Mengurai Semangat Berorganisasi yang Kusut

Mengurai Semangat Berorganisasi yang Kusut

Mengurai Semangat Berorganisasi yang Kusut

Oleh: Asman

Dunia mahasiswa merupakan dunia tempat di mana semua hal di lakukan. Mencari jati diri, mengembangkan potensi fitrah manusia untuk menuju satu kesadaran manusiawi. Bermahasiswa sejatinya tempat untuk menempa diri, meniti jalan menuju gerbang kehidupan yang lebih kompleks.

Mahasiswa adalah sosok yang akan selalu dirindukan kebeadaannya, sebab mahasiswa merupakan satu kelompok masyarakat ilmiah yang menjadi tameng perjuangan masyarakat sipil.

Tentunya bermahasiswa tidak hanya persoalan kuliah melulu di dalam kelas, melainkan juga mampu melaksanakan perkuliahan yang sifatnya praktik (demonstrasi). Semangat bermahasiswa tentunya harus diiringi dengan kemauan yang besar untuk memajukan diri melalui tempaan sebuah oragnisasi kemahasiswaan.

Dahulu dalam proses peralihan rezim kepemimpinan di bangsa ini, kita telah melihat komitmen dan konsistensi dalam menyuarakan sebuah perubahan. Tentunya, untuk melakukan sebuah perubahan maka di butuhkan semangat yang berapi-api untuk dijadikan sebagai motivasi diri dalam melaksanakan penempaan di organisasi.

Dari tempaan itulah, kita mampu menajdi sosok manusia yang mampu merealisasikan ajaran agama untuk saling tolong menolog dalam kebaikan. Semangat berorganisasi harus selalu di galakkan, sebab ia adalah sumbuh dari prgerakan untuk membesarkan sebuah oraganisasi.

Kita bisa melihat bagamana hasil dari tempaan organisasi itu. para pemimpin bangsa ini, tentunya yang menjadikan mereka hebat, ialah dunia organisasi dengan loyalitas yang di tunjukkan memberikan manfaat yang begitu besar kepada kehidupan mereka saat ini. sehingga pada dasarnya organisasi itu memiliki banyak manfaat baik secara materi maupun moril.

Realitas saat ini menunjukkan kualitas dan output berorganisasi yang semakin menunjukkan keredupannya. Redupnya beroragnisasi pada mahasiswa saat ini menunjukkan ada masalah yang menghinggapi di tubuh organisasi sendiri. ada dua hal yang kemudian menjadi penyebabnya.

Pertama ialah, ketidakmampuan pengurus organisasi melaluka reorientasi gerakannya yang mengikuti karakteristik generasi saat ini.

kedua, bisa saja mahasiswa saat ini tidak lagi menemukan hal yang unik dalam sebuah organisasi. ialah lebih senang berkumpul dengan teman-teman sebaya membahas hal-hal yang tidak penting di banding untuk menyibukkan diri di duia organisasi.

Hal yang penting juga ialah, adanya kekusutan dalam dunia organisasi mahasiswa saat ini. kekusutan itu berkaitan dengan lemahnya daya untuk menghidupkan eksistensi sebuah organisasi.

Contoh kecilnya missal, dalam sebuah kegiatan yang di agendakan oleh organisasi mahasiswa, kadang tidak tepat waktu dan tidak terstruktur. Keadaan ini semakin di perparah dengan saling mengharap satu sama lain. Padahal untuk menghidupakan gerakan organisasi, maka di butuhkan kerjasama untuk melakukan itu semua.

Kusutnya keadaan ini, membuat dunia organisasi tidak memiliki daya jual yang tinggi. Organisasi kemahasiswa yang sejak dulu terlibat dalam mempertahankan kemerdekaan, kini telah dikalahkan dengan komunitas-komunitas mahasiswa yang ada.

Tentunya ini menjadi sebuah perhatian yang penting dilakukan. Bisa saja organisasi kemahasiswaan tersebut tidak mampu melakukan manajemen sumber daya dengan baik sehingga menghasilkan kekusutan.

Persoalan Yang Ada

Keadaan ini tentunya memberikan stigma berorganisasi hanyalah bersikan dogma semata. Hal ini bisa kita diagnoksis bahwa terjadi miskomunikasi antara teori dan konsep yang sering di ucapkan.

Terjadinya gap tersebut, juga karena adanya egoism yang ditunjukan oleh sumber daya organisasi. ia akan bergerak jika banyak orang, padahal sejatinya dalam organisasi itu yang dibutuhkan ialah bagaimana kesadaran itu hadir dalam setiap sumber daya organisasi tersebut.

Jika kita bandingkan dengan keadaan dahulu, dunia organisasi mahasiswa benar-benar berada pada satu perjuangan untuk melawan ketidakadilan. Namun saat ini untuk melawan egoism kolektif tersebut kita belum mampu melakukannya. Akhirnya semangat untuk melakukan perubahan itu terhambat dan menjadi masalah yang besar.

Semangat berorganisasi telah kusut dan tidak terkendalikan dengan baik. Ada dua kemungkinan yang menyebabkan hal ini terjadi.

Pertama, seperti penjelasan di atas, kemungkinan besar ada fungsi manajemen yang belum terjamah dan di kerjakan sehingga terjadi persoalan.

Kedua, kekusutan itu terjadi di sebabkan karena factor individu yang belum mendapatkan klimaks dalam berorganisasi.

Upaya Perbaikannya

Untuk menjawab persoalan yang ada, mungkin bis akita melihat bagaimana teori yang dikemukakan oleh Max Weber dalam teori tidakannya. Ada teori Tindakan tradisional. Untuk melalukan sebuah perubaahn maka dibutuhkan Tindakan secara tradisional yang diartikan sebagai kebiasaan tertentu dalam sebuah organisasi yang selalu dilakukan dari masa ke masa.

Jika kita melihat teori ini, maka setidaknya ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk perbaikan.

Pertama, adanya kesadaran kolektif yang dilakukan semua sumber daya dalam organisasi agar tercipta harmonisasi.

Kedua, peran seorang pemimpin di butuhkan, tentunya kedewasaan dan berpikir arif bijaksana adalah kunci untuk meluruskan kembali kekusutan. komunikasi yang baik sesama pimpinan atau pengurus organisasi akan memberikan perubahan yang signifikan terhadap perilaku beroganisasi.

Ketiga, adanya budaya perubahan yang diciptakan oleh semua komponen organisasi, sehingga hadir secara kolektif budaya berubah kepada setiap insan individu sehingga tercipta organisasi yang bermutu dan berkemajuan

Tiga hal itu dianggap cukup untuk menjadi sebuah pedoman untuk melakukan perubahan tersebut dengan semangat kolektifitas, rasa memiliki dan berkasih sayang.

Asman, Kabid RPK DPD IMM Sultra

Exit mobile version