Tribute To Asdar Muis RMS
Pekan Literasi, Ikhtiar Kolektif Mewujudkan Pangkep Cerdas
Iqra’ (Bacalah), demikian pesan Tuhan dalam kitab suci umat Muslim. Sebuah pesan yang tak sebatas teks tapi perlu kontekstualisasi dalam segala macam bentuk pengejawantahannya. Sebagian orang menganggap bahwa aktivitas membaca adalah sebuah hobi atau sekadar aktivitas mengisi waktu luang. Tapi tidak dengan sebagian orang pula yang menganggap bahwa membaca merupakan salah satu bentuk manifestasi wahyu pertama dari Tuhan khususnya bagi umat Muslim. Bagi mereka, membaca merupakan bagian dari ibadah karena sebelum mengamalkan sesuatu, harus mengilmuinya terlebih dahulu dan salah satu cara untuk mengilmuinya adalah dengan membaca.
Dewasa ini, tradisi membaca lebih sering diartikan sebagai tradisi literasi yang aktivitasnya bukan hanya sekadar membaca namun juga menulis. Hal ini berangkat dari definisi awalnya yakni literatus yang artinya orang yang belajar. Prof. Haedar Nashir dalam sebuah pidatonya menyampaikan bahwa tradisi iqra’ atau tradisi literasi merupakan aktivitas membaca dan menulis. Dengan adanya tradisi literasi mengantarkan masyarakat menjadi masyarakat modern jauh dari state of mind yang kolot dan konservatif.
Dalam literatur lain, Aulia Akbar dalam sebuah jurnalnya tentang Membudayakan Literasi memberikan pandangannya bahwa literasi adalah kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasarkan pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.
Dengan merujuk dari beberapa pengertian literasi di atas, maka bisa kita simpulkan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam menganalisis informasi secara akurat sebelum diperhadapkan kepada khalayak publik baik dalam bentuk lisan mau pun tulisan.
Namun jika kita membuka data berdasarkan survey yang dilakukan oleh Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam memahami bacaan berada di bawah rata-rata internasional. Data yang disajikan website resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, berdasarkan survey pihak UNESCO melalui lembaga The World’s Most Literate Nations (WMLN) menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal literasi dunia dari 61 negara.
Artinya, tradisi literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah dibandingkan dengan negara lain. Hal ini menjadi PR kita bersama untuk menumbuhkan semangat tradisi literasi di tengah-tengah masyarakat bukan saja bagi kalangan pelajar, mahasiswa atau civil society lainnya tapi juga dari kalangan economic society dan power society.
Pekan Literasi Pangkep yang diadakan langsung oleh Pemerintah Kab. Pangkajene dan Kepulauan berusaha memberangus minimnya tradisi literasi yang di alami masyarakat khususnya masyarakat di Kab. Pangkep. Dengan menggandeng berbagai organisasi baik dari Organisasi Kepemudaan berbasis kekaderan mau pun Organisasi Kepemudaan berbasis kekaryaan, hal ini sudah menunjukkan akan adanya ikhtiar kolektif untuk mewujudkan generasi yang melek literasi.
Taman Baca Asdar Muis RMS, yang sudah difungsikan kembali tak sekadar menjadi pajangan di tengah ikon Kota Pangkep namun juga turut menjadi salah satu ikon penting yang menandakan bahwa Pangkep sudah siap menjadi Kota Literasi. Pemda dan komunitas-komunitas yang tergabung dalam Pekan Literasi ini benar-benar mengejewantahkan bagaimana seharusnya menghargai Sang Maestro asal Pangkep tersebut dengan sebuah karya dengan tema “Tribute To Asdar Muis RMS”.
Ada kutipan yang sangat menarik “Jika pemimpin tidak dapat mengetahui ke mana arah kepemimpinannya, apa idenya, tidak tahu makna kepemimpinan maka dapat dipastikan pemimpin seperti itu tidak akan bertahan sebagai orang yang dijunjung oleh rakyatnya”. Kutipan yang diambil dari prolog buku Syafruddin Nur Tulus Membangun Pangkep karya Asdar Muis RMS ini, jika kita kontekstualkan di level kepemimpinan daerah Kab. Pangkep, maka tidak memenuhi syarat untuk tidak dijunjung oleh rakyatnya.
Arah kepemimpinan dan gagasan-gagasan yang sedang dijalankan atau yang sedang diikhtiarkan oleh Pemda dan masyarakat melalui komunitas yang tergabung, salah satunya sudah dikejawantahkan melalui pekan literasi ini. Pekan literasi ini merupakan manifestasi dari salah satu isi dari Dasa Cita Pangkep Hebat, yakni Pangkep Cerdas.
Dengan tumbuhnya kesadaran tradisi literasi, maka kita sedang membangun jalan menuju peradaban masyarakat yang maju. Peradaban yang maju takkan pernah ada tanpa ditopang oleh tradisi literasi yang mengakar dalam masyarakatnya. Masyarakat dengan kemampuan filter informasi yang baik, masyarakat yang tidak mudah terprovokasi dengan data yang belum tentu benar, masyarakat yang senantiasa mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal dan Ke-Indonesiaan, serta masyarakat yang senantiasa berkarya, itulah masyarakat cerdas.
Saifullah Bonto, Aktivis IMM Unpad, Mahasiswa S2 Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran