sendirian dalam hidupnya. Manusia pasti akan saling membutuhkan satu sama lain dan harus hidup dalam bingkai toleransi.
”Janganlah memilah-milah teman karena kita semua diciptakan sama sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain,” tandas Sri Rezeki. (Firman Katon)