Mengenang Kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia

Mengenang Kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia

Mengenang Kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia

Oleh: Imanuddin Kamil

Do’a dan takziyah dari muslimin Indonesia untuk Allahu Yarham Syeikh Al- Qaradhawi masih terus mengalir. Perbincangan dan kenangan tentang sosok ‘Alim Rabbani itu tak berhenti.

Begitulah kematian orang berilmu. Seperti ungkapan do’a Nabi Ibrahim, “Rabbi habli hukman wa alhiqni bis sholihin, waj’al li lisana shidqin fil akhirin”

Lisana shidqin fil akhirin. Menjadi buah bibir yang baik bagi generasi yang ditinggalkan. Melalui karya-karyanya yang terus hidup dibincang dan dijadikan objek penelitian. Lewat kenangan perjalanan hidupnya yang disimpan apik, dikisahkan dan diwariskan.

Mengenang kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia bagai membuka kembali lembaran sejarah umat ini yang penuh ghirah dan thumuh untuk bangkit. Sekaligus mengulik hubungan sang syaikh dengan negeri berpenduduk muslim terbesar ini.

Dan dari penelurusan soal kunjungannya itu terkuak hubungan yang sangat erat sekali. Selain banyak dari para tokoh dan ulama di Indonesia yang menjadi murid beliau, yang juga memiliki kedekatan emosional dengannya. kunjungan beliau ke Indonesia yang dilakukan berulang kali, menunjukkan hubungan dan perhatian yang besar terhadap umat di negeri ini.

Dalam catatan Hadi Nur Ramadhan Founder Pusdok Tamadun tidak kurang empat kali beliau mengunjungi negeri berpenduduk muslim terbesar ini. Tahun 1979, 1988/1989, 1998 dan 2007. Jika dirata-rata hampir setiap satu dekade beliau menyambangi muslim Nusantara ini.

Kunjungannya pada tahun 1979 boleh jadi merupakan kunjungannya pertama ke Indonesia. Informasi perihal kunjungan ini terkonfirmasi dengan viralnya foto dokumentasi di media sosial. Nampak syaikh Al-Qaradhawi berdiri di antara para tokoh Nasional, Buya Natsir, Buya Hamka dan KH. Hasan Basri. Foto tersebut diunggah diantaranya oleh Ustadz Fahmi Salim yang dikutip Republika dalam berita berjudul https://www.republika.co.id/berita/ritqtv320/ustadz-fahmi-salim-unggah-foto-syekh-yusuf-alqaradhawi-bersama-hamka-hingga-natsir. Juga diunggah Pusdok Tamadun Ustadz Hadi Nur di akun Instagramnya.

Lebih lanjut ustadz Hadi menjelaskan bahwa kunjungan Syaikh Al-Qaradhawi pada tahun 1979 itu antara lain ke Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia, Majlis Ulama Indonesia, Masjid Al-Azhar Kebayoran Baru dan Pesantren As-Syafi’iyyah yang baru diresmikan.

Di sebuah grup WA, Founder Pusdok Tamadun itu juga mengirimkan beberapa foto Syeikh Qaradhawi pada saat berkunjung ke As-Syafi’iyyah. Diketahui dari foto tersebut kedatangan Syaikh Qaradhawi saat itu bersama Ulama Qatar berpengaruh Syeikh Abdullah Al-Anshary.

Foto yang bersumber dari majalah Suara Masjid, No. 17 Tahun IV itu memotret Syeikh Al-Anshary dengan jubah dan sorban putih bersama Qaradhawi muda bergamis hitam dan kaca mata hitam berkopiah putih. Mereka berdua berdiri di antara Buya Natsir, KH. Abdullah Syafi’i, dan salah seorang perwakilan Dewan Da’wah H. Abdullah Salim.

Sedangkan kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi berikutnya antara tahun 1988-1989. Saat itu di antaranya mengunjungi Masjid Dewan Da’wah di Karamat Raya yang belum selesai pembangunannya. Informasi mengenai kunjungan ini didapatkan dari tulisan Dudi S. Takdir, Kabid Kominfo Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia, dalam artikel di Media Dakwah, https://mediadakwah.id/mengenang-kedekatan-syaikh-yusuf-qaradhawi-dengan-pak-natsir-dan-dewan-dawah/.

