107th Suara Muhammadiyah: Merancang Langkah Baru di Abad II
Oleh: Deni Asyari
Awal mula sempat diragukan kepastian waktu terbitan perdana majalah Suara Muhammadiyah.
Ada yang menyampaikan pada bulan Februari, ada pula pendapat yang menyampaikan pada bulan November dan sebagainya.
Sehingga sejak kelahirannya, tidak ada kepastian waktu kapan persisnya media persyarikatan ini diterbitkan.
Namun seiring berjalannya waktu, melalui pusat data litbang Suara Muhammadiyah yang dinakhhodai oleh Isngadi Marwah Atmadja, bersama tim mulai menelusuri secara perlahan waktu terbit perdana majalah Suara Muhammadiyah.
Dan pada akhirnya, penelurusan membuahkan hasil, dengan menemukan tahun hijriyah terbitan perdana majalah Suara Muhammadiyah, yang bertepatan pada 1 syawal 1333 Hijriyah. Kemudian setelah ditelusuri, tanggal tersebut bertepatan dengan Tanggal 12 Agustus 1915.
Maka mulai tahun 2022 ini, Suara Muhammadiyah sudah bisa merayakan Milad media persyarikatan ini dengan tanggal miladiyah yang pasti yakni tanggal 12 Agustus.
Sehingga tepat pada tahun 2022 ini, majalah Suara Muhammadiyah (SM) genap berusia 107 tahun. Sebuah usia yang sangat matang dan tua sekali.
Bahkan bisa dibilang, majalah SM satu-satunya media Islam yang masih eksis hingga memasuki abad Ke II ini. Sebab sudah tidak ada lagi media-media yang pernah hidup sezaman terbit dan bisa dinikmati.
Sebut saja misalnya beberapa media islam yang sudah tidak ada lagi, seperti Al Imam, Al Munir, Suluh, majalah Suara Tarbiyah Islamiyah, majalah pembela Islam, panji masyarakat, Harian Duta Masyarakat dan sebagainya, yang kini hanya tinggal nama dan sejarah.
Sehingga, satu-satunya media yang bisa melampaui usia 1 abad, hanya tinggal media resmi persyarikatan Muhammadiyah, yakni majalah Suara Muhammadiyah.
Maka tepatlah kiranya, jika Rekor Muri Indonesia maupun pemerintah dan dewan pers menobatkan majalah Suara Muhammadiyah sebagai media yang tertua dan media yang masih eksis hingga saat sekarang di negeri ini.
Capaian usia 107 tahun, bukanlah sesuatu yang mudah. Tentu tidak sedikit tantangan dan problema, baik internal maupun eksternal yang telah dilalui oleh majalah Suara Muhammadiyah.
Namun semua problema ini, sebagaimana yang disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir, telah menjelma menjadi amunisi dan kekuatan bagi Majalah Suara Muhammadiyah untuk tetap eksis dan bisa bertahan hingga awal abad kedua ini.
Transformasi Abad II
Satu sisi memang kita patut bersyukur atas keberlangsungan media ini hingga saat sekarang. Namun wujud syukur tentu bukan semata-mata berbangga terhadap yang telah berlalu. Melainkan melakukan terobosan dan inovasi-inovasi baru untuk masa yang akan datang.
Orang bijak mengatakan, ” kamu tidak perlu berbangga dengan apa yang telah engkau lakukan, tapi kamu harus khawatir terhadap masa depan yang belum kamu kerjakan ”
Maka, memasuki awal abad ke II majalah Suara Muhammadiyah, mau tidak mau, siap dan tidak siap, media ini harus berani melakukan transformasi dan terobosan yang bisa menjawab kebutuhan dan tantangan zaman saat sekarang serta yang akan datang.
Jika tidak demikian, tidak menutup kemungkinan, Majalah Suara Muhammadiyah juga akan menjadi bagian dari deretan sejarah dari media-media Islam yang sudah tidak terbit lagi.
Untuk itu, salah satu yang memungkinkan saat ini dilakukan oleh SM adalah, melakukan transformasi dari kerja-kerja teks menuju kerja-kerja konteks. Yakni membangun dan menghadirkan lini bisnis Suara Muhammadiyah sebagai sayap baru untuk mengembangkan dan mempertahanpan majalah Suara Muhammadiyah ke depan.
Oleh karenanya, jika beberapa tahun belakangan ini bermunculan berbagai lini dan sayap bisnis baru di bawah majalah Suara Muhammadiyah, sejatinya implementasi dari proses transformasi majalah SM di abad II ini.
Sembari manajemen juga melakukan berbagai langkah pembaharuan untuk publikasi media majalah Suara Muhammadiyah itu sendiri. Yakni dengan menghadirkan konsep media berbasis online, digital, elektronik dan sebagainya.
InshaAllah semua ini adalah permulaan yang akan terus dilakukan dan dilanjutkan dari generasi ke generasi, dengan menyesuaikan perkembangan zaman.
Maka pada momen yang mulia ini, tidak ada kata yang bisa terucap, melainkan rasa syukur atas semua nikmat keberlangsungan media ini, sekaligus memohon support dan dukungan semua warga persyarikatan untuk tetap setia menjaga dan membesar satu-satunya media tertua di Republik ini. Wallahu’alam.
Selamat Milad
107th Majalah Suara Muhammadiyah