Milad ke-25 FAI UM Surabaya, Dakwah Kultural Kembangkan Tradisi Intelektual Umat

Milad ke-25 FAI UM Surabaya, Dakwah Kultural Kembangkan Tradisi Intelektual Umat

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Fakultas Ilmu Agama UM Surabaya memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-25. Salah satu agendanya diadakan Forum Alumni Sharing Knowladge Session ke 1 Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya 2022, Senin,15 Agustus 2022 dengan tema “Membangun Semangat Toleransi Untuk Penguatan Karakter Bangsa.”

Turut hadir DR.dr.Sukadiono,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya, DR.Thoat Setiawan.M.HI. Dekan FAI UM Surabaya, alumni Ketua PWM DKI Jakarta H.M.Sun’an Miskan,Lc, alumni dan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi BaratDR.Wahyun Mawardi,S.Ag,M.Pd., alumni dan Wakil Ketua PWM Jawa Timur DR.Syamsuddin,M.Ag.

“Pertama saya bersyukur kehadirat Allah SWT, sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Agama dan Dakwah (FIAD) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya angkatan pertama 1964/1965 dan alumni FIAD UM Surabaya pertama (1968) dapat ikut bekerjasama untuk membuat jejaring antar dan sesama alumni. Maka lewat media ini saya dan istri Hj.Sabbaha Lillah Masyhuri,S.Ag yang juga alumni FIAD UM Surabaya mengucapkan selamat hari ulang tahun semoga FAI UM Surabaya makin maju,” ungkap Sun’an Miskan

Berbicara masalah Dakwah Kultural dalam Mengembangkan Tradisi Intelektual Ummat yang, Sun’an mengajak dahulu lembari pelajaran lama di FIAD UM Surabaya tentang apakah itu dakwah dalam pengertian umum yaitu adanya kelompok yang terorganisir (minkum ummatun), professional, mengajak yang makruf dan nahyu ‘anil mungkar dengan penuh bijaksana.

Hukum berdakwah oleh kalangan professional dengan cara yang professional ini ialah wajib.

Kalangan professional itu ialah alumni FIAD UM Surabaya,FAI UM Surabaya atau Fakultas Umum yang mengikuti kursus pelatihan dakwah.

Cara berdakwah yang professional itu diantaranya ialah pidato, khutbah, ceramah, menulis dan menggelar kesenian, seperti menjadi dalang wayang, membuat pagelaran ketoprak dan lomba seni olah raga.

Hukum berdakwah oleh kalangan awam dengan cara semampu yang ia bisa juga wajib seperti seorang istri mengingatkan suaminya untuk segera solat karena waktu solat sudah hampir habis.

Jadi dakwah amar makruf nahi mungkar dengan hikmah bijaksana itu sangat penting, sampai dihukumkan wajib sebagaimana dijelaskan diatas.

Adapun Dakwah Kultural Muhammadiyah ialah sebuah upaya untuk memahami dan menggunakan potensi-potensi kultural masyarakat Islam sebagai wahana untuk menanamkan Islam yang membumi,, yakni Islam yang bisa merubah potensi menjadi gerak kemajuan sosial.

Rumusan di atas lahir pada tahun 2002 pada Tanwir Muhammadiyah di Bali

Akan tetapi dalam prakteknya itu sudah dijalankan sejak Muhammadiyah itu didirikan oleh KH Ahmad Dahlan.

Sebagian besar pengurus Muhammadiyah saat itu seperti KH Ahmad Dahlan adalah Abdi Dalem Kraton Ngayogyokarto. Beliau sebagai penghulu dan Imam Masjid Gede Kauman yang berpakaian Jawa.Begitu Muhammadiyah berdiri beliu tetap mempertahankan seni berpakaian Jawa, tetap pakai belangkon, pakai kain jarik, meski saat itu pada berbangga berpakaian ala Eropa seperti Belanda, memakai celana ,jas dan berdasi.

