Kabar Gembira bagi Pembaca Surah Al-Ikhlas dalam Shalat
Oleh: Muhamad Hibanullah
Al-Qur’an terdiri dari 114 surat yang tercakup dalam 30 juz. Di antara banyaknya surat tersebut, mayoritas yang sering dibaca yaitu surat al-Ikhlas. Alasan itu mudah sekali ditebak, sebab surat al-Ikhlas merupakan salah satu surat terpendek yang hanya terdiri dari 4 ayat. Kemudahan itu tidak hanya pendeknya surat melainkan al-Ikhlas memiliki susunan kalimat yang mudah dibaca dengan akhiran huruf dal atau di dalam ilmu balaghah disebut dengan sajak. Sehingga surat ini banyak dipakai ketika shalat di kalangan masyarakat. Tetapi bagi sebagian orang ada yang menganggap remeh surat al-Ikhlas ini dengan asumsi bahwa seorang imam yang membaca surat al-Ikhlas menandakan sedikitnya hafalan al-Qur’an si imam. Tetapi tahukah mereka bahwa surat al-Ikhlas memiliki beberapa keistimewaan. Lantas apa saja keistimewaan itu? Mari simak penjelasan berikut.
Dicintai oleh Allah
Kebiasaan membaca al-Ikhlas dalam shalat bukan hanya terjadi di zaman sekarang khususnya di Indonesia, tetapi ini pun pernah terjadi di masa Rasulullah saw. yang diterangkan dalam hadis di bawah ini:
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا : أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ رَجُلًا عَلَى سَرِيَّةٍ, فَكَانَ يَقْرَأُ لِأَصْحَابِهِ فِيْ صَلَاتِهِمْ, فَيَخْتِمُ بِ }قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ{, فَلَمَّا رَجَعُوْا ذَكَرُوْا ذَلِكَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : سَلُوْهُ لِأَيِّ شَيْءٍ يَصْنَعُ ذَلِكَ؟ فَسَأَلُوْهُ فَقَالَ : لِأَنَّهَا صِفَةُ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ, فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَقْرَأَ بِهَا. فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَخْبِرُوْهُ أَنَّ اللهَ تَعَالَى يُحِبُّهُ.
“Dari Aisyah ra. bahwasanya Rasulullah saw. mengutus seorang laki-laki dalam sebuah ekspedisi militer, lalu laki-laki itu membaca untuk sahabatnya dalam shalatnya dengan Qul Huwallahu Ahad (al-Ikhlas) dan menutupnya juga dengan surat itu. Tatkala mereka pulang, mereka menceritakan hal ini kepada nabi saw., lantas nabi saw. bersabda : “Tolong tanyakan kepadanya, mengapa ia berbuat demikian?“ Mereka pun menanyainya, maka orang itu menjawab “sebab surat itu menggambarkan sifat al-Rahman (Allah ‘azza wa jalla) dan aku sangat suka untuk membacanya“, lantas nabi saw. bersabda “Beritahukanlah kepadanya bahwa Allah swt. mencintainya.“” (al-Bukhari nomor 6827)
Sekilas terlihat sama dari segi surat yang dibaca, namun perbedaannya terletak pada semangat atau motivasi dari membaca surat al-Ikhlas tersebut berbeda. Para sahabat terdahulu membaca demikian sebab mereka sangat tertarik dengan kalimat-kalimat dalam surat tersebut.
“Sekelompok dari salaf saleh ada yang pingsan ketika sedang membaca al-Qur’an, dan sekelompok yang lain meninggal dunia dalam kondisi membaca al-Qur’an.” Ucap Imam an-Nawawi dalam kitabnya at-Tibyan fi Adab Hamalatil Qur’an bab Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
Al-Ikhlas setara dengan 1/3 al-Qur’an
Ustaz Gassan al-Ghazi, alumni mahasiswa Universitas al-Azhar Mesir mengatakan bahwa setiap surat dalam al-Qur’an memiliki keutamaannya masing-masing tergantung di mana seseorang itu melakukan suatu amalan karena kesemuanya itu merupakan kalam Allah swt.
Berbicara tentang surat al-Ikhlas ini terdapat dalil tentang keutamaannya,
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ أَنَّ رَجُلًا سَمِعَ رَجُلًا يَقْرَأُ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ يُرَدِّدُهَا فَلَمَّا أَصْبَحَ جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ وَكَأَنَّ الرَّجُلَ يَتَقَالُّهَا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّهَا لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“Dari Abi Sa’id al-Khudri, bahwasanya ada orang mendengar seseorang membaca “qul huwallahu Ahad“, dan diulang-ulang. Pada keesokan harinya, ia mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan melaporkannya, seakan ia menganggap remeh. Maka Rasulullah bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, ia sebanding dengan sepertiga Al-Qur`an“” (H.R. al-Bukhari nomor 5013).
Membaca surat secara lengkap meskipun sedikit lebih utama dibanding membaca surat yang panjang tetapi tidak selesai
Terdapat kaidah yang menyebutkan,
مَاكَانَ أَكْثَرُ فِعْلًا كَانَ أَكْثَرُ فَضْلًا
“Apa-apa (sesuatu) yang lebih banyak dikerjakannya maka lebih banyak pula keutamaannya (pahalanya).” (Salim Hadromi & Nurlaelah, 2012 : 71)
Kaidah ini merupakan turunan dari hadis riwayat Muslim dari Aisyah ra. yang berbunyi
أَجْرُكَ عَلَى قَدْرِ نَصَبِكَ
“Pahala yang engkau peroleh itu sekedar menurut kepayahanmu dalam mengerjakannya”
Contohnya yaitu seseorang yang mengerjakan shalat sunah dengan berdiri lebih besar pahalanya dibanding yang mengerjakannya dengan duduk karena ada tambahan pekerjaan yaitu berdiri, begitu pula yang mengerjakan dengan duduk lebih utama dibandingkan dengan yang berbaring.
Kaidah di atas hanya berlaku kepada perkara-perkara yang tidak disebutkan secara khusus oleh nabi, sedangkan terdapat pula pengecualian salah satunya tentang membaca surat sampai selesai merupakan kebiasaan nabi, sehingga jika seseorang mengikutinya maka ia tidak hanya melaksanakan perintah untuk menambahkan di dalam shalatnya dengan surat selain al-Fatihah, melainkan ia juga mengikuti nabi dalam persoalan bagaimana aturan yang ideal dalam membaca surat di dalam shalatnya. Contoh lain seperti shalat tarawih dengan 11 rakaat lebih utama dibanding dengan 23 rakaat, sebab yang dilakukan dengan 11 rakaat merupakan kebiasaan yang nabi lakukan. (Salim Hadromi & Nurlaelah, 2012 : 73)
Kesimpulannya bahwa membaca al-Ikhlas memiliki faedah yang begitu besar. Bukan sebuah aib bagi siapapun yang membacanya ketika shalat, terlebih ada keutamaan tertentu ketika membaca al-Ikhlas di waktu-waktu khusus. Akan tetapi bagi yang mendalami ilmu agama serta demi terjaganya hafalan al-Qur’an yang selama ini dipegangnya maka hendaknya membaca ayat yang sudah ia hafal.
Wallahu a’lam
Muhamad Hibanullah, Mahasiswa PUTM PP Muhammadiyah, Yogyakarta