KUDUS, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Kudus (UMKU) hadirkan Prof K.H Muhammad Sirajuddin Syamsudin, M.A., Ph.D dalam acara Kuliah Umum. Kegiatan ini dibuka langsung oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Kudus Dr Rusnoto, SKM, MKes (Epid), Senin (26/09/22).
Dalam sambutannya, Rektor mengatakan pengajian sekaligus kuliah umum yang luar biasa karena Prof Din Samsudin berkenan hadir di UMKU. “Kehadiran beliau menjadi semangat tersendiri bagi civitas akademika UMKU, inspirasi dari beliau sangat kita nantikan dan kita semua berharap semoga pertemuan ini menambah kemajuan bagi UMKU dan AUM di Kudus,” ungkap Rusnoto.
Prof Din Syamsuddin ini memberikan ulasan tema muktamar ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’ yang menurutnya sangat menarik. Mengawali ulasannya, dirinya memilah problem dunia yang terbagi dalam 5 persoalan pokok; (1) Dunia mengalamai ketaktertiban, berantakan, (2) Dunia mengalami the world uncertainty, (3) The era of disruption, (4) Dunia dihadapkan pada situasi pandemi Covid-19, dan (5) Dunia sedang berada dalam kegelapan.
Menurut Guru Besar UIN Syarif Hidayataullah ini apa yang sedang masyarakat hadapi adalah kerusakan yang bersifat akumulatif. Menukil Ar rum 41 Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini mengingatkan bahwa kerusakan yang terjadi hari ini tidak lain merupakan ulah manusia sendiri,
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.
Mengapa terjadi kerusakan? Sebab manusia berkiblat pada sistem antroposentris. Suatu sistem yang dirancang oleh manusia yang berpusat pada manusia itu sendiri. Start dan finish tertuju pada manusia sebagai pusat alias yang ‘diagungkan’ dalam kehidupan. Akhirnya, perlahan demi perlahan peradaban umat manusia dijauhkan dari paradigma teo sentris.
Sudah menjadi suatu keharusan bagi kita untuk kembali menjadikan Allah Tuhan semesta alam sebagai kiblat atau tujuan utama. Ajaran antoposentris menjauhkan kita dari ajaran Allah. Disadari atau tidak, sistem yang rapuh tersebut membawa arah manusia menjauh dan semakin menjauh terjerumus ke dalam kegelapan dan mengalami kemunduran. Berbeda dengan paradiga teosentris yang justru membawa kemanfataan, kemajuan, dan keselamatan.
“Maka mecerahkan semesta seperti yang diusung pada tema muktamar menjadi relevan bahkan sangat penting untuk kita tuntaskan” tegasnya. “Upaya mencerahkan semesta menjadi agenda mendesak sebab dunia sudah diliputi kegelapan dan kabut-kabut hitam Yukhrijuhum minadzuumati ilannur (mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman),” jelasnya lebih lanjut.
Lebih dalam mantan orang nomor satu di Muhammadiyah ini memberikan pandangan dalam skala nasional, Indonesia mengalami buta aksara moral. Ini terjadi pada kalangan terpelajar bahkan hingga kalangan professor. Mereka yang tidak bisa membaca huruf-huruf moral menjadikan dirinya sebagai insan yang tercela, seperti yang kita saksikan betapa banyak kaum terdidik yang justru keluar masuk KPK.
“Melalui tema muktamar ‘Memajukan Indonesia, Mencerahkan Semesta’, Muhammadiyah dan Aisyiyah ingin menegaskan kiprahnya dalam mencerdaskan sekaligus memajukan kehidupan bangsa” tambahnya lagi. Istilah islam berkemajuan sebenarnya ingin menampilkan wajah islam yang identik dengan kemajuan di segala bidang, “Bahwa dengan aturan islam kita mencoba memperbaiki problem yang ada di kalangan umat islam, dan membawa nilai keislaman itu dalam setiap lini kehidupan. Inilah upaya dahkwah amar ma’ruf nahi munkar yang terus kita upayakan,” jelasnya.
Kegiatan ini juga merupakan rangkaian acara Milad UMKU yang ke 24 dan dalam rangka songsong Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke 48. Acara yang diselenggarakan secara luring ini dihadiri oleh BPH UMKU, civitas kademika UMKU, PDA Kudus hingga tingkatan ranting, PDM Kudus dan PRM-PRM, dan pengurus Ortom tingkat daerah dan ranting, serta tamu undangan.
Peserta pengajian membludak hingga ke luar ruangan Gedung serba guna UMKU. Tercatat lebih dari 600 peserta hadir dalam kajian keilmuan tersebut. Setalah sesi pengajian, dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama. (Aris/Riz)