MEDAN, Suara Muhammdiyah – Kongres Umat Islam (KUI) ke-II Sumatra Utara berlangsung meriah. Pembukaan yang berlangsung, Jumat (26/8) di lapangan komplek Asrama Haji, Jalan Pangkalan Masyhur, Medan, berlangsung hingga Ahad besok (28/8). Kongres Umat Islam Sumatra Utara (KUI Sumut) ke-2 setelah digelar pertama kali pada 2018 di tempat yang sama.
Pembukaan KUI-2 ditandai dengan tampilnya beberapa tokoh, Mulai dari Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Dua mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Amin Rais dan Prof. Din Syamsuddin, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Utara, Dr. H. Maratua Simanjuntak dan Ketua DPD-RI AA LaNyalla Mahmud Mattalitti.
Ketua Panitia KUI-2 Dr. Masri Sitanggang menyampaikan, kongres itu digelar untuk melihat kembali bagaimana pembangunan bangsa Indonesia selama 77 tahun sejak proklamasi kemerdekaan. “Masih sesuaikah dengan yang diharapkan dan diiimpikan oleh pendiri bangsa dahulu. Itu dapat kita pahami pada pembukaan UUD 1945 yang menjadi titik tolak kita terkait arah bangsa ini,” kata Masri.
Masri Sitanggang menyampaikan apresiasi kepada Ketua MUI Sumut Dr. Maratua Simanjuntak yang merespon sangat positif kegiatan Kongres Umat Islam dan berharap kongres ini bisa merajut kepada ukhuwah umat Islam.
Masri menekankan, KUI ke-2 ini penting untuk melakukan kajian dan mendapatkan rumusan tentang agenda-agenda perbaikan yang perlu dilakukan ke depan. Karena itu, tema yang diangkat bertajuk ‘Mengokohkan Ukhuwah Islamiah dan Menata Ulang Indonesia”.
Jangan Pisahkan Umat Islam dari Indonesia
Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin, perjuangan kemerdekaan Indonesia telah dimulai tiga setengah abad sebelumnya melalui jihad para ulama dari berbagai daerah di Nusantara. Bahkan Negara Pancasila tidak terlepas dari kerelaan 73 Sultan Islam dari Aceh hingga Ternate/Tidore. Mereka rela menyerahkan kekuasaannya demi tegaknya Negara Bangsa yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia yg berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yg disahkan pada 18 Agustus 1945.
Masih di seputar kemerdekaan, lanjut Guru Besar Pemikiran Politik Islam ini, Dasar Negara Pancasila yg ada sekarang ini tidak terlepas dari kerelaan para tokoh Islam (antara lain Ki Bagus Hadikusumo dari Muhammadiyah dan KH Wahid Hasyim dari Nahdhatul Ulama) utk mengganti Sila Pertama pada Piagam Jakarta yg telah disepakati sebelumnya, yg berbunyi “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya” menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kedua rumusan ini menegaskan bahwa Negara Pancasila adalah negara yg berketuhanan. Hal ini diperkuat oleh Pasal 29 Ayat 1 UUD 1945 bahwa Negara berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa.
Maka oleh karena itu, tandas Mantan Ketua Dewan Pertimbangan MUI ini, jangan ada yang ingin menyapih Negara Pancasila dari agama khususnya Islam, dan apalagi menghilangkan jejak Islam dari Negara Pancasila. Seperti kata Bung Karno “Jasmerah” (Jangan sekali-kali melupakan sejarah), dan pada saat yang sama perlu diserukan “Jashijau” yakni Jangan sekali-kali hapus jasa ulama.
Mempersatukan Umat
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, menegaskan bahwa kemerdekaan RI adalah merupakan saham terbesar yang diberikan umat Islam melalui tokoh-tokohnya. Tak ada cerita lain, Umat Islam harus bersatu dan meneguhkan komitmennya untuk menjaga NKRI.
“Melalui Kongres Umat Islam itu, diharapkan dapat mempersatukan umat dan menjalin kekompakan diantara sesama,” ucap Edy Rahmayadi.
Edy menyebutkan, melalui kongres ini dapat mempersatukan umat Islam dan dapat mendukung program Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar semakin lebih baik lagi.
Besar Jalan Tokoh Islam untuk Indonesia
Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mataliti mengatakan Islam sangat berjasa dalam Perjuangan Kemerdekaan Bangsa Indonesia dalam merebut dan mempertahankan dari tangan penjajahan kolonial Belanda.
“Perjuangan Kemerdekaan RI itu dilakukan para tokoh-tokoh nasional yang umumnya beragama Islam, dan tanpa kenal menyerah mempertahankan Negeri Tercinta,” ucap LaNyalla, ketika sebagai pembicara pada Kongres ke-2 Umat Islam Sumatera Utara, di Asrama Haji Pangkalan Masyhur Medan, Jumat.
LaNyalla menyebutkan, perjuangan para tokoh nasional yang beragama Islam, tanpa kenal menyerah mengusir penjajahan kolonial Belanda dari Bumi Pertiwi.
Tokoh nasional itu rela mengorbankan jiwa raganya demi mempertahankan Kemerdekaan RI dari penjajahan Belanda.
“Para tokoh nasional Islam itu KH Wahid Hasyim, Haji Agus Salima, HM Yamin, dan tokoh-tokoh nasional Islam lainnya,” ucapnya.
Ketua DPD RI mengatakan, para tokoh nasional Islam itu berjasa dalam merebut Kemerdekaan RI.
Para tokoh nasional Islam yang sangat terkenal itu, juga berjasa dalam membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan RI, Pembentukan Pancasila dan UUD-1945.
“Perjuangan para tokoh nasional Islam itu rela berkorban demi perjuangan Kemerdekaan RI, hal ini perlu dicontoh para peserta Kongres ke-2 Umat Islam Sumatera Utara,” kata Ketua DPD RI.
Embrio Kongres Umat Islam Indonesia
Sementara itu Ketua MUI Sumut Dr. H. Maratua Simanjuntak menegaskan, umat Islam hari ini sedang menghadapi masalah semakin rapuhnya rasa ukhuwah. Ini merupakan persoalan serius. Ukhuwah Umat Islam harus dirajut kembali. Bukan hanya diperlihara. Karena ukhuwah umat sudah berserakan, maka harus dilakukan upaya yang sistematis. Bagi MUI pada miladnya ke-47, mengusung tema, “Merajut Kesatuan dan Kekuatan Umat dalam Ke-Binnekaan dan harapan itu disampaikan pada Kongres Umat Islam kali ini.
Ketua MUI Sumut itu berharap, KUI-2 ini dapat menjadi embrio bagi Kongres Umat Islam Indonesia dalam skala yang lebih besar.
Hadir 20 Tokoh Sebagai Narasumber
KUI Sumut, terang Masri, diselenggarakan berdasarkan kesepakatan ormas-ormas Islam di Sumut. Ada tiga topik besar yang akan dibahas. Pertama, bagaimana mewujudkan ukhuwah islamiah secara konkret dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, bagaimana menghadapi gerakan Islamofobia. Ketiga, menyusun agenda dalam menata ulang Indonesia.
Pada Kongres Umat Islam ke-II tahun 2022 ini, ada 20 pembicara dalam KUI ke-2 ini. Di antaranya ialah mantan Panglima TNI Jenderal (Purn.) Gatot Nurmantyo, Wakil Ketua MPR Tamsil Linrung, Pengamat Energi Marwan Batubara, Pengamat Ekonomi Ichsanuddin Noorsy, Syahganda Nainggolan, dan perwakilan dari ormas-ormas Islam di Sumut. (Syaifulh/Riz)