Wisuda ke-77 Unismuh, Prof Lincolin: Pandai Tidak Cukup, Harus Inovatif
MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan (Diktilitbang) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Lincolin Arsyad mengungkapkan bahwa, sarjana zaman sekarang ini tidak cukup hanya menjadi orang pandai, namun juga harus inovatif.
“Manusia yang sukses adalah manusia yang mampu berinovasi, mampu bekerja dengan kreasi-kreasi yang baru, bisa menciptakan barang baru, bisa menciptakan teknologi baru inilah yang dinamakan inovasi,” tandasnya.
Ia menyampaikan hal itu dalam sambutan Wisuda Diploma, Sarjana, Profesi, dan Pascasarjana ke-77, Sabtu 8 Oktober 2022 di Gedung Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Makassar, Jl Sultan Alauddin, Makassar.
Prof Lincolin menekankan bahwa IPK hanya salah satu modal untuk mencapai kesuksesan. Alumni Unismuh, katanya, harus memiliki integrasi dan inovasi, “Bukan hanya pintar, kutu buku, IPK yang tinggi, tapi inovasi, menciptakan sesuatu yang baru, itu baru jempol.”
Ia mengatakan, dirinya hampir seminggu bersama mahasiswa Samarinda untuk kuliah daring di masa covid 19. Hampir tidak ada yang kosong. Hampir semua bisa ia isi kalau tidak bersamaan. “Nah, inilah kemajuan yang kita nikmati. Itu adalah buah dari inovasi,” Ujar Lincolin.
Menurut dia, kunci kemajuan bangsa adalah inovasi, yaitu Resarch and Development. Hal itu ia gambarkan dari contoh yang diberikan oleh peraih hadiah Nobel dalam bidang Ekonomi, Michael Robert.
“Ketika ia menerima hadiah Nobel, Michael Robert mengucapkan terima kasih pada pokok pikiran ekonom. Michael Robert menggunakan metode matematika ekonomitrika, dia gunakan modal-modal kuantitatif yang para ekonom sebelumnya hanya menggunakan pendekatan kualitatif,” kata Dosen FEB UGM ini.
Lincolin Arsyad berpesan kepada para wisudawan bahwa ilmu harus diterapkan dalam kehidupan sosial, “Kalau kita hanya belajar untuk diri kita sendiri, mungkin saudara tidak perlu kuliah di sini, belajar saja sendiri di rumah. Ilmu itu harus diterapkan untuk kehidupan yang lebih baik.”
Ia menambahkan pesan kepada wisuda ke-77, bahwa jadilah muslim yang baik. “Kita di sini belajar AIK, Agama Islam dan Kemuhammadiyahan, itulah beda kita dengan perguruan tinggi lain. Agama Islam dan Kemuhammadiyahan itu terapkanlah, minimal untuk diri kita sendiri.”
Dalam sambutan tersebut, ia mengatakan, wisuda ini yang paling banyak ia hadiri “Kemarin saya di Samarinda sudah banyak 1000 lebih, ternyata di sini 2000 lebih, luar biasa. Duduknya pun berbeda, biasanya kami duduk di depan, tapi karena penuh oleh para wisudawan, kami duduk di samping panggung. Saya sangat bangga,” pungkasnya.
Menurut dia, perguruan tinggi sebesar Universitas Muhammadiyah Makassar harus memiliki pengajar yang doktor dan professor, sehingga semakin berkualitas. “Kemudian, untuk Pak Rektor, jangan lupa, teman-teman dosen yang belum doktor, segera diitik-itik, supaya segera berangkat doktor, di luar maupun dalam negeri,” tutupnya. (Hadi/Riz)