Siswa Mudipat Shalat Ghaib untuk Korban Tragedi Kanjuruhan

shalat ghaib

Foto Shalat Ghaib Dok SM

SURABAYA, Suara Muhammadiyah – Siswa SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya (Mudipat) menggelar shalat ghaib, di di Masjid KH Ahmad Dahlan Mudipat, Senin (3/10/2022). Shalat ghaib dilakukan sebagai bentuk Mudipat turut berduka cita yang dalam atas jatuhnya korban meninggal pada tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan, Malang Sabtu malam (1/10/2022).

Sebagaimana informasi yang beredar, pertandingan sepak bola antara Arema FC vs Persebaya Surabaya, Sabtu malam menelan ratusan korban jiwa. Info terbaru, tragedi kemanusiaan itu memakan korban sebanyak 488 orang. Dari 448 korban itu, sebanyak 302 orang di antaranya mengalami luka ringan, 21 orang luka berat, dan 125 orang meninggal dunia.

Sebelum menggelar shalat ghaib, Kepala SD Mudipat Edy Susanto MPd di hadapan siswa mengucapkan bela sungkawa dan duka mendalam bagi korban meninggal di tragedi Kanjuruhan Malang itu. Dia berharap hal itu tidak akan terjadi lagi dan bagi siswa Mudipat tragedi itu diharapkan menjadi pelajaran berharga.

“Innalillahi wa inna ilaihi rojiun, coba semuanya ucapkan,” ucap Ustad Edy. Seluruh siswa di Masjid KH Ahmad Dahlan Mudipat pun menirukan mengucapkan innalillahi wa inna ilaihi rojiun.

“Anak-anakku, ucapan innalillah itu harus kita ucapkan kalau kita terkena musibah. Seandainya kalau ada musibah kecil saja tetap jangan lupa ucapkan innalillah. Apalagi kalau ada orang meninggal. Karena Kita ini dari Allah dan akan kembali kepada Allah,” tuturnya.

Ustad Edy lantas mengisahkan kembali secara singkat tragedi Stadion Kanjuruhan Malang. Menurutnya hal itu terjadi karena tiga faktor. Dan tiga faktor itu wajib dipegang teguh semua orang termasuk siswa Mudipat.

“Korban meninggal di Stadion Kanjuruhan harus menjadi pelajaran buat kita semua. Menurut Ustad Edy, yang pertama kalian harus menjadi anak yang nurut kata orang tua. Kalau disuruh melakukan kebaikan lakukanlah, kalau dilarang ya menurutlah,” katanya.

Yang kedua, lanjutnya, jadi anak jangan menuruti hawa nafsu. Suka jahil, menyakiti teman, ngomong kasar, rebut sendiri, suka bertengkar, suka mengambil milik orang lain adalah contoh menuruti hawa nafsu.

“Diterangkan gurunya ngomong sendiri juga itu menuruti hawa nafsu, waktu shalat malah main, kalau diberitahu dibantah itu namanya menuruti hawa nafsu, jangan demikian,” jelas pria asli Nganjuk itu.

Yang ketiga adalah saling mencintai menyayangi terhadap sesama. Jangankan dengan manusia, dengan binatang dan tumbuhan harus saying.

“Apalagi sesama muslim kita kan bersaudara. Jadi harus saling saying saling menjaga. Tidak boleh menyakiti. Ayo kita laksanakan shalat gahib semoga korban di Malang itu mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya,” ucap Ustad Edy. (mul)

Exit mobile version