Eksistensi Gerakan Muhammadiyah
Muhammadiyah bukanlah gerakan sosial kemasyarakatan biasa, bukan pula gerakan yang bersifat kondisional sesuai kebutuhan atau keinginan segelintir orang. Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam, gerakan tajdid dan gerakan Islam amr maruf nahi munkar, yang mampu menggerakan hati siapapun untuk ikhlash berbuat, santun bersikap dan akhirnya menjadikan Muhammadiyah sebagai identitas diri. Keistimewaan Muhammadiyah membuat banyak peneliti Islam seperti Cliffford Geertz, Robert van Neil, Alfian, Deliar Noer, Harry J, Benda, dan George T. Kahin terpesona dan pada akhirnya mengkategorikan Muhammadiyah sebagai gerakan modern namun tetap santun menjujung tinggi budaya masyarakat.
Gerakan Muhammadiyah pun dapat menyelaraskan dengan perubahan dan perkembangan zaman. Maka sangatlah pantas jika Muhammadiyah terkategori persyarikatan modern tetapi bercita rasa lokal bangsa. Ciri perjuangan Awal kelahirannya Muhammadiyah disebut gerakan sosial lama (GSL) sebab muncul karena keprihatinan Muhammad Darwis (nama kecil Kiai Dahlan pemberian ayahanda Kiai Abu Bakar sebelum bergelar haji) pada situasi Indonesia yang jauh dari kata sejahtera dan beradab.
Gerakan sosial lama (old social movement) menurut Rajendra Singh, adalah gerakan revolusioner, menyuarakan kegelisahan dan kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah dan cenderung berada pada area wacana ideologis, meneriakan anti kapitalisme, revolusi kelas dan perjuangan kelas. Contoh organisasi sosial lama adalah kelompok-kelompok mahasiswa, kelompok agama seperti Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah, dan kelompok masyarakat atau ormas yang bergerak untuk kebaikan masyarakat. GSL pun menampakkan diri dalam bentuk gerakan kolektif dalam sebuah kerumunan (crowd) untuk menyampaikan aspirasi.
Mengikuti perkembangan zaman dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat, Muhammadiyah pun bertransformasi. Muhammadiyah sekarang terkategori gerakan sosial baru (new social movement) yang populer diakhir tahun 1960-an dan di awal 1970, dan juga disebut sebagai gerakan sosial modern. Singh dalam penjelasannya memformulasikan beberapa karakteristik gerakan gerakan sosial baru yang membuatnya berbeda dengan GSL.
Yakni : pertama, dari segi ideologi dan tujuan. GSB tidak melihat kelas dalam pergerakan, tetapi pada tujuan bersama untuk mewujudkan aspirasi sebagai motivasi gerakan. Hal demikian juga ada dalam jati diri Muhammadiyah, walau dikenal sebagai organisasi eksklusif yang termaktub dalam Mukadimah anggaran dasar Muhammadiyah, namun Muhammadiyah sebagai organisasi tengahan, tidak menolak peubahan asal tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah.
Kedua, tata kelola organisasi. Berbeda dengan GSL, GSB memobilisasi opini publik dengan cara modern sebagai legal standing dan daya tawar ke masyarakat. Dalam setiap langkah, pejuang GSB secara matang merencanakan, dan akhirnya melakukan evaluasi di tiap aksi.
Ketiga, aktor atau pelaku gerakan sosial baru adalah kumpulan heterogen yang tidak harus sama seperti pada gerakan sosial lama. Pejuang GSB tidak lagi mempermasalahkan perbedaan yang tampak, tetapi mengakomodir kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok. Karakteristik kedua dan ketiga juga dilakukan oleh Muhammadiyah dengan menawarkan perubahan baik di masyarakat. Muhammadiyah melalui kader militannya senantiasa tampil ke muka memberikan solusi atas permasalahan bangsa.
Keempat, GSB yang biasa disebut gerakan transnasional, tidak memiliki batasan perjuangan. Ini terlihat dari berbagai geliat pimpinan, kader dan warga Muhammadiyah yang bergerak tanpa mempermasalahkan perbedaan yang tampak. Muhammadiyah menampilkan diri sebagai gerakan ilmu, dengan merangkul perbedaan sebagai kekuatan untuk maju dan berkembang. Muhammadiyah tidak ragu mendengar pendapat dari multiperspektif untuk menemukan solusi yang akhirnya dapat diterima oleh segala pihak.
Eksistensi Muhammadiyah yang merakyat, menjadikannya sebagai magnit negara lain untuk juga menghadirkan Muhammadiyah di kehidupan sosial dan mencerdaskan khususnya bidang pendidikan. Tahun 2021 misalnya cabang istimewa Muhammadiyah di Malaysia, yakni Universiti Muhammadiyah Malaysia (UMAM) memulai geliat dakwah di ranah pendidikan dengan memulai beroperasi.
UMAM adalah perguruan tinggi Muhammadiyah pertama di luar negeri dan PTM ke-164 yang didirikan oleh persyarikatan, dan yang terbaru Rektor Tongmyong University, Busan Korea Selatan melalui Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) memberikan tawaran untuk mendirikan Universitas Muhammadiyah. Hal tersebut menandakan bahwa image baik Muhammadiyah telah mampu menembus ruang berpikir berkemajuan antar negara.
Proses yang tidak mudah untuk sebuah perjalanan organisasi non profit, tetapi Muhammadiyah melalui kader militannya membuktikan bahwa syiar Islam dapat dilakukan dengan mengutamakan kemashlahatan agama dan bangsa. Salah satu pesan Kiai Ahmad Dahlan juga wasiat bagi seluruh warga Muhammadiyah;
“Menjaga dan memelihara Muhammadiyah bukanlah suatu perkara yang mudah. Karena itu aku senantiasa berdoa setiap saat hingga saat-saat terakhir aku akan menghadap kepada Illahi Rabbi. Aku juga berdoa berkat dan keridlaan serta limpahan rahmat karunia Illahi agar Muhammadiyah tetap maju dan bisa memberikan manfaat bagi seluruh ummat manusia sepanjang sejarah dari zaman ke zaman.”.
Pesan dan wasiat berharga yang hanya bisa dilakukan oleh kader cerdas, inovatif yang ikhlash beramal bukan beramal seikhlashnya. Wallahu’alam
Amalia Irfani, Kandidat Doktor Sosiologi UMM