YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kelima di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), 18-20 Oktober 2022. Tema utama dalam kegiatan ini adalah Rancang Bangun Kader untuk Kemaslahatan Bangsa dan Negara. Kegiatan ini dirancang sebagai bagian menguatkan sistem perkaderan dalam Persyarikatan Muhammadiyah.
Ketua MPK PP Muhammadiyah mengatakan acara ini menjadi momentum untuk menguatkan link and match pimpinan dengan kebutuhan kader. “Zaman berubah, perkaderan perlu terus berbenah, sehingga mempunyai daya panggil”.
Rektor UMM, Dr. Fauzan menyebut kegiatan ini harus bisa memberikan perubahan mindset dalam mengembangkan sistem perkaderan dan mendekonstruksi cara berpikir tentang kader. “Kita perlu berijtihad terhadap terminologi-terminologi kader. Alam berpikir tentang kader dan perkaderan harus berubah. Maka, hasil dari kegiatan ini harus di atas rata-rata, bukan yang biasa saja”, ujarnya.
Dalam kesempatan ini, diserahkan MPK Award kepada tiga kader hebat. Mereka adalah Drs. Mohammad Djasman Al-Kindi (Ketua Pertama Badan Pendidikan Kader, dan juga Rektor Pertama Universitas Muhammadiyah Surakarta); Prof. Dr. A. Malik Fadjar., M.Sc (Inisiator Ideologi, Politik, dan Organisisi (Ideopolitor) dan Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia); dan Ir. H. Dasron Hamid., M. Sc (Ketua Badan Pendidikan Kader dan Pembinaan Angkatan Muda Muhammadiyah, Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta).
Penerima penghargaan ini diwakili oleh putra/putri kader teladan. Helman Muhammad mewakili Keluarga Djasman Al-Kindi, Siska Nur Asyraf mewakili keluarga Dasron Hamid, dan Nazaruddin Malik, mewakili keluarga Malik Fadjar.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Haedar Nashir menyatakan ketiga tokoh itu menjadi teladan penting bagi kader hari ini. “Pak Malik Fadjar, Pak Dasron Hamid, dan Pak Djazman memiliki peran yang penting. Ketulusan, pengkhidmatan, dan kecintaannya terhadap Muhammadiyah luar biasa. Pak Djazman menggagas lahirnya Majelis Diktilitbang. Pak Malik merintis UMM dan memiliki banyak gagasan tentang pendidikan. Pak Dasron punya orientasi yang membangun, termasuk membangun kampus UMY dari nol sampai sekarang”.
Kunci dari keberlangsungan Muhammadiyah, Islam, dan bangsa, adalah perkaderan. Perkaderan dalam pandangan Muhammadiyah seperti anak panah yang siap dilepaskan. Mereka perlu terus mampu beradabtasi dengan berbagai perkembangan zaman.
Kemampuan kader menjawab tantangan zaman ini perlu didudukung oleh sebuah sikap yang terbingkai dalam sebuah sikap. Kader Muhammadiyah sudah diajari untuk memiliki integritas, marwah, tidak korupsi, tidak menyimpang, tidak menyeleweng, dan tidak menyalahgunakan.
“Ke depan, Muhammadiyah akan berada di era yang cair dan penuh kompetisi. Kalau kita ingin membawa kemaslahatan bagi bangsa dan negara, harus mempunyai sikap itu,” ungkap Haedar. (Riz)