Muhammadiyah Warnai Dinamika Kehidupan Sosial Beragama di Kancah Global

Muhammadiyah Warnai Dinamika Kehidupan Sosial Beragama di Kancah Global

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Bicara internasionalisasi gerakan Muhammadiyah adalah bicara bagaimana nilai-nilai Muhammadiyah dapat mewarnai dinamika kehidupan beragama dan kehidupan sosial di kancah global. Gerak dakwah Muhammadiyah di ranah global diwakili ini salah satunya oleh keberadaan Cabang-Cabang Istimewanya.

Hingga kini sudah terdapat 27 Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) dan 8 Pimpinan Cabang Istimewa ‘Aisyiyah (PCIA) yang berdiri. Para pengurus PCIM PCIA ini melakukan berbagai upaya untuk membumikan gerakan Muhammadiyah di negaranya masing-masing. Hamzah Fansuri, pengurus PCIM Jerman, dalam kegiatan Doorstop Afiliasi #9 Muhammadiyah Mencerahkan Semesta pada Rabu (5/10/22) menyampaikan bahwa PCIM Jerman berupaya untuk membawa visi Muhammadiyah agar diterima masyarakat Eropa. “Kami menyadari betul bagaimana membawa visi Muhammadiyah agar diterima masyarakat Eropa, betapa pentingnya untuk mengenalkan Islam dan visi Muhammadiyah kepada masyarakat Jerman dan Eropa. Banyak program yang kita rutin kerjakan yang bekerjasama dengan perhimpunan pelajar Indonesia Jerman, KBRI, KJRI, dan berbagai organisasi lain yang itu membuat nama Muhammadiyah banyak dikenal.”

Selain itu Hamzah juga menyampaikan bahwa PCIM Jerman sudah berstatus secara hukum yang tentunya mempermudah gerak dakwah PCIM Jerman ke depan. “Setahun ini kami dilegal formalkan menjadi organisasi non pemerintah yang berbadan hukum sehingga memudahkan eksistensi Muhammadiyah di kawasan Jerman untuk jangka panjang.”

Imam Subhkan selaku pengurus PCIM Amerika menyebut jika di Indonesia menyebut Internasionalisasi Muhammadiyah maka teman-teman pengurus PCIM Amerika mengambil sudut pandang bagaimana melakukan lokalisasi Muhammadiyah. Tentu hal ini harus menjadi fokus PCIM Amerika karena seperti diketahui umat muslim menjadi kelompok minoritas di Amerika Serikat. Menjawab tantangan tersebut PCIM Amerika memiliki 3 gerakan yakni pertama, membangun soliditas kalangan muslim Indonesia yang masih memiliki memori Muhammadiyah. Kedua, mentranformasikan gerakan Muhammadiyah ke generasi ke-2. Ketiga, mengekspansi Muhammadiyah bukan hanya ke orang-orang Indonesia.

Salah satu gerak pencerahan Muhammadiyah di kancah global diakui oleh PCIM Taiwan, PCIA Mesir, PCIM Malaysia, adalah dilakukan melalui pendidikan. PCIA Mesir sendiri menjadi Cabang Istimewa ‘Aisyiyah pertama yang mendirikan TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) sejak tahun 2010.

Selain itu, Ketua PCIA Mesir, Hilma A’yunina menyebut bahwa banyak kegiatan berbau keilmuan yang dilakukan PCIA maupun PCIM Mesir. “Kita di sini, di Mesir dekat dengan al Azhar yang gerakannya satu nafas dengan Muhammadiyah. Banyak sekali peluang yang dapat kita kerjasamakan antara Muhammadiyah dengan al Azhar,” terang Hilma. PCIM PCIA juga memfokuskan diri untuk memberikan binaan kepada para anggotanya sehingga mereka dapat lulus dan kembali ke Indonesia dengan membanggakan dan dapat berperan sebagai kader ulama di Indonesia.

