YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka menyemarakkan Syi’ar Muktamar ‘Aisyiyah ke-48, Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah (PWA) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), menggelar acara talkshow bertema “Berbagi Pengalaman Baik Pengelolaan Program ‘Aisyiyah”, pada Sabtu (20/8) secara luring dan daring. Secara luring diadakan di aula gedung PWM (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah) DIY jalan Gedongkuning 130 B Yogyakarta.
Dihadiri oleh Pimpinanan Harian PWA beserta wakil dari majelis PWA. Mengundang perwakilan dari seluruh PDA (Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah) se-DIY yaitu Bantul, Gunung Kidul, Kota Yogyakarta, Kulon Progo dan Sleman. Serta wakil dari cabang dan ranting, para alumni SKP (Sekolah Kepemimpinan ‘Aisyiyah) PWA DIY. Acara secara daring melalui zoom meeting, sehingga bisa diikuti oleh semua level pimpinan, anggota, penggiat Amal Usaha ‘Aisyiyah serta masyarakat luas.
Narasumber dalam talkshow, adalah para pengelola kegiatan ‘Aisyiyah yang diharapkan bisa menginspirasi di tempat-tempat lain untuk terus menggerakkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan ‘Aisyiyah. Yaitu dari Rumah Kegiatan GACA (Gerakan ‘Aisyiyah Cinta Anak) Kraton, GLHA (Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah (GLHA) Trirenggo Bantul dan Day Care Griya Lansia ‘Aisyiyah (DCLA) Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (PRA) Perumnas Condong Catur, Depok, Sleman.
Siti Zulaihah selaku Ketua PWA DIY, dalam sambutannya menyampaikan bahwa talkshow menjadi spesial karena para narasumber berasal dari akar rumput ujung tombak ‘Aisyiyah. Yaitu para pelopor, penggerak dan penggiat kegiatan di cabang atau ranting masing-masing. Diharapkan dengan transfer pengetahuan dan berbagi pengalaman bisa menginspirasi daerah-daerah lain untuk meningkatkan kualitas kegiatan ‘Aisyiyah agar lebih meningkat dan meluas kebermanfaatannya.
Dengan 3 kata kunci ATM yaitu amati, tiru dan modifikasi. Di penghujung sambutan Zulaihah mengungkapkan,”Pandemi telah memberi kita banyak pelajaran, meski tidak mudah kita telah mampu membuktikan bahwa tantangan bisa menjadi peluang, yang awalnya sulit menjadi mudah, asal terus mau belajar.”
Rokini, M. Pd. dari GLHA Trirenggo Bantul dengan motto “Solusi Tepat, Selamatkan Umat” menuturkan bahwa lahirnya GLHA Trirenggo bermula dari keprihatinan ibu-ibu ‘Aisyiyah menyaksikan dampak pandemi yang memprihatikan. Selain terkait terutama secara langsung masalah kesehatan, pandemi juga berdampak pada sektor ekonomi. Terjadinya penurunan pendapatan masyarakat, bahkan beberapa kehilangan mata pencahariannya. Yang langsung berimbas pada kemampuan keluarga memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Kalau dibiarkan tentu akan mengancam ketahanan keluarga yang akan mengancam juga ketahanan sosial.
Berangkat dari keprihatinan tersebut, ‘Aisyiyah mencoba melakukan kegiatan dengan memanfaatkan pekarangan dan lahan yang ada di sekitar. Dengan merintis berdirinya lumbung hidup ‘Aisyiyah. Dengan pembibitan, kebun sayur dan toga (tanaman obat keluarga), peternakan lele dan unggas, bunga dan lain-lain. Ternyata selain bisa untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari bagi masyarakat sekitar terutama untuk yang sedang isoman (isolasi mandiri), lansia dan juga stunting.
Juga bisa menjadi program pemberdayaan ekonomi. Dan kebermanfaatannya semakin meluas, di saat pandemi sudah melandai bisa membuka outbond, yang banyak diminati terutama bagi anak-anak sekaligus sebagai media pendidikan cinta alam. Bagi para penggemar dan pengrajin ecoprint juga bisa memanfaatkannya, karena GLHA Trirenggo menyediakan “Seribu Macam Daun” sebagai salah satu bahan terpenting pembuatan kerajinan salah satu model batik tersebut.
Sri Wahyuningsih dari Day Care Lansia ‘Aisyiyah (DCLA) Perumnas Condong Catur yang mengusung motto Lansia “Setaman” (Sehat, Taqwa, Mandiri dan Manfaat). Angka harapan hidup masyarakat DIY tertinggi se-Indonesia. Salah satunya bisa dilihat dari prosentase dan jumlah lansia yang semakin meningkat, termasuk di PRA Perumnas Condong Catur.
Merespons situasi tersebut maka sejak tahun 2014, ‘Aisyiyah merintis kegiatan Pesantren Lansia, agar meski usia sudah lansia tetap sehat jasmani ruhani, bahagia dan mandiri. Berlangsung selama 3 hari, diadakan tiap 6 bulan sekali. Memanfaatkan gedung BKS (Balai Kesejahteraan Sosial).
Semakin lama, minat masyarakat yang terus meningkat dan meluas, tempat menjadi kurang memadai. Maka PRA merintis tempat yang lebih kondusif untuk berkegiatan lansia yang memerlukan kriteria khusus. Maka didirikan gedung senior care DCLA yang bisa menampung 100 lansia. Dan mulai Agustus 2022 ini sudah bisa dimanfaatkan dengan pengembangan kegiatan yang lebih variatif dan menarik agar lansia selalu berbahagia, seperti Madrasah Lansia, ketrampilan dan kesenian, tempat penitipan lansia, dan lain-lain.
Siti Roikhanah, S.Pd., MM dari RKGK (Rumah Kegiatan GACA Kraton) memaparkan bahwa RKGK berdiri, merupakan keinginan dari PCA Kraton untuk meningkatkan kualitas layanan kesejahteraan bagi anak-anak terutama anak asuh ‘Aisyiyah yang berjumlah 250an tersebar di 11 ranting, yang selama ini sudah mendapat santunan rutin agar juga mendapat pembinaan terutama nilai-nilai Islam yang berkemajuan.
Apalagi setelah PWA DIY melaunching GACA sekaligus PCA Kraton mendapatkan wakaf rumah yang diperuntukkan bagi kegiatan anak. Menemukan momentum yang tepat, untuk bisa turut memberikan yang terbaik bagi anak-anak terutama di wilayah Kraton, menjadikan RKGK sebagai pusat kegiatan anak untuk berkreasi sesuai dengan minat dan bakatnya. Kegiatan berpusat di hari Sabtu dan Ahad ketika libur sekolah.
Dengan beragam kegiatan, bimbingan pelajaran sekolah, Ke-Islaman dan Ke-Muhammadiyahan, Literasi, Bahasa Inggris, Bahasa Arab, menari, menyanyi, menulis dan lain-lain.
Pada awalnya kegiatan bersifat preventif, seiring berjalannya waktu karena tuntutan kebutuhan RKGK juga melakukan kuratif. Berupa pendampingan anak-anak yang menghadapi masalah dengan memberikan konsultasi, pendampingan dan rujukan.
Pada saat pandemi kegiatan tatap muka diliburkan sementara, kegiatan-kegiatan dilakukan secara online dan kunjungan ke rumah-rumah untuk memastikan agar anak-anak tetap mendapatkan hak-haknya terus bahagia bisa belajar menyelesaikan masalah yang dihadapinya. (Intan/Riz)