Menko PMK: Nasyiatul Aisyiyah Miliki Peran Penting sejalan RPJMN

Menko PMK: Nasyiatul Aisyiyah Miliki Peran Penting sejalan RPJMN

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024 Kemenko PMK RI, organisasi perempuan seperti ‘Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah (NA) dianggap memiliki peran penting dalam membangun sumber daya manusia Indonesia.

Pada hari terakhir International Conference On Women Peace and Harmony 2022 Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA), Rabu (31/8), Menko PMK RI, Muhadjir Effendy mengungkapkan sekian hal yang perlu digarap oleh NA untuk membantu pemerintah menciptakan Sumber Daya Manusia Unggul.

Masalah tersebut antara lain pelibatan lebih banyak perempuan di sektor formal, kemudian pendampingan serius para perempuan di sektor informal, hingga penguatan perempuan lewat program ketahanan keluarga.

“Karena keberhasilan pembangunan perempuan, gender development, woman empowerment sama dengan equality untuk perempuan,” ujar Muhadjir. Apalagi mengingat pandemi telah menambah beban pada bidang-bidang di atas.

Muhadjir juga mengapresiasi program ketahanan keluarga NA yang ikut andil dalam penurunan angka kekerasan terhadap perempuan usia produktif yang turun sampai 33,4% dibandingkan pada 2016 sesuai rilis Kemen PPPA 2021. Meskipun sebaliknya di lain pihak, Komnas Perempuan justru menyebut ada peningkatan signifikan kasus KDRT selama pandemi.

“Keberhasilan ini adalah hasil kerja sama banyak pihak dalam resousi konflik termasuk perempuan, ‘Aisyiyah, dan Nasyiatul Aisyiyah. Perempuan punya peran penting dalam membangun perdamaian dan harmoni di masyarakat,” kata Muhadjir.

Aspek lain yang sedang serius digarap pemerintah terkait peran perempuan, kata dia adalah pelibatan dalam berbagai program pemulihan ekonomi berdimensi global competitiveness. Untuk menggarap potensi ekonomi dari rasio entrepreneur perempuan yang sudah dominan, pemerintah telah mengakomodasi lewat Perpres 2 Tahun 2022.

Terakhir, Muhadjir meminta NA untuk giat melakukan penguatan perempuan dan generasi muda berbasis ketahanan keluarga, mengingat dalam Human Development Index, rasio perempuan masih tertinggal di belakang kaum laki-laki.

Apalagi potensi besar ini kata Muhadjir relatif lebih mudah dilakukan sekarang karena saat ini terjadi peningkatan akses pendidikan tinggi bagi perempuan muda, lalu mereka tanggap teknologi, dan secara karakter mereka lebih berpemikiran terbuka.

Untuk menggarap hal ini, Muhadjir juga menilai NA tidak akan kesulitan karena sejak awal berdiri pada 1919, NA sudah meletakkan dasar-dasarnya terkait kultur pendidikan bagi perempuan.

“Pendiri NA menganggap pendidikan sebagai hal penting agar perempuan bisa lebih kuat. Perempuan harus berpendidikan dan sosok ibu adalah sekolah pertama untuk menanamkan nilai agama, Pancasila, religiusitas, sekaligus menampilan role model bagi masyarakat,” ujarnya.

“Saya sangat mengapresiasi Nasyiatul Aisyiyah untuk implementasi konferensi ini. Ini adalah bagian dari target pemerintah RPJMN 2020-2024 terkait konstruksi prioritas nasioanal,” pungkasnya. (afn/riz)

Exit mobile version