SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Mudah-mudahan pada Milad ke -105 ini akan terlahir kembali pemikiran-pemikiran genuine, program-program strategis yang sekarang sudah dirancang bangun oleh ‘Aisyiyah baik di jajaran Pimpinan Pusat, Pimpinan Wilayah, maupun sampai lini yang paling bawah.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa dalam kegiatan Resepsi Milad 105 ‘Aisyiyah dengan tema “Perempuan Mengusung Peradaban Utama, Literasi Politik Dalam Upaya Mengusung Peradaban Utama” pada Sabtu (20/8/2022).
Dalam acara yang bertempat di Aula Mas Mansyur Lantai 3 Gedung Muhammadiyah Jawa Timur tersebut Khofifah membawakan dua ayat dalam al-Qur’an yang menurutnya dapat menjadi pegangan bagi ‘Aisyiyah yang sesuai tema Milad yakni mengusung peradaban utama.
Ayat pertama adalah Q.S an-Nahl ayat 97. Ayat ini disebut Khofifah berkaitan langsung dengan kesetaraan pengakuan dari seluruh kerja keras mukmin laki laki dan mukmin perempuan.
“Pada dasarnya seperti ini, tapi karena ada kultur-kultur yang sangat dominan pola-pola patrilineal seolah-olah penghormatan, penghargaan, apresiasi kepada perempuan itu akhirnya menempatkan perempuan pada second class society,” terang Khofifah.
Oleh karena itu menurutnya perempuan harus pintar, ada keunggulan kompetitif dan komparatif yang dimiliki seorang perempuan.
Lebih lanjut Khofifah menyampaikan bahwa dalam upaya untuk membangun peradaban maka akarnya adalah pendidikan bagi generasi bangsa sejak lahir. “Kita mau cerita peradaban yang bangunannya itu dimulai dari sejak lahir, golden age, lalu dari PAUD diajarkan bagaimana saling menghargai dan menghormati satu sama lain, keberadaban, kesantunan.” Bagi Khofifah maka adalah sebuah keharusan untuk dapat menguatkan peran para guru PAUD bahkan para pengasuh dalam upaya membangun peradaban.
Ayat kedua yang disampaikan oleh Khofifah adalah Q.S an-Nisa’ ayat 9. Di mana ia menekankan pentingnya Qaulan Sadidan yang dapat bermakna ucapan, atau perkataan yang benar, baik isi pesan maupun penyampaian, dan tata bahasa.
“Dua hal ini kalau kita cerita soal peradaban maka guru gurunya tidak boleh bersuara keras, anaknya juga kembali ke rumah dia akan menyampaikan sesuatu yang baik dan santun maka itulah sebetulnya peradaban,” terangnya. Menyoroti situasi kekerasan yang kerap terdengar baik kekerasan fisik, maupun kekerasan secara IT, dan seterusnya, maka menurut Khofifah penghormatan dari semua elemen, yang senior menyayangi yang junior, yang junior menghormati yang senior adalah penting.
Khofifah mengapresiasi peran dan kemajuan yang sudah dilakukan ‘Aisyiyah Jawa Timur dan kaitannya dengan pendalaman ‘Aisyiyah se-Jawa Timur dalam hal literasi politik perempuan dalam upaya perempuan membangun perdaban yang berkemajuan maka dua ayat ini dapat dijadikan referensi. “Saya rasa salah satu basisnya dua ayat ini menjdi referensi kita bersama dalam rangka membangun hari ini lebih baik dari kemarin, besok lebih dari hari ini, dan seterusnya.” (Suri)