Kedua kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi pada tahun 1979 dan 1988-1989 ini bisa jadi difasilitasi oleh Dewan Da’wah Islamiyyah Indonesia pimpinan Buya M. Natsir yang saat itu memiliki pengaruh kuat di dunia Islam Internasional.

Pengaruh Buya Natsir dalam percaturan dunia Islam, khususnya di negara-negara Arab, tidaklah diragukan lagi. Beliau ikut serta dan terlibat pada beberapa organisasi Islam tingkat internasional.

Tahun 1967 diamanahkan menjabat Wakil Presiden World Muslim Congress (Muktamar Alam Islami), Karachi, Pakistan. Tahun 1969 menjadi anggota World Muslim League, Mekah, Saudi Arabia. Tahun 1972 menjadi anggota Majlis A’la al-Alam lil Masajid, Mekah, Saudi Arabia. Tahun 1980 menerima “Faisal Award” bersama Syeikh Al-Nadwi atas pengabdiannya kepada Islam dari King Faisal, Saudi Arabia.

Dan secara khusus pada tahun 1985 Buya Natsir bersama Syeikh Al-Qaradhawi merintis dan menjadi anggota Dewan Pendiri The International Islamic Charitable Foundation, Kuwait.

Adapun kunjungan berikutnya yang dilakukan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia adalah pasca Reformasi. Informasi mengenai kunjungan ini didokumentasikan oleh salah satu penerjemah Syeikh dalam lawatannya ketika itu, Ustadz M. Anis Matta.

Dalam akun twiternya Ustadz Anis mengunggah foto kenangan. “Pada 1998 saya beruntung ditugaskan menjadi penerjemah Syekh Dr. Yusuf Qaradhawi ketika berkunjung ke Indonesia. Foto diambil dalam acara dialog dengan tokoh perbankan di Jakarta”, demikian Ustadz Anis menulis di akun twiternya.

Kunjungan pasca Reformasi ini juga dikisahkan oleh salah seorang perwakilan Indonesia di Forum IIIT, Dr. Habib Chirzin. Kisahnya sebagaimana dimuat di Suara Muhamadiyah, https://web.suaramuhammadiyah.id/2022/09/27/takziyah-obituari-atas-wafatnya-syeikh-dr-yusuf-qaradhawi/ dituturkan sebagai berikut.

“Pada waktu itu Dr. Yusuf Qaradhawi yang sedang berada di Jeddah, menelpon saya, menanyakan apakah perlu baginya untuk bersilaturrahim ke Indonesia. Saya jawab bahwa kehadirannya ke Inddonesia yang sedang memasuki masa reformasi ini sangat perlu.” Demikian Habib Chirzin menulis.

Selanjutnya Habib Chirzin mengisahkan jika Dr. Yusuf Qaradhawi datang ke Jakarta, bersama Prof Dr. Mohammad Omar Zubair, mantan Rektor Universitas King Abdul Aziz University, Dr. Ahmad Totonji, Sekjen IIIT , didampingi oleh Dr. Ahmad Totonji, Sekjen IIIT, dan Sheikh Jamal Shairwan, Seorang ulama Hijaz.

Acara kunjungan Dr. Yusuf Qaradhawi cukup padat, silaturrahim dengan para pemimpin berbagai partai politik yang baru berdiri, bertemu dengan Menteri Pertanian dan Pangan, Prof. Dr. AM Saefuddin; Menteri Research dan Technology Prof. Dr. Zuhal, Ketua DPA Let Jend Ahmad Tirto Sudiro, Mengunjungi Pusat Latihan Perbankan BI, pertemuan dengan Gubernur BI dan kunjungan bersama kepada President Prof. Dr. Habibie. Demikian seperti ditulis oleh Habib Chirzin.

Sementara kunjungan Syeikh pada tahun 2007 boleh dibilang sebagai kunjungan istimewa. Sebab kunjungan tersebut dalam rangka memenuhi undangan langsung dari Presiden SBY saat melawat ke Qatar. Ketika keduanya bertemu di Qatar, SBY meminta Syeikh untuk datang ke Indonesia.

Dalam kunjungan tahun 2007 ini, selain hadir di Istana Negara, Syeikh Qaradhawi juga bertemu pimpinan DPR, MPR. Termasuk secara khusus di rumah dinas Ketua MPR saat itu Dr. Hidayat Nurwahid.