Beliau lebih berani lagi dalam mengadakan pembaharuan, merubah cara berfikir masyarakat yaitu huruf Arab Pegon yang jadi budaya pesantren, beliau rubah ke huruf jawa untuk menafsirkan Al Qiur’an. Tafsirnyapun berbahasa Jawa. Sekolah yang pertama kali didirikan di Musholla beliau dan di rumah beliau diajarkan ilmu agama dan ilmu umum dan diajarkan bahasa Belanda.Itulah sebabnya Muhammadiyah sangat cepat bisa diterima di luar kampung Kauman kampung Kiai dan bagian dari tradisi Kraton Jawa Islam. Disain Kraton Jawa Islam , maka di depan sebelah utara istana harus ada alun-alun ( Lor ), dan di belakang ada alun-alun selatan (Kidul), harus ada Masjid Agung dengan kampung santri Kaumannya, harus ada pasar, dan ada penginapan untuk para pedagang.

Di jawa Timur khusunya di Surabaya pada tahun sebelum berdirinya Muhammadiyah,maka KH Mas Mansur yang berjiwa pembaru alumni Universitas Al Azhar Mesir juga melakukan perubahan perubahan mental masyarakat, merubah adat yang tidak di dasari syarak.

Diantara paham yang jauh dari tuntunan Agama Islan ialah ulama di Surabaya mewajibkan seluruh penduduk Surabaya hanya boleh solat Jum’ah dan berjamaah di Masjid Ampel saja.Dilarang mendirikan masjid selain Masjid Ampel.

Akibatnya Masjid Ampel itu berjubel jubel jamaahnya saat solat berjamaah. Apalagi kalau waktu solat Jum’ah. Sof tidak lurus, meluber ke kuburan Sunan Ampel dan kuburan lainnya.Solatpun menghadap ke kuburan dan suara suara bising seperti baca wiridan sebelum dan sesudah solat yang tidak ada dasar hadistnya mengganggu kekhusukan solat.. Praktis air untuk bersuci, berwudlu kotor tak terhindarkan karena belum ada sistem air kran.Sangat jauh dari ungkapan An Nadlofatu Minal Iiman.

Beliau sebagai pengurus Masjid Ampel lalu menjelaskan kepada jamaah bahwa ia akan mendirikan Masjid di kampungnya tidak terlalu jauh dari Masjid Ampel karena Masjid Ampel sudah tidak muat jamaahnya.

Terjadilah pertentangan yang sengit, antara yang pro dan yang kontra.Tetapi KH Mas Mansur terus meyakinkan ke pengikutnya : Kita ini memberentas Takhayul,Bid’ah dan Khurofat ( TBC ), mengajak maju tetapi tidak punya tempat praktek, orang tidak tahu buktinya. Kita harus punya tempat praktek dan percontohan.Maka berdirilah Masjid At Taqwa di samping rumah beliau, sekaligus berfungsi sebagai madrasah yang disebut dengan Madrasah Mufidah yang sampai sekarang masih wujud dan berkembang .

Dari sanalah lahir tokoh-tokoh seperti bpk KH Anwar Zein, Bpk KH Abdullah Wasi’an ,Bapak Wisatmo yang organisator,K.Sahlan, putra beliau sendiri KH Aunur Rofiq Mansur dll.

Termasuk Bung Karno juga rajin mengikuti pengajian di Masjid At Taqwa, terutama kalau KH Ahmad Dahlan lagi memberi pengajian disitu.

KH Mas Mansur berani menentang kelompok yang membid’ahkan olah raga sepak bola karena itu katanya tasyabbuh/menyerupai dengan menyepaki kepala Sayidina Husein bin Ali.

Beliau justru mewajibkan bermain sepak bola bagi mereka yang dalam berorganisasi dan membuat perkumpulan tidak dapat bekerjasama. Karena inti kemenangan sepakbola itu ialah kalau sebuah kesebelasan itu ada kerjasama yang kompak.

Fatwa itu beliau sampaikan di alun alun Gersik saat Muhammadiyah mengadakan pertandingan sepak bola di sana.

Jadi lewat seni budaya , seni olah raga, pendidikan,ekonomi ,dakwah bisa diperankan .

