Dai Muhammadiyah Jatim Digembleng Komunikasi Dakwah Virtual

Dai Muhammadiyah Jatim Digembleng Komunikasi Dakwah Virtual

GRESIK, Suara Muhammadiyah – Dahsyatnya gempuran arus informasi melalui dunia maya menjadi perhatian serius Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Karena itu, secara khusus lembaga ini membekali para dai dengan kemampuan dakwah virtual, selain terus mengintensifkan dakwah konvensional.

Hal itu disampaikan Ketua LDK PWM Jawa Timur (Jatim), Muhammad Arifin ditemui seusai pembukaan bimbingan teknis (Bimtek) Dai Komunitas yang digelar di hotel Horison Gresik, Sabtu (27/8/2022). Bimtek yang dihelat hingga Minggu (28/8/2022) itu diikuti 70 dai di bawah naungan LDK dari delapan daerah di Jatim.

Ke-8 daerah yang mengirim dainya dalam Bimtek ini, yakni 4 daerah di kawasan Pantura: Gresik, Tuban, Bojonegoro, juga Lamongan. Selain itu, 4 daerah lainnya dari Madura, yakni Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep. Hadir dalam Bimtek ini, di antaranya Ketua PDM Jatim Sa’ad Ibrahim, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik M. In’am dan beberapa pengurus PDM lainnya.

“Ada dua hal yang kami fokuskan dalam Bimtek kali ini. Keduanya terkait dakwah di dunia maya lewat agenda-agenda virtual dan dakwah di dunia nyata,” ujar Arifin.

Dikatakan, perkembangan dunia teknologi informasi yang ditandai dengan gencar dan dahsyatnya arus informasi virtual harus direspons para dai dengan meningkatkan kapasitas dalam dakwah virtual. Karena itu, para dai mesti terus meng-upgrade kapasitas diri dalam perspektif dakwah virtual atau dakwah digital.

“Kalau tidak meningkatkan kapasitas di dunia maya, selain kurang menarik, kita akan terus ketinggalan dalam memberikan informasi kepada sasaran dakwah kita,” tandas Arifin.

Selain meningkatkan kapasitas para dai di dalam dakwah virtual, lanjut Arifin, LDK Jatim juga terus meningkatkan kemampuan dai dalam mengakrabi masalah-masalah di dunia nyata. Selanjutnya, dirumuskan mekanisme dakwah yang pas dengan sasaran atau audiens. Masalah yang ia maksudnya adalah yang bersifat spesifik dan belum banyak “tersentuh” oleh para pendakwah konvensional.

“Kalau di Muhammadiyah, bidang garap LDK tentu bukan jamaah di masjid atau di AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) yang selama ini digarap oleh Majelis Tabligh. Yang kami garap di luar itu, misalnya anak-anak jalanan, komunitas anak-anak punk, korban narkoba, juga bekas narapidana, khususnya di kalangan anak muda,” ujarnya.

Hal menarik dalam Bimtek Dakwah Komunitas yang digelar selama dua hari itu, peserta diikat dengan kontrak belajar yang akan berpengaruh terhadap lolos atau tidaknya peserta yang ditandai oleh sertifikat yang diterbitkan LDK. Kontrak tak tertulis itu terkait komitmen dan ketaatan para peserta terhadap aturan main yang ditetapkan panitia.

Jika ada yang melanggar, peserta diganjar sanksi berupa menyanyikan mars Sang Surya dan menyampaikan kultum (kuliah tujuh menit) di hadapan para peserta. Kontrak belajar ini disepakati tanpa ada yang menawar. Dengan kontrak itu, diharapkan para peserta –sepulang dari Bimtek—benar-benar memiliki kemampuan dakwah plus yang akan diterapkan di masyarakat.

Exit mobile version