BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Masyarakat khususnya mahasiswa perlu memahami dengan baik pentingnya etika dan literasi digital.
Masyarakat saat ini mudah sekali mengkases dunia digital di mana pun dan kapan pun. Namun, kemudahan akses ini tidak beriringan dengan skill mumpuni.
Begitulah salah satu pembahasan penting yang mengemuka dalam seminar Literasi Digital pada pekan sosialisasi dan orientasi mahasiswa baru (PESONAMU) UM Bandung hari ketiga di Auditorium KH Ahmad Dahlan, Sabtu 24 September 2022.
Ketua RTIK Indonesia dan Ketua RTIK Jawa Barat hadir sebagai pembicara untuk mengulas hal tersebut di hadapan ribuan mahasiswa baru UM Bandung.
Ketua RTIK Jawa Barat M Nur Fajar Muharam mengatakan bahwa mahasiswa perlu menguasai beberapa skill penting pada era digital. Salah satu soft skill yang mahasiswa perlukan, menurutnya, yakni cara berkomunikasi.
“Mahasiswa harus tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik di media sosial,” tutur pria yang akrab disapa Kang Azai ini.
Selain itu, perlu juga kolaborasi, terutama ketika sedang berbisinis di dunia digital. “Saat ini adalah eranya kolaborasi, bukan era kompetisi, mulai saja dulu, lalu buat yang lebih baik,” tuturnya.
Kang Azai juga mengatakan bahwa setiap orang dalam dunia digital saat ini memiliki kesempatan yang sama dalam meraih peluang.
“Ingat, saat ini semua orang adalah konten kreator dan kita memiliki kesempatan sukses dan kesempatan belajar yang sama,” katanya.
Indeks etika
Adapun Ketua RTIK Indonesia Fajar Eri Dianto menilai bahwa indeks etika masyarakat Indonesia di dunia digital saat ini sangatlah rendah.
Hal tersebut menurut Dianto karena masyarakat Indonesia sudah tidak berpijak lagi kepada Pancasila. “Kita justru mengikuti budaya orang luar di internet yang kita anggap itu keren,” katanya.
Dianto mengatakan, perlu ada langkah konkret untuk implementasi sikap positif dari sila-sila yang ada di Pancasila. “Keren itu yakni bagaimana identitas kita sebagai bangsa Indonesia tetap ada dalam dunia digital,” ucapnya.
Pilar budaya
Dalam menangani hal itu, Dianto menyarankan perlu adanya literasi digital. Selain itu, hal yang tak kalah penting yakni masyarakat juga perlu menjadikan budaya sebagai pilar utama dalam beretika di dunia digital.
“Percuma saja bisa amankan digital kita, kalau kita enggak punya etika berbudaya berdasarkan Pancasila,” tegas Dianto.
Oleh karena itu, Dianto berpesan khususnya kepada mahasiswa UM Bandung agar selalu menjaga karakter Indonesia dalam penguasaan digitalisasi.
“Ajaran beretika sehari-hari dari orang tua yang menjadi tonggak utama itu ada di mahasiswa,” pungkasnya. (FK)