Di tahun 1965 saat meletus pemberontakan komunis ( G30S/PKI ) dan mereka gagal. Maka kekuasaan mereka di Radio Surabaya oleh team keseniannya LEKRA dengan lagu njer genjernya yang tak pernah berhenti setiap hari oleh dosen dakwah Bpk H. Isngadi,BA meminta kepada Sun’an untuk merebut corong radio Surabaya itu. Dengan dunia seni yang Sun’an geluti di FIAD UM Surabaya bersama mahasiswi seangkatan yaitu Sdri Salma Ba Halwan mengisi radio itu dengan “Langen Suara”.

Sebuah pelajaran Agama Islam disampaikan secara dialog diiringi dengan irama musik milik radio itu. Langen suara sebagai pengganti kesenian milik Komunis LEKRA itu menyebarkan dakwah Islam ke berbagai pelosok kawasan terutama di Jawa Timur dan kampung Sun’an sendiri Padang Bandung- Dukun- Gresik. Berdakwah dengan langen suara ada suara laki dan wanita saat itu sangat menimbulkan pro dan kontra.

Bagi yang tidak memahami studio radio, mereka mengira bahwa Sun’an di situ hanya berduaan saja dengan sdri Salma Ba Halwan dan dicap bergaul bebas antara laki dan perempuan, juga dianggap menyendiri antara laki dan perempuan. Pada hal di studio Radio thn 1965 maupun sebelum dan sesudahnya banyak orang disitu. Dari penata suara, penata musik, perekam suara dan para pengawas. Sebuah lingkungan yang aman tidak mungkin kita berbuat berlawanan dengan Ahlak Mulia.

Maka orang tua Sun’an di kampung menjadi cemoohan orang,bahwa anaknya itu sudah lepas kendali di Surabaya. Bergaul bebas.Dan memang saat itu 1965 wanita masih sangat terkekang, masih jadi konco wingking tidak dapat berperan aktif di luar rumah seperti belajar, mengajar ,dagang, berpolitik dan lainnya.

Tidak hanya dikampung Sun’an yang fanatik beragama itu di kota Surabaya -pun terjadi pro dan kontra tentang dakwah lewat seni “ Langen-Suara “. Paham masyarakat berdakwah itu ya pidato.

Alhamdulillah dunia dakwah sekarang sudah lebih baik. Kultur modern, melalui media daring sekarang ini, intelektual masyarakat sudah dapat dicerahkan sampai lapisan yang terbawah dan jangkauan sangat luas.

Sekarang orang tidak meributkan lagi jamaah pengajian laki-laki diajar oleh Ibu Ustadzah dan sebaliknya..

Kebalikan dari dakwah kultural ialah dakwah struktural atau tepatnya lewat politik praktis . Perebutan kekuasaan dengan menguasai legislatif, eksekutif dan yudikatif lewat pemilu 5 ( lima ) tahunan.

Muhammadiyah juga sangat memperhatihakn dakwah ini. Individu warga Muhammadiyah yang berbakat politik didorong. disemangati dan di dukung ke sana. Setiap warga Muhammadiyah harus menggunakan hak pilihnya.

Namun komando dakwah Muhammadiyah tetap di kultural di ormas, tidak di partai politik agar dakwatul Haq itu bil Haq.

Sebab kalau Muhammadiyah jadi partai politik maka dalam mencari masa untuk merebut kekuasaan sebanyak banyaknya , Muhammadiyah harus berkampanye, harus berdi’ayah dan cenderung banyah bohongnya supaya jajanannya laku. Bak memasarkan kecap bahwa kecap dirinyalah yang nomor satu. Muhammadiyah tidak mendikotomikan antara kedua lahan dakwah itu.

Muhammadiyah dengan Amal Usahanya ( AUM ) yang begitu banyak, dengan asetnya yang begitu besar, maka keselamatannya dan dapat ditekuni pengembangannya kalau Muhammadiyah tetap sebagai ormas, tidak menduakan diri jadi partai politik.

Dana yang ada tidak boleh untuk kampanye partai , sebab kalau kalah duwit ummat, duwit wakaf itu hilang dan kursi empuk di DPR dan Pemerintahan diduduki orang lain. Karena sibuk berpolitik dan berkampanye, lobi sana lobi sini maka pasti amal usaha akan morat marit, terbengkalai seperti dahulu sewaktu Muhammadiyah sebagai anggota istimewa Pasrtai Masyumi.. Waktunya habis untuk main politik karena politik itu adalah lobi-lobi dan perang tanpa senjata yang kalau salah dan kalah partainya,Muhammadiyahnya akan dibubarkan.

