BANDUNG – Data WHO menunjukkan bahwa generasi Z menjadi generasi paling lemah dalam segi mental sepanjang sejarah peradaban.
Selain itu, generasi Z juga paling gagap sosial dan miskin atensi, paling banyak membutuhkan konseling, kesepian, serta bermasalah dengan penyakit jantung dan darah tinggi.
Demikian hal tersebut dipaparkan oleh dosen Psikologi Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) Dr Irianti Usman MA dalam seminar bertajuk ”Bahaya Pergaulan Bebas dan LGBT” pada PESONAMU 2022 UM Bandung, Sabtu 24 September 2022.
Lantaran jiwanya lemah tersebut, kata Irianti Usman, menyebabkan anak-anak muda itu tak sedikit yang mengalami depresi, bahkan bunuh diri.
Adapun salah satu penyebab generasi Z memiliki mental yang lemah karena mereka terpapar konten-konten pornografi. Banjir dopamin akibat konten-konten porno membajak aktivitas otak depan (prefrontal cortex).
Hal tersebut menyebabkan bagian paling mulia dari otak manusia yang berfungsi membedakan yang benar/salah, pantas/tidak pantas, serta berpikir logis untuk memecahkan masalah dan mengendalikan diri yang seringkali juga disebut otak eksekutif itu tidak bekerja dengan baik lagi.
“Beberapa penelitian bahkan menyebutkan kecanduan pornografi mengakibatkan mengecilnya bagian otak depan sehingga mengganggu fungsi memori verbal (pelupa terhadap informasi verbal yang akut),” katanya.
Banjir dopamin akibat mengakses konten pornografi juga menyebabkan kegelisahan, masalah tidur, rasa bersalah dan malu yang susah dijelaskan, dan sulit berkonsentrasi.
Kemudian sulit berpikir logis, mudah stres, libido yang tak terbendung, serta menginginkan sesuatu yang terus-menerus berbeda dan lebih ekstrem dalam hal seksual, termasuk mengacaukan orientasi seksual yang normal.
Solusi pencegahan
Irianti Usman menjelaskan, dalam mencegah pornografi pada generasi milenial itu perlu awareness dari semua pihak, termasuk universitas, bahwa ini adalah permasalahan yang sangat besar dan butuh solusi yang dirancang dengan serius dan konsisten.
”Oleh karena itu, UM Bandung khususnya Pusat Kajian Kepemimpinan dan SDM bekerja sama dengan Pusat Kajian Perlindungan Perempuan dan Anak akan mengadakan penelitian mendalam untuk merancang pelatihan/training khusus untuk mengatasi mereka yang sudah terpapar,” ucapnya.
Training tersebut, menurut Irianti Usman, bertujuan mengembalikan pikiran-pikiran mereka yang “terpapar konten porno” untuk bisa menjadi lebih baik.
Mahasiswa yang terpapar akan dibantu menemukan tujuan hidupnya; memikirkan bagaimana mereka ingin melihat diri mereka 5 atau 6 tahun ke depan; apa yang akan mereka lakukan untuk mencapai harapan mereka tersebut; dan secara konsisten dibantu menjauhi kegiatan-kegiatan yang tidak akan bermanfaat untuk pencapaian cita-cita mereka.
“Supaya para mahasiswa punya rencana selama mereka studi di kampus dan tak menyia-nyiakan waktu selama 4 tahun itu,” tuturnya.
Bagian otak yang terus distimulasi akibat mengakses konten pornografi diharapkan bisa diperbaiki/diubah strukturnya dengan cara menciptakan keinginan yang baru pada diri orang tersebut menuju diri yang mulia, berharga, dan sukses lahir batin.
”Imbangi kecanduan tersebut dengan menciptakan sesuatu yang menarik dan bermanfaat untuk masa depan mereka,” katanya.
Mengubah lingkungan/environment alteration yang akan menjauhkan mereka kembali pada kebiasaan buruk juga, kata Irianti Usman, merupakan salah satu metode yang harus dilakukan.
Seperti membuat peraturan keluarga bahwa laptop hanya bisa diakses di ruangan keluarga, memperbaiki interaksi dan komunikasi antara anak dengan orang tua; mencarikan aktivitas/hobi yang menjauhkan mereka dari bersunyi-sunyi, dan lain-lain.
Irianti Usman berharap dengan adanya training tersebut, para mahasiswa akan bebas dari pornografi ataupun LGBT.
”Kita akan mengikrarkan bahwa kampus Muhammadiyah jadi kampus anti pornografi,” terangnya.
Profetik leadership
Selain itu, UM Bandung akan memberikan pelatihan seputar profetik leadership untuk meningkatkan spiritualitas mahasiswa.
Hal tersebut, ungkap Irianti Usman, adalah cara lain untuk menetralkan pikiran-pikiran mereka dari pengaruh pornografi.
”Pada training itu kita akan membiasakan karakter amanah, fathanah, tabligh, dan sidiq, dan mendalami maqashid syariah/tujuan diadakannya syariah yang mencakup 8 alasan mengapa manusia ada di dunia,” ungkapnya.
Atau dalam kata lain, ungkap Irianti Usman, para peserta pelatihan akan diberikan materi tentang tujuan hidup mereka di dunia ini sehingga segala sesuatunya terarah dan jelas.
”Mereka pun akan diajarkan mengerti bahwa kebahagiaan yang mereka peroleh harus bersandarkan kepada apa,” tuturnya.
Irianti Usman berharap dengan adanya tujuan hidup yang jelas, para peserta (mahasiswa baru khususnya) dapat bebas dari pengaruh pornografi.
”Dalam 5 atau 10 tahun ke depan, mudah-mudahan mereka bisa melupakan kebiasaan seperti itu,” tandas Irianti Usman. (FK)