Lebih lanjut Hilma menyampaikan bahwa berbagai amal usaha selain TK ABA juga telah dikembangkan oleh PCIM dan PCIA Mesir. “TK ABA, Lazismu Mesir, dan berbagai amal usaha terus dikembangkan. Semenjak diresmikannya markas dakwah Muhammadiyah Mesir, kita juga memiiliki homestay, serta menjadi mediator yang mengurusi keberangkatan para kader Muhammadiyah ‘Aisyiyah yang berangkat ke Mesir.” Selain itu Tapak Suci Mesir disebut Hilma juga cukup efektif sebagai sarana mensyiarkan dakwah Muhammadiyah karena sangat diminati bahkan oleh orang Mesir. “Hingga kini, terdapat lebih dari ribuan orang yang bergabung dalam Tapak Suci Mesir bahkan dari orang Mesir sendiri.”

Pengurus PCIM Taiwan, Muhammad Muslih menyebutkan dari trilogi gerakan Muhammadiyah di Taiwan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat ini menurut Muslih dilakukan kepada masyarakat pekerja migran dan juga mahasiswa Indonesia yang jumlah totalnya hampir 300 ribu di Taiwan. Sebagai bentuk solusi bagi berbagai persoalan yang dihadapi para pekerja migran ini, PCIM Taiwan hadir salah satunya dengan mendirikan sekolah PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).

Berdiri sejak tahun 2018, PKBM PCIM Taiwan menyediakan paket jenjang kesetaraan a, b, dan c. “Hingga kini kami sudah punya dua anggkatan alumni, alhamdulillah ini sangat membantu bagi teman-teman pekerja migran yang berangkat ke Taiwan belum lulus SMP atau SMA.”

Ahmad Fathoni, pengurus PCIM Malaysia juga menyebutkan bahwa pendidikan salah satu menjadi bidang dakwah Muhammdiyah di Malaysia. Dari 10 Pimpinan Ranting Istimewa Muhammadiiyah (PRIM) dan 5 Pimpinan Ranting Istimewa ‘Aisyiyah (PRIA) yang berdiri, sudah ada dua yang membuka amal usaha Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat berupa Sanggar Bimbingan. “Ada dua yang dibuka di PRIM Kampung Baru dan PRIM Pandan yang jumlah peserta didiknya juga luar biasa, sekitar 200 orang.”

Kebanyakan para peserta didik disebut Fathoni adalah keturunan Indonesia yang lahir di Malaysia tanpa dokumen resmi. “Kebanyakan mereka lahir di sini dan un documented. Kebanyakan orang tua mereka menikah siri di sini sehingga anak-anak kesulitan mengakses sekolah formal.”

Kondisi ini disebut Fathoni tidak hanya dialami oleh beberapa anak saja tetapi terdapat ribuan anak dengan kondisi tersebut. “Anak-anak ini dulunya sebelum Sb dibuka susah mendapatkan akses pendidikan. Kami bekerjasama dengan Atase Pendidikan karena ketika dibiarkan mereka di Malaysia hingga besar akan memiliki kesulitan tersendiri dan akan berhadapan dengan hukum.”

Meskipun kegiatan SB ini informal dan tanpa seragam, Fathoni menyebut, anak-anak lulusan SB bisa mengikuti ujian dan mendapatkan ijazah resmi setelah lulus. “Nama mereka pun akan tercatat dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia,” terangnya. Selain itu PCIM juga menjalin kerjasama dengan KBRI untuk mengupayakan terbitnya Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP) bagi anak-anak pekerja migran yang tidak memiliki dokumen resmi ini jika ingin kembali ke Indonesia. “Ini kontribusi riil Muhammadiyah bagi anak-anak bangsa yang kurang beruntung di sini,” tegasnya.

PCIM Malaysia disebut Fathoni juga bersyukur telah berdirinya Universiti Muhammadiyah Antarbangsa Malaysia (UMAM) yang memperkokoh dan kontribusi Muhammadiyah bagi pendidikan di kancah global. Selain itu PCIM Malaysia bersama PCIA Malaysia juga mendirikan berbagai amal usaha di sektor ekonomi. Bahkan PCIM Malaysia telah mendirikan satu perusahaan untuk melakukan terobosan dalam pengembangan ekonomi ini. (Suri)

Exit mobile version