Dakwah kultural rumusan Sidang Tanwir Muhammadiyah di Bali thn 2002 itu juga sebuah sikap terhadap kebudayaan dan merespon kemajemukan masyarakat dan situasi yang makin komplek.

Dai harus arif dalam menanamkan nilai nilai Islam dan intelektual masyarakat, kecerdasan masyarakat agar terjauh dari prilaku yang mematikan intelektual ummat seperti ajakan untuk taqlid buta, untuk kultus individu .

Potensi dan kecenderungan manusia itu harus dibina dan dikembangkan, misalnya secara sosiologi-antropologi, bahwa manusia itu adalah :

Puncaknya adalah pergi haji ke Haramain. Disana disamping beribadah yang waktunya hanya 7 hari dari 8 Dzulhijjah sampai 13 Dzulhijjah, saat pulang dari bermalam di Mina.Maka sisa yang 3 bulan dari Syawwal sd Dzulhijjah itu adalah untuk berziarah ke tempat bersejarah, berdagang, mendendeng daging kurban untuk dibawah pulang,menjalin persahabatan antar bangsa. Dan para ulama dan intelektualnya mengadakan muktamar musim haji di Rabithah Alam Islami yang punya kantor di Mekkah dan balai pertemuan di Mina.

PWM DKI Insya Allah pada Ahad tanggal 28 Agustus 2022 ini dalam rangka menyambut kemerdekaan RI yang ke 77 dan Gebyar Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah November 2022 akan mengadakan festifal gerak jalan sehat dan pawai . Sebanyak 306 (tiga ratus enam) bendera Merah Putih,Muhammadioyah,’Aisyiyah,Pemuda,NA,IMM,IPM,Tapak Suci dan HW akan dikibarkan oleh Angkatan Muda Muhammadiyah ( AMM ).

Diharapkan tertanam jiwa nasionalis yang religius dikalangan warga persyarikatan Muhammadiyah DKI Jakarta.

Insya Allah 5.000 ( lima ribu ) orang peserta dari TK Bustanul Athfal sampai kalangan Perguruan Tinngi akan ikut serta. Dimulai dari silang Monas Barat Daya menuju ke putaran Hotel Indonesia (HI) dan kembali ke silang Monas Barat Daya. Diusahakan ada berbagai door price, seperti tiket untuk pergi umrah yang akan disediakan.

Dakwah kultural ini juga dicontohkan oleh Rasululllah SAW. Begitu sampai di Yasrib saat beliau berhijrah, maka nama Yasrib yang konotasinya itu orang udik, orang nomaden, pengembara tak punya kampung halaman, bodoh dan miskin beliau rubah dengan Al Madinah Al Munwwarah, Kota Berbudaya Yang Disinari Wahyu dan penduduknya yang majemuk berbagai suku dan agama diikat dalam satu perjanjian yang disebut dengan Piagam Madinah.

Diantara isinya ialah tidak boleh ada paksa memaksa dalam beragama dan masyarakat Madinah harus bekerjasama memajukan ekonomi dan sama sama menjaga keutuhan Madinah dari serangan musuh dari luar.

Di pasar tahunan di Madinah, Rasulullah SAW juga menghidupkan lomba membaca, menulis syair. Pemenangnya diberi gelar “ Sayidul Arab “ tuannya bangsa Arab. Sebuah gelar yang sangat terhormat.

Beragama Islam tidak harus jauh dari dunia seni atau anti kesenian.

Seni yang menghasilkan keindahan termasuk yang menggunakan media social berbasis internet sekarang ini , ada video,twitter, YouTobe,Facebook instagram,WA adalah wujud refleksi dan ekspressi Jamalaiyah Tuhan Yang Maha Indah.

Sebagai penutup, sungguh indah Sabda Rasulullah SAW berikut ini :

إِنَّ اللّهَ جَمِيْلٌ يُحِبُّ الجَمَالَ

Allah itu indah dan mencintai keindahan (HR Muslim dari Abdullah bin Mas’ud). (Riz)

Exit mobile version