Kemudian juga bersama menteri Agama Maftuh Basyuni, Syeikh Qaradhawi juga berkunjung ke PBNU dan Pesantren Darun Najah.

Di PBNU, Syeikh Al-Qaradhawi diterima dengan hangat oleh para pengurusnya di antaranya KH. Ma’ruf Amin, KH. Hasyim Muzadi, KH. Said Agil dan lainnya. Situs NU Online mengabadikan kunjungan tersebut dalam sebuah Warta berikut, https://www.nu.or.id/warta/syeikh-yusuf-al-qaradhawi-saya-ini-amp8220anakamp8221-nu-aVzsd

Keakraban pertemuan dengan pimpinan salah satu ormas terbesar itu tercermin dalam kelakar yang sahut menyahut antara KH. Ma’ruf Amin dan Syeikh Qaradhawi. Saat itu Syeikh Al-Qaradhawi menjawab kelakar kyai yang saat ini menjadi orang kedua Republik ini dengan bergurau, “Saya ini anak NU”, kelakar Syeikh yang menunjuk tahun lahirnya sama dengan berdirinya NU.

Selain berkunjung ke PBNU, Syeikh Al-Qaradhawi juga menyempatkan bersilaturahim dengan ormas besar lainnya di Indonesia, yang tiada lain saudara kandung NU. Syeikh menyambangi kantor PP. Muhammadiyah di Menteng Raya.

Tentang kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke PP Muhamadiyah disinggung oleh Prof. Haedar dalam takziyahnya untuk Syeikh, sebagaimana diberitakan Republika.

Republika menulis, “Bagi Haedar, wafatnya Syekh Yusuf Al Qaradawi pada Senin (26/9/2022) membuat umat Islam sedunia kehilangan ulama besar yang berpikiran moderat dan maju. Kala berkunjung ke PP Muhammadiyah di Jakarta tiga dekade lalu, kata Haedar, Yusuf Qaradawi dengan tegas menyatakan hisab itu “qothiy” (pasti), sedangkan rukyat itu “dhanny” (meragukan, banyak kemungkinan).”

Lebih lanjut Ustadz Fahmi Salim lewat unggahannya di akun Instagram, menceritakan soal kunjungan Syeikh 15 tahun lalu itu di gedung Da’wah Menteng. Informasi tentang kunjungan Syeikh tersebut didapatkan Ustadz Fahmi setelah mengonfirmasi Prof. Din Syamsuddin yang saat itu menerima kunjungan Syeikh.

“Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof. Dr. M. Din Syamsuddin menerima kunjungan ulama besar Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Jakarta, pada tahun 2007.

Kala itu, Syeikh Al-Qaradhawi menanggapi pertanyaan Allahuyarham Prof. Dr. Yunahar Ilyas yg mendampingi Ketua Umum PP Muhammadiyah tentang hisab dan rukyat awal Bulan Qomariyah.

Syaikh Dr. Yusuf Al-Qardhawi menyatakan: “Hisab itu qath’i (pasti), dan rukyat itu nisbi (belum pasti) kebenarannya, sambil menjelaskan gunung yg terlihat dari jauh warnanya biru, padahal dari jarak dekat warnanya pepohonannya hijau”. Demikian seperti ditulis UFS di akun Instagramnya.

Itulah beberapa kunjungan Syeikh Al-Qaradhawi ke Indonesia yang menunjukkan kecintaannya kepada umat Islam Indonesia. Kecintaan dan rasa ta’zhim yang sama kepada Syeikh ditunjukkan oleh kaum muslimin Indonesia saat menyambutnya berkunjung. Juga dengan mengkaji pemikiran dan ide-idenya yang bertebaran dalam karya-karya syeikh.

Penulis sendiri berkesematan bertemu langsung dengan Syeikh pada saat kunjungannya ke Libya tahun 2003. Penulis yang saat itu menjadi mahasiswa di Kuliah Da’wah Islamiyyah Tripoli Libya dapat menikmati keindahan dan keluasan ilmunya dalam khutbah Jum’at di kampus KDI dan hadir pada beberapa muhadhoroh yang diadakan di luar kampus.

Rahimahullah rahmatan wasi’ah, Inna Lillah Wainna Ilaihi Raji’un.

Kabid Media JATTI, Alumni Standarisasi Da’i MUI angkatan 15

Exit mobile version