JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menjadi tuan rumah Nonton Bareng Tour Film Kemuhammadiyahan Menuju Mukhtamar ke-48. UMJ Cinema adalah konsep yang dipilih untuk menayangkan Film Muhammadiyah yang merupakan bagian dari Tour Film Kemuhammadiyah Menuju Mukhtamar Ke-48. Konsep UMJ Cinema merubah Auditorium FIP menjadi teater layaknya bioskop sungguhan.
Auditorium FIP terbagi menjadi 2 (dua) lantai. Lantai 1 (satu) Auditorium dibuat menjadi tempat penerimaan tamu dan penonton. Dilengkapi dengan red carpet, Photobooth, ticketing, serta cafe dan bar. Red carpet merepresentasikan kesan ekslusif dari UMJ Cinema dan bentuk penyambutan hangat untuk para tamu undangan. Lantai 2 (dua) tepat di Auditorium dirubah layaknya ruangan teater dengan kondisi keseluruhan ditutupi oleh kain hitam yang menambah kesan cinema. Dilengkapi dengan nomor kursi, yang tertera juga dalam tiket, agar tidak menimbulkan kegaduhan dalam memilih kursi. UMJ Cinema benar-benar ingin menyulap auditorium FIP menjadi bioskop. Hingga muncul anggapan “bioskop pindah ke UMJ”.
Pembukaan Nonton Bareng Tour Film Kemuhammadiyahan Menuju Mukhtamar ke-48 diselenggarakan oleh UMJ pada Sabtu, (5/9) di Auditorium FIP UMJ. Tour film Kemuhammadiyah diinisasi oleh Lembaga Seni Budaya dan Olahraga (LSBO) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang memilih UMJ sebagai tuan rumah sekaligus pelaksana dari kegiatan ini.
Cuplikan Film Jejak Langkah Dua Ulama yang diputar pada Opening Nobar di UMJ Cinema (5/9/2022)
Dr. Ma’mun Murod, M.Si., rektor UMJ dalam sambutannya menjelaskan dengan fasih cerita tentang K.H Ahmad Dahlan sekaligus mengomentari salah satu film Muhammadiyah yakni Jejak Langkah Dua Ulama. “Film ini tercipta berkat kerjasama antara PP Muhammadiyah dan Pondok Pesantren Tebuireng,” ucap Ma’mun.
Dengan fasih, Ma’mun menceritakan kisah K.H. Ahmad Dahlan dalam pertemuannya dengan K.H. Hasyim Asy’ari. “Pertemuan yang diawali di mekkah dan terakhir bertemu pada masa Sunan Giri, dan keduanya adalah reformis,” terang Ma’mun. “Reformis agama, Kiai Dahlan yang berurusan dengan jimat dan khurafat dan Kiai Hasyim berurusan dengan pemabuk, judi. Itulah yang membedakan dakwah mereka,” tambah Ma’mun.
Cerita diantar mereka, Ahmad Dahlan dan Hasyim Asy’ari, menurut Ma’mun adalah hal yang biasa mengenai perbedaan-perbedaan paham dalam urusan agama. “Antara Kauman dan Tebuireng, warga Muhammadiyah dan Warga NU penting untuk menonton film ini,” tutup Ma’mun.
Tour film ini pun dibuka oleh Rektor UMJ dengan menggunakan clapper sebagai simbolis. dilanjutkan dengan penayangan film Jejak Langkah 2 Ulama sebagai pembuka rangkaian penayangan film Muhammadiyah di UMJ Cinema.
Dr. Evi Satispi, M.Si., Dekan FISIP UMJ menyampaikan kegiatan ini sangatlah menarik dan mencerahkan bagi semua yang menonton film ini. “Acara ini sangat menarik dan mencerahkan untuk kita semua karena mengingatkan kembali sejarah Muhammadiyah dan NU berdiri. Mahasiswa dan dosen dapat menonton film ini untuk nanti kedepannya. Karena kegiatan ini sangat kreatif dan inovatif,” ungkap Dekan.
Irfan Purnawan, S.T., M.Chem. Eng., Dekan FT UMJ menyebutkan bahwa film Jejak Langkah 2 Ulama sangat bagus dan mencerahkan. “Luar biasa sekali film ini, menambah keyakinan bahwa Muhammadiyah dan NU memiliki kedekatan. Mudah-mudahan kegiatan seperti ini tidak hanya dilakukan satu kali, tapi bisa dilakukan setiap semester nantinya,” ucap Irfan saat penyampaian testimomi.
3 Film lainnya akan ditayangkan di UMJ Cinema mulai tanggal 5-9 September di Auditorium FIP UMJ. Pemesanan tiket dapat dilakukan melalui kontak Admin pada platform WhatsApp. (Riz)