Selamat Milad Ya Nabi Salam
Oleh: Naufal Abdul Afif
Memperingati ‘yaumul milad’ atau hari kelahiran adalah momen yang berkesan bagi kebanyakan orang. Di hari bahagia tersebut, biasanya banyak ucapan dari keluarga, pasangan, teman, dan orang-orang terdekat lainnya. Tak jarang banyak dari kita mengistimewakan momen tersebut untuk memberikan ucapan atau surprise entah berupa kado atau hadiah bagi orang tercinta.
Hal itulah yang menjadi alasan banyak dari kaum muslimin merayakan ‘yaumul Milad’ atau hari kelahiran Baginda Nabi Muhammadiyah SAW yang di Indonesia perayaannya jatuh pada setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah. Setiap dari kita, kelompok kita atau daerah kita memiliki kekhasan tersendiri bagaimana dalam memeriahkan kelahiran Nabi Muhammad SAW tersebut. Itu merupakan ekspresi kegembiraan, mahabbah yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.
Sesungguhnya Allah dan semua malaikat bershalawat kepada baginda Nabi saw. Dan kita semua yang mengaku beriman diperintah bershalawat. Muhammad saw bahkan sudah dimuliakan semenjak sebelum semesta diciptakan. Menjadi nabi paling mulia diantara nabi-nabi. Semua nabi dari Nuh as hingga Isa as memberitakan bakal kedatangannya. Nabi penutup, nabi akhir jaman.
Sejarah Maulid Nabi
Perayaan maulid nabi dalam sejarah islam sudah berlangsung lama, sejak ribuan tahun yang lalu. Setidaknya ada tiga teori yang yang menjelaskan tentang asal mula perayaan peringatan maulid Nabi.
Pertama, perayaan maulid pertama kali di adakan oleh kalangan dinasti Ubaid (Fathimi) di mesir yang berhaluan Syiah Islamiyah. Mereka berkuasa di mesir tahun 362 -567 Hijriyah, atau sekitar abad 4-6 Hijriyah. Mula-mula dirayakan di era kepemimpinan Abu Tamim yang bergelar, Al- Mu’iz Li Dinillah.
Kedua, perayan maulid di kalangan Ahlus Sunnah, bahkan menurut imam Jalaluddin As-Suyuti termasuk imam ahli hadist dan sejarah yang paling giat mendukung peryaan maulid Nabi Muhammad, beliau menjelaskan bahwa orang pertama kali merintis peringatan maulid Nabi adalah Sultan Abu Said Muzhaffar, Gubernur Irak. Beliau hidup pada tahun 549-630 H.
Ketiga, perayaan maulid pertama kali di adakan oleh Sultan Shalahuddin Al Ayyubi (567-622 H), penguasa Dinasti Ayyub (di bawah kekuasaan daulah Abbassiyah). Tujuan beliau untuk meningkatkan semangat jihad kaum muslimin, dalam rangka menghadapi perang salib melawan kaum salibis dari eropa dan merebut Yerusalem dari tangan kerajaan salibis.
Namun ada juga yang berpendapat lain, salah satunya adalah Sayyid Muhammad Bin Alwi Al Maliki Al Hasani. Beliau menjelaskan dalam bukunya yang berjudul ”Wajibkah Memperingati Maulid Nabi SAW?” jika sesungguhnya yang pertama kali merayakan atau memperingati maulid itu adalah nabi Muhammad SAW sendiri, hal ini berdasar sebuah hadist:
“Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasululloh pernah ditanya tentang puasa senin, maka beliau menjawab:” Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku.”(HR.Muslim:1977)
Nilai-nilai dalam Milad Nabi
Substansi dari peringatan Maulid Nabi adalah mengukuhkan komitmen loyalitas pada beliau. Setidaknya, ini terwujud dengan tiga hal.sebagai berikut:
Pertama, meneguhkan kembali kecintaan kepada Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW. adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan.
Tidaklah sempurna iman salah seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtua dan anaknya. (HR. Bukhari).
Kedua, meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW. Kita tanamkan keteladanan Rasul ini dalam keseharian kita, mulai hal terkecil, hingga paling besar, mulai kehidupan duniawi, hingga urusan akhirat. Dengan mencontoh sifat-sifat nabi diantaranya: Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fathonah.
Ketiga, melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah, dan juga para Nabi. Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan pada umat yang amat dicintainya ini. Beliau bersabda:
“Aku tinggalkan pada kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan sunnah NabiNya sallallahu alaihi wa sallam” (HR. Malik).
Memperingati maulid Nabi artinya mengingat kembali dan mengambil pelajaran dari insan yang sempurna. Kemampuannya sangat komplek, dalam bidang politik, perekonomian, perjuangan serta kepribadian dan akhlaq, tidak ada satupun insan yang mampu menyamainya.
Maka tak perlu ragu lagi untuk memperingati maulid Nabi dan bersalawat kepadanya setiap pagi, mengikuti dan meneladani perjuangannya dan mengamalkan sunah-sunahnya.
YaAllah masukkanlah kami Sebagai golongan umat Nabi-Mu Muhammadiyah Shalallahu alaihi wasallam.
Naufal Abdul Afif, Kabid Hikmah dan Kebijakan Publik PC IMM Kendal