YEREVAN, Suara Muhammadiyah – Dokter Corona Rintawan, Kepala Pelaksana Tim Kedaruratan Medis / Emergency Medical Team (EMT) Muhammadiyah mengikuti pertemuan EMT Global yang diselenggarakan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) di Yerevan, Armenia.
Pertemuan yang diselenggarakan Rabu-Jum’at, 5-7 Oktober 2022 ini merupakan pertemuan EMT Global yang ke-5. Empat pertemuan sebelumnya diselenggarakan di Jenewa (Swiss), Panama, Hong Kong, and Bangkok.
Pertemuan ini sebenarnya direncanakan akan digelar pada tahun 2021 yang lalu, namun karena pandemi Covid-19, baru bisa terlaksana tahun ini. Dalam pertemuan ini, hadir lebih dari 500 peserta dari 100 lebih negara dan organisasi.
Mengutip situs Badan Kesehatan Dunia (www.who.int) pertemuan EMT Global di Yerevan, Armenia ini menjalankan beberapa agenda yaitu :
1. Roundtable discussion tingkat tinggi di hadapan Direktur Jenderal WHO, Direktur Regional WHO Wilayah Eropa, Menteri Kesehatan dan/atau perwakilan pemerintah senior lainnya, Organisasi antar pemerintah
2. Pertemuan kelompok regional EMT di enam wilayah WHO, sebagai forum utama bagi Negara Anggota, EMT, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mendorong implementasi regional Inisiatif EMT
3. Pertemuan tentang operasi darurat EMT, penetapan standar, penelitian, dan pengembangan kapasitas.
4. Konsultasi tentang pelajaran yang dipetik dari pandemi COVID-19 dan keadaan darurat lainnya.
5. Pameran dari EMT, yang pertama di Pertemuan Global EMT
Corona dalam forum itu mempresentasikan pengalaman dan praktik baik tim medis Muhammadiyah dalam melakukan respon bencana alam selama masa pandemi Covid-19. Presentasi dilaksanakan Corona di hari kedua, Kamis (06/10) bersama perwakilan EMT dari 2 negara dan 2 lembaga lain.
Dalam presentasinya, Corona mengawali dengan mengenalkan tentang Muhammadiyah kepada semua peserta yang hadir dan upaya EMT untuk tetap melaksanakan tanggap darurat bencana meski dalam situasi pandemi Covid-19.
“Indonesia belum punya panduan untuk EMT nasionalnya sehingga kami dari Muhammadiyah menyusun standar sendiri, mengadopsi dari standar EMT internasional,” kata Corona
Ditambahkan Corona, pihaknya kemudian menyusun konsep umumnya, standar administrasi relawan, logistik tambahan, protokol kesehatan sebelum, selama dan sesudah penugasan.
Prosedur tambahan yang dibuat selama pandemi Covid-19 menurut Corona adalah prosedur persiapan personil seperti tidak punya penyakit komorbid, tidak sedang terapi penyakit tertentu seperti penyakit Cardiovascular, stroke, diabetes dan sejenisnya. Para personil tentu juga harus bebas Covid-19.
“Pelayanan pasien juga kami ubah, pasien hanya boleh ditemani oleh satu orang keluarganya,” imbuhnya.
Dari sisi logistik juga diadakan modifikasi seperti tenda tambahan untuk isolasi, fasilitas dekontaminasi dan baju hazmat level 1 serta 2. Juga dilakukan skrining rutin bagi semua personil setiap 3-5 hari sekali untuk memastikan kondisi kesehatan mereka.
“Tantangan selama penugasan tentunya adalah kondisi bencana multi hazard, karena indonesia ini seperti laboratorium bencana karena berdasarkan laporan BNPB, setiap tahun terjadi lebih dari 1000 bencana,” pungkas Corona. (Tim Media MDMC)