Mubaligh Muda dan Proyeksi Persyarikatan

Mubaligh Muda dan Proyeksi Persyarikatan

Yogyakarta, Suara Muhammadiyah – Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhamamdiyah membuka Pelatihan Nasional Mubaligh Muda Muhammadiyah (PNM3) ke 13. Bertempat di gedung Tabligh Institute, pelatihan ini dijadwalkan berlangsung selama empat hari kedepan. Mulai Rabu 5 oktober sampai dengan Sabtu 8 oktober 2022.

Di hadapan 42 peserta mahasiswa dari 19 Universitas Muhammadiyah ‘Aisyiyah regional pulau Jawa, Faturahman Kamal dalam sambutannya menyampaikan urgensi keberadaan kader di bidang tabligh dan tarjih.

“Di Muhammadiyah itu ada banyak orang yang ingin jadi rektor, ada banyak orang bisa jadi direktur rumah sakit, ada banyak orang yang bisa jadi kepala sekolah. Tapi hanya ada sedikit orang yang memiliki komitmen dan kehendak untuk menjaga arah ideologi perjuangan Muhammadiyah khususnya di bidang tabligh dan tarjih”

Ustadz Fatur sapaan akrab Faturahman Kamal menuturkan bahwa wajah Muhammadiyah wajah Muhammadiyah di tahun 2035 hanya memiliki dua kemungkinan.

“Bila kita berhasil meng-Engineering anak-anak muda Indonesia, termasuk angkatan muda muhammadiyah, maka insyaallah akan menjadi bangsa/negara yang berhasil “. Sebaliknya ia mengungkapkan bahwa bila kita sampai gagal meng-Engineering generasi muda hari ini, maka ketika terjadi ledakan populasi, maka sesungguhnya kita sedang menyusuri fase kegagalan sebagai bangsa dan negara yang berhasil.

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir Muhammad Suyuti sekretaris Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Sebagai majelis yang mengurusi 172 kampus, majelis Diktilitbang tuturnya memiliki komitmen yang kuat dalam mendukung dakwah persyarikatan sebagaimana disebutkan dalam PHIWM.

“Amal Usaha Muhammadiyah adalah salah satu dari usaha-usaha persyarikatan untuk mencapai maksud dan tujuan persyarikatan. Yakni menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam sehingga terwujud masyarakat utama yang diridhai Allah SWT.”

Hari ini PTMA memiliki 585.000 mahasiswa, 20.000 dosen, 2.900 Doktor, dengan 2.000 program studi. Keseluruhannya adalah media dakwah ungkapnya.

Sayuti mengaharapkan bahwa para anak panah muhammadiyah dapat berdakwah ke daerah-daerah terpencil. Ke kampus-kampus Muhammadiyah yang mayoritas mahasiswanya 70% – 80% adalah non muslim seperti 4 kampus di Papua. “Di sana dalam setiap bulannya, pasti ada mahasiswa yang masuk Islam”.

Oleh sebab itu Diktilitbang menyambut gembira kerjasama dengan majelis tabligh. Dengan harapan dapat menjadikan para peserta yang ada di dalam kampus sebagai pejuang-pejuang dakwah, anak panah – anak panah Muhammadiyah.

“Keberadaan teman-teman mahasiswa sangat penting, karena tidak ada kampus muhammadiyah yang maju kecuali di dalamnya terdapat pembinaan nilai-nilai al islam dan kemuhammadiyahan,” pungkasnya. (Ilham)

Exit mobile version