Menaklukkan Orang-Orang (merasa) Istimewa

Istimewa

Foto Ilustrasi Dok Freepik

Menaklukkan Orang-Orang (merasa) Istimewa

Sore itu, aku melewati jalan Antasari menuju arah Ciputat. Sial, ketika mobilku tengah berada diatas jalan layang, jalanan macet. Tiba-tiba, asam lambungku naik. Keringat dingin mulai keluar. Sensasi sesak nafas muncul. Irama nafasku pendek-pendek. Jantung berdebar. Untung bisa segera menemukan air mineral bekas anak di pintu samping mobil. Langsung kutenggak sambil mengatur pernafasan dan mencoba untuk lebih rileks. Sejak siang, aku memang belum sempat makan siang. Hanya menenggak beberapa gelas air dan kopi.

Belum juga rasa rileks itu datang, dari belakang muncul kendaraan dengan plat nomer yang identik dengan lembaga negara. Ia bukan ambulance, bukan mobil pemadam kebakaran, bukan tamu asing, ataupun rombongan presiden. Bunyi klaksonnya khas, keras sekali. Lampu birunya menyala-nyala berkilauan menambah daya terror bagi pengendara mobil lain. Mereka diminta minggir mepet ke kanan ataupun ke kiri, sehingga ia bisa leluasa melewati jalur tengah.

“Astghfirullah hal aziim”, desahku. “Ya ALLAH, berilah saya kesabaran”.

Jika suatu saat Anda pergi bandara, terminal ataupun pelabuhan, coba perhatikan dengan cermat deh… Kendaraan milik siapakah gerangan yang secara telanjang kerap melanggar aturan. Baik aturan di area perparkiran, area antrian, hingga area antar-jemput. Perilaku melanggar aturan parkir itu sering sekali terbiarkan. Mungkin karena ada anggapan, bahwa para pengguna mobil-mobil tersebut adalah orang-orang yang dianggap istimewa.

Pada akhir pekan, saat melewati jalur puncak, Jawa Barat, aku juga pernah mengalami perlakuan serupa. Para pengemudi diminta minggir, mengalah, karena ada mobil dinas hendak lewat. Pertanda itu tampak dari penampakan plat nomernya. Perilakunnya sama, bunyi klaksonnya khas, keras sekali.

Lampu kelap kelip warna biru terang yang terus menyala, bahkan terkadang berani melawan arus. Bising dan angker. Para pengemudi lain yang harus mengalah hanya bisa mengelus dada. Prihatin, memaki, hingga menyumpahi habis-habisan, meski hanya di dalam hati.

Aku, dan juga pengemudi lain, tentu tidak bisa memastikan, siapakah mereka yang sedang meminta didahulukan itu?. Jikapun benar itu yang minta prioritas itu adalah mobil dinas, apakah perjalanan mereka di seputaran tempat wisata itu benar-benar untuk kepentingan dinas ?. Aku dan para pengemudi lain hanya bisa pasrah dan mengumpat dalam hati.

Landasan Aturan

Secara aturan, Negara ini sebenarnya sudah memiliki aturan jelas. Ada undang-undang  No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), tepatnya pasal134. Di dalam pasal itu jelas, bahwa ada 7 jenis kendaraan yang boleh mendapatkan prioritas jalan dan perlu diutamakan, yakni:

  1. Kendaraan pemadam kebakaran (damkar) yang sedang melaksanakan tugas.
  2. Ambulans yang mengangkut orang sakit.
  3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas.
  4. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia.
  5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara.
  6. Iring-iringan pengantar jenazah.
  7. Konvoi dan atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Pada tataran prakteknya bisa berbeda lho. Perhatikan ketentuan nomer 7. Jika tidak ada pengawasan ketat, maka potensi pelanggaran sangat mungkin bisa terjadi. Polisi memiliki otoritas untuk menentukan sebuah pertimbangan tentang “kepentingan tertentu”. Sementara, para pengendara umum, rakyat biasa, tidak mudah untuk mengecek siapa gerangan orang yang sedang dikawal, sehingga merasa berhak untuk mendapatkan prioritas.

Sindrom Merasa Istimewa

Mengapa ada orang atau kelompok yang merasa bisa leluasa melanggar aturan di ranah publik?. Hematku, salah satu musababnya adalah karena orang atau kelompok tersebut terlanjur merasa bahwa mereka adalah orang istimewa di tengah-tengah masyarakat.

Perasaan menjadi istimewa itupun hanyalah akibat dari sekian musabab lain yang mungkin bisa beragam motifnya. Bisa karena merasa kebal hukum. Karena merasa punya pelindung yang sedang berkuasa. Bisa karena merasa memiliki teman-teman setia yang akan  membelannya meski ia bersalah. Karena berteman dengan mereka yang sedang punya kuasa. Banyak ragamnya. Tidak heran, jika ada orang yang berkendara dengan arogan, hanya karena menggunakan atribut yang identik dengan korp atau institusi negara tertentu.

Persamaan manusia di depan hukum memang baru sebatas menjadi cita-cita warga dunia. Ia lebih sering diperbincangkan dalam ruang diskusi, ruang kuliah, mimbar keagamaan hingga arena demonstrasi mahasiswa. Keadilan selalu bising dikhutbahkan, namun sepi dipraktekkan.

Kata adil, meski tertulis jelas dengan tinta hitam dalam kitab konstitusi, namun baru sebatas terbaca dan tersyiarkan. Entah kapan ia bisa dibumikan. Ruang pengadilan masih menjadi arena orang menuntut hak dan melampiaskan dendam, daripada upaya mewujudkan keadilan.

Menaklukkan Orang (merasa) Istimewa

Aku sengaja memberikan contoh-contoh dari perilaku jalanan orang-orang yang merasa selalu istimewa. Karena fakta inilah yang paling mudah terlihat dalam keseharian. Pelanggaran aturan, sekecil apapun, sejatinya akan berdampak sama pada sebuah kerusakan. Jika dibiarkan, ia akan terus merembet pada pelanggaran besar. Bahkan, ada yang berpandangan, dalam penegakan aturan hidup bernegara, sejatinya tidak ada takaran bobot pelanggaran. Besar atau kecil sama saja. Keduanya berdampak pada kerusakan yang sama.

Salah satu tantangan utama bangsa ini adalah kemampuan para pemangkunya dalam mengatasi secara benar orang-orang yang sudah merasa diri mereka istimewa. Mereka tidak hanya membuat onar di jalanan, tetapi juga telah merusak tatanan sosial yang sudah ada. Hukum seolah tidak berlaku untuk mereka. Mereka merasa bisa bebas menabrak aturan tanpa rasa takut, karena sekali lagi, mereka merasa istimewa.

Jika para pengampu Negara ini tetap memperlakukan istimewa orang-orang yang merasa diri mereka istimewa, maka daya rusaknya akan semakin luar biasa. Negara besar ini bisa terjerembab dalam kubangan bangsa besar minus ketauladanan.

Aku sedang menimang calon pemimpin bangsa dengan prasyarat sederhana. Siapapun dia, ketika berani dan mampu menaklukkan orang-orang yang terlanjur merasa istimewa tersebut secara benar, maka dialah yang akan kupilih.

Ahsan Jamet Hamidi, Ketua PRM Legoso, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten

Exit mobile version