JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Periode awal masuknya ajaran Islam yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW berada dalam kondisi asing. Hal ini dijelaskan juga dalam salah satu hadis, bahwa Islam masuk dan berakhir dalam kondisi keterasingan.
Maka dari itu, Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Jakarta (LPP-AIK UMJ) melakukan Pelatihan Mentoring AIK bagi mahasiswa sebagai upaya penguatan kemampuan keislaman dan kemuhammadiyahan.
Pembahasan Al-Islam maupun Kemuhammadiyah pada ranah kampus harus dilakukan agar menghindarkan Islam dari keterasingan.
Pembukaan Pelatihan Mentoring AIK dengan tema Mewujudkan Mentor AIK UMJ yang Terampil, Islami, dan Berkemuhammadiyahan digelar pada Rabu (07/09/22), di Aula FKK UMJ. Turut hadir dalam pembukaan tersebut Rektor UMJ Dr. Ma’mun Murod, M. Si., Wakil Rektor IV UMJ Dr. Septa Candra, S.H., M.H., dan civitas akademika UMJ.
Peserta Pelatihan Mentor AIK UMJ, di Aula Gedung FKK UMJ, Rabu (07/09). Berdasarkan laporan dari Ketua Pelaksana Pelatihan Mentoring AIK, Adlan Fauzi Lubis, M.Pd., sebanyak 168 mentor dari seluruh Unit Pengkajian dan Penerapan AIK Fakultas akan mengikuti pelatihan selama 2 (dua) hari, tanggal 7-8 September di Gedung FAI UMJ. Materi yang diberikan meliputi Bina Baca Quran, Ibadah, dan Kemuhammadiyahan.
Pada kesempatan yang sama, Adlan, menyampaikan bahwa mentor memiliki tugas setelah mengikuti pelatihan. “Harapan kami, mereka (mentor) memiliki komitmen dan istiqomah untuk bertugas. Mentor ditugaskan berdasarkan fakultas masing-masing, tetapi bisa juga bertugas di fakultas lain. Mahasiswa baru akan melakukan mentoring setiap hari Jum’at, program Jum’at For AIK. Untuk mentor pesan saya, niatkan dalam hati bahwa ini adalah bagian dari berfastabiqul khairat. Untuk mahasiswa, khususnya mahasiswa baru, dengan latar belakang dan pemahaman Islam yang beragam, ketika lulus mampu menerapkan ajaran Islam yang kaffah di Masyarakat,” ujar Adlan.
Sementara itu, Dr. Ma’mun Murod, M.Si., dalam sambutannya mendeskripsikan kondisi awal masuknya Islam dalam keadaan asing, yang nantinya berakhir kembali dalam keadaan asing, seperti yang diriwayatkan dalam salah satu hadist. Pelatihan Mentoring AIK ini, jelas Ma’mun, sebagai bentuk menjaga Islam dari keterasingan.
“Pada awal masuknya, Islam itu asing. Mentoring ini sebagai bentuk komitmen menjaga Islam agar tidak asing. Kita harus menganggap Islam itu tidak boleh asing yang harus dipinggirkan. Salah satu cara membuat Islam tidak asing, harus dibahas (Islam) di kampus, khususnya kampus Muhammadiyah,” pesan Ma’mun. Lebih lanjut Ma’mun menegaskan bahwa pelatihan mentoring ini juga mendorong pembentukan karakter mentor. “Berkenaan dengan pembentukan jauh lebih penting,” tegas Ma’mun.
Mentor sebagai garda terdepan pencegah keterasingan Islam akan mendapatkan apresiasi dari pihak Universitas untuk menambah semangat mentor dalam berdakwah amar ma’ruf nahi munkar. “Upaya optimal untuk menghidupan Islam di dalam kampus harus terus dilakukan,” tutup Ma’mun. Pelatihan Mentoring AIK dibuka oleh Rektor UMJ secara simbolis menggunakan gong dan dilanjutkan dengan pre test dan kontrak pelatihan. (JD/KSU)