YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kabar duka datang dari cendekiawan Muslim ternama, Prof Dr H Azyumardi Azra, MPhil, MA., CBE. Menghembuskan napas terakhir setelah mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Serdang, Selangor, Malaysia. Dikabarkan, sebelum meninggal, almarhum sempat mengalami serangan sesak napas tatkala terbang menuju Kuala Lumpur Internasional Airport (KLIA), Jumat (16/9).
Tujuan Prof Azra terbang ke KLIA untuk menghadiri undangan Forum Internasional, yakni Konferensi Internasional Kosmopolitan Islam yang digelar oleh Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM). Acara tersebut diselenggarakan di Selangor, Sabtu (17/9).
Kepergian cendekiawan Muslim itu, sontak membuat banyak pihak terperanjat bukan kepalang. Banyak merasa sedih atas wafatnya sosok berpengaruh bagi kehidupan itu, termasuk bagi kalangan Muhammadiyah sendiri. Sehingga, pada Selasa malam (20/9), Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan takziah virtual untuk mengenang sekaligus mendoakan kepergian almarhum.
Acara ini dihadiri secara virtual oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi. Dalam sambutannya, dirinya mewakili seluruh warga persyarikatan Muhammadiyah turut menyampaikan ucapan belasungkawa atas wafatnya Prof Azra. Dirinya sangat merasa kehilangan dari sosok yang disebut ‘Begawan Bangsa’ itu.
“Kita semua tentu kehilangan, dari sosok yang kami sebut sebagai ‘Begawan Bangsa’. Ketika kabar sakit beliau di perjalanan menuju Kuala Lumpur, dan dibawa ke rumah sakit kami langsung meminta Ketua PCIM (Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah), Dr Sonny Zulhuda untuk ikut mengawal dan memantau perkembangannya serta melaporkannya kepada kami sampai berita terakhir bahwa Allahuyarham dipanggil Allah Swt,” ujarnya.
Prof Haedar mengatakan selain merasa kehilangan, pada saat bersamaan lewat acara tersebut turut serta menyampaikan secercah doa kepada almarhum. Dan juga menyampaikan pesan kepada para keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum senantiasa dapat ikhlas, tabah, kuat, dan penuh kepasrahan kepada Allah Swt.
“Kami juga mengetahui bagaimana para tokoh bangsa mencintai almarhum. Ketika kami berada di Jakarta bersama Pak Jusuf Kalla untuk acara menjadi saksi dalam sebuah pernikahan. Saya dengar langsung bagaimana Pak JK meminta KBRI (Malaysia) untuk dengan seksama dan cepat memproses kepulangan jenazah (almarhum). Sampai jelang kami turun di lobby dan pada saat mau naik kendaraan Pak JK terus berkomunikasi. Dan Alhamdulillah bahwa jenazah (almarhum) dapat dipulangkan relatif dalam proses yang tidak terlalu lama,” ungkapnya.
Guru Besar Bidang Ilmu Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta itu berharap dan berdoa agar jenazah Prof Azra ini dapat meninggal dalam Husnul Khatimah, diampuni kekeliruan dan kesalahannya, diterima amal ibadahnya, dan ditempatkan di jannatun na’im.
Dalam takziah virtual, Prof Haedar mengajak kepada seluruh pihak untuk bisa mengambil atsar atau jejak dari tinta emas perjalanan hidup Prof Azra. Dia menyebut begitu banyak secercah ilmu, amal jariah, dan pengkhidmatan baik untuk dunia ilmu, pemikiran keislaman, pemikiran kebangsaan, maupun pemikiran kemanusiaan yang universal begitu melintas batas. Begitu pula bertebaran bunga rampai tulisan-tulisan yang mencitrakan sosoknya semasa hidupnya.
“Maka, keluarga tentu selain duka juga tentu bagaimana mewarisi jejak hidup yang teramat berharga ini. Sebagaimana nabi mengingatkan bahwa ada tiga hal yang akan terus berlanjut dan tidak akan terputus ketika Anak Adam itu meninggal. Yakni satu, amal jariah, dua, anak saleh yang senantiasa mendoakan, dan yang tiga ilmu yang dimanfaatkan,” katanya.
Menurutnya, generasi muda penting sekali untuk bisa mengambil warisan yang sangat berharga, sehingga bisa menjadi pelanjut dan penerus jejak-jejak Prof Azra muda yang lain. Mengingat ilmu yang dimilikinya begitu komprehensif dan terbentang luas melintas batas.
“Taburan ilmu pemikiran dan pengkhidmatan dari Allahuyarham terbentang luas melintas batas, bukan hanya di lingkungan UIN Jakarta maupun juga di seluruh lingkungan akademik di persyarikatan, umat Islam, tapi bahkan dunia internasional. Sebagaimana kita baca dalam tulisan Mas Sukidi tentang jejak almarhum dalam dunia pemikiran di barat. Ini penting bagi generasi muda yang pada hari ini ikut takziah virtual ambilah warisan yang sangat berharga ini. Agar kita juga menjadi penerus dan pelanjut dari Azyumardi muda yang lain”, tuturnya.
Prof Haedar menyebut sosok almarhum yang bersahaja, rendah hati, dan selalu menyapa siapa saja hatta mereka yang dipandangnya junior. Kenangannya saat meminta almarhum sebagai pembimbing dan penguji disertasi. Menurutnya, almarhum begitu rupa sangat care dan memberikan dorongan luar biasa. Almarhum sangat detail dan begitu membimbing dengan pikiran-pikiran yang menjadi penting bagi kehidupan.
“Inilah sosok yang bagaimana seorang begawan, seorang cendekiawan yang maqamnya sudah sedemikian rupa masih tetap memiliki sikap yang rendah hati. Ilmunya yang begitu tinggi dan melintas batas, justru menjadikan sosok yang sarat hikmah dan tidak menjadikan dirinya menjadi arogan karena ilmu,” tukasnya.
Kenangan lain dari Prof Haedar tatkala di undang di manapun wabilkhusus di undang di Muhammadiyah selalu menyempatkan hadir. Ini merupakan bukti konkret di mana almarhum memiliki komitmen yang tinggi untuk selalu terlibat dalam proses mencerdaskan, mencerahkan, dan mendorong umat untuk maju.
“Kita sungguh kehilangan dengan jejak langkah dan kemuliaan Prof Azyumardi Azra. Maka lewat takziah virtual ini mari kita ambil mutiara yang sangat berharga ini, lebih-lebih anak mudah Muhammadiyah. Ambilah banyak mosaik keilmuan, keteladanan, jejak pengkhidmatan beliau agar kita menjadi kader-kader persyarikatan juga dengan ilmu dan pengkhidmatan kita, kita bisa berbuat yang terbaik untuk umat, untuk bangsa, dan untuk kemanusiaan semesta yang melintas batas,” katanya.
Dalam akhir sambutan, Prof Haedar menyampaikan pesan sarat makna. “Selamat jalan Prof Azyumardi Azra. Kami akan selalu mengenang jejak hidupmu yang mulia dan cendekia. Saya yakin keluarga dalam duka dan kehilangan akan terus bangga dengan sosok dan figur yang penuh wibawa dengan ilmu dan kearifannya ini. Dan terakhir, kami mohon maaf apabila ada banyak kekhilafan selama bergaul dengan almarhum, khusus kepada keluarga saya sendiri karena tidak memungkinkan tidak bisa takziah hari ini ke Jakarta,” tutupnya, (Cris)