SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Pada hari Sabtu (15/10/2022), segenap guru SD MBS Prambanan mengadakan kasasi (Kajian Sabtu Siang). Seperti biasa, setelah shalat dhuhur berjamaah, guru-guru SD MBS Prambanan berkumpul di Joglo SD MBS Prambanan untuk mengikuti Kajian Sabtu Siang. Acara ini biasa diisi oleh pimpinan PPM MBS Yogya. Kegiatan ini adalah bagian dari program yang telah direncanakan oleh PPM MBS Yogya sebagai sarana untuk menuntut ilmu.
Tepat pada jam 13.30 Wib, acara Kasasi pun dibuka oleh Ustadzah Andin selaku Master of Ceremony (MC). Setelah itu, kajian kali ini dibawakan oleh Ustadz Sahman, Lc. Pada Kasasi kali ini, Ustadz Sahman membawakan tema Maulid Nabi Muhamad Saw.
Mengapa kita perlu memperingati maulid Nabi Muhamad Saw?. Ia menerangkan bahwa memperingati maulid Nabi sebenarnya ada hubungannya dengan syariat Islam. Syariat Islam itu adalah puasa. Memperingati maulid Nabi berhubungan dengan puasa senin-kamis. Rasul suatu ketika pernah ditanya, “Mengapa kita disunahkan berpuasa hari senin?”. Rasul pun menjawab: “Kalian diperintahkan puasa senin karena hari senin adalah hari aku dilahirkan dan di hari itu pula tanda kenabian muncul.”
Mengingat maulid nabi bukan sekadar seremonial semata. Itulah mengapa Muhamadiyah tidak membid’ahkan maulid nabi tetapi mengambil hikmahnya. Pimpinan Pusat Muhamadiyah misalnya juga mengadakan pengajian maulid nabi.
Orang arab pada waktu itu memiliki kebiasaan menyebut tahun berkaitan dengan kejadian besar pada waktu itu. Itulah mengapa nabi pada waktu itu tahun kelahirannya disebut sebagai tahun gajah.
Dalam kajian sabtu siang, Ustadz Sahman menekankan setidaknya ada dua hikmah yang bisa kita ambil dari maulid nabi. Ada dua spirit keteladanan yang Rasul yaitu : Pertama, persoalan akidah. Kita dituntut untuk meneladani nabi. Nabi menekankan kita hidup itu mesti menyeimbangkan antara habluminallah dan habluminannas.
Mengapa Nabi ketika dakwah di Mekkah jauh lebih lama?, salah satunya adalah membangun dan menegakkan akidah bukan sesuatu yang mudah. Itulah mengapa ketika Rasul hijrah ke Madinah, sahabat dan kaum muhajirin yang hijrah tanpa membawa bekal mampu menghadapi rintangan dan cobaan ketika hijrah. Karena mereka memiliki akidah yang kuat yang dibimbing Rasul.
Teladan yang kedua adalah masalah bermasyarakat secara humanis. Rasul pada awal hijrah di Madinah, ia berhadapan dengan kaum yang tidak semua Islam. Ia berhubungan dengan kaum Yahudi dan Kristen pada waktu itu. Rasul mencontohkan tata pergaulan hidup dengan orang lain, bermasyarakat dan bersosial sebagaimana ia menegakkan dan merumuskan Piagam Madinah. Dua hikmah inilah yang bisa kita petik dari peristiwa maulid Nabi Muhamad Saw.
Kajian pun berakhir pada pukul 14.30 Wib, selepas kajian, acara dilanjutkan dengan pengumuman kegiatan sekolah. (Arif)