Akuakultur UMP Kembangkan Pembenihan Gurami Berteknologi Bioflok

Akuakultur UMP Kembangkan Pembenihan Gurami Berteknologi Bioflok

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah – Tim Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) Program Studi Akuakultur Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) berhasil kembangkan pembenihan ikan gurami menggunakan teknologi bioflok di Desa Bukateja, Kabupaten Purbalingga.

Tim pelaksana PkM, terdiri dari tiga dosen yakni Suwarsito, S.Pi.,M.Si sebagai ketua dan Dr. Dini Siswani Mulia, S.Pi.,M.Si dan Hindayati Mustafidah, S.Si.,M.Kom sebagai anggota.

Ketua tim sekaligus Ketua Program Studi Akuakultur UMP Suwarsito, S.Pi.,M.Si menjelaskan pelaksanaan PkM tersebut didanai oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun anggaran 2022.

“Kami bermitra dengan kelompok pembudidaya ikan (Pokdakan) Mina Bangkit yang berlokasi di Desa Bukateja, Kabupaten Purbalingga,” katanya, Senin (26/9/2022) di Purwokerto.

Lebih lanjut ia mengatakan kegiatan PkM dilatarbelakangi adanya permasalahan yang dihadapi mitra, yaitu kegagalan pembenihan ikan gurami yang menyebabkan kerugian besar anggota.

“Pokdakan Mina Bangkit, bahkan sampai menghentikan kegiatan pembenihan ikan gurami dan beralih membudidayakan ikan mujair. Sekitar 1 tahun belakangan ini, wabah penyakit telah menyerang ikan gurami di wilayah tersebut yang menyebabkan kematian massal ikan gurami, baik induk maupun benih ikan gurami segala ukuran,” jelasnya.

Menurutnya, rangkaian PkM yang dilakukan pada Pokdakan Mina Bangkit meliputi kegiatan pelatihan dan pendampingan pembenihan ikan sistem bioflok, manajemen kesehatan ikan, manajemen kualitas air, budidaya pakan alami, dan peningkatan imunitas benih ikan.\

“Dalam pelaksanaan kegiatan PkM ini dilakukan beberapa inovasi. Inovasi yang pertama adalah penggunaan pakan alami Spirullina sebagai bahan imunostimulan alami yang dicampur dalam pakan untuk meningkatkan imunitas tubuh ikan gurami,” jelasnya.

Sementara, solusi yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan mitra adalah meningkatkan daya tahan tubuh benih ikan gurami, menjaga kualitas air agar tetap layak bagi kehidupan benih ikan, dan meminimalisir penggunaan air dari luar lingkungan.

“Penerapan sistem budidaya ikan seperti ini dapat mencegah penularan penyakit benih ikan gurami sehingga keberhasilan usaha pembenihan ikan gurami meningkat,” katanya.
Lebih jauh Suwarsito menjelaskan, wabah penyakit ikan akan merebak jika terjadi penurunan imunitas tubuh ikan dan kualitas air. Pada saat imunitas tubuh ikan menurun dan kualitas air juga menurun, maka patogenitas penyakin ikan meningkat sehingga menyebabkan kematian ikan.

“Jenis penyakit yang menyerang ikan gurami anggota Pokdakan adalah cendawan (jamur), bakteri Aeromonas, dan virus Megalocyti. Kondisi ini akan semakin parah jika tidak ada upaya untuk mengatasi permasalahan ini. Anggota pokdakan akan semakin rugi, bahkan dapat menyebabkan kegagalan usaha pembenihan ikan gurami di wilayah Desa Bukateja,” jelasnya.

Salah satu solusi alternatif untuk meminimalisir kegagalan usaha pembenihan ikan gurami adalah menggunakan teknologi budidaya ikan sistem bioflok. Teknologi bioflok merupakan teknik menumbuhkan bakteri heterotrof dalam kolam budidaya ikan dengan tujuan untuk memanfaatkan limbah nitrogen (ammonia) menjadi pakan berprotein tinggi.

Ketua Pokdakan Mina Bangkit, Iskandar, mengatakan wabah penyakit mulai terjadi pada Bulan September 2021, yaitu pada saat peralihan musim pancaroba atau dari musim kemarau memasuki musim hujan.

“Wabah penyakit tersebut masih menyerang hingga saat ini sehingga banyak anggota Pokdakan yang mengalami kerugian besar. Tidak hanya benih ikan gurami saja banyak yang mati, namun induk ikan gurami yang dimiliki anggota Pokdakan sebagian besar juga banyak yang mati,” katanya.

Diduga, lanjut Iskandar, penyebab merebaknya wabah penyakit ikan gurami tersebut akibat menurunnya daya tahan tubuh atau imunitas ikan gurami dan kualitas air yang digunakan untuk pembenihan ikan gurami.

“Sumber air yang digunakan untuk pembenihan ikan gurami berasal dari saluran irigasi yang mengalir di Desa Bukateja. Saluran irigasi tersebut sudah mengalami pencemaran yang berasal dari limbah domestik dan limbah pertanian, yang berasal dari pestisida dan pupuk kimia yang digunakan untuk aktivitas pertanian,” pungkasnya.(war/tgr)

Exit mobile version