YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Salah satu hal yang menarik dalam permusyawaratan adalah pilihan pimpinan. Terkait hal ini gelaran Muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah telah melalui perjalanan panjang termasuk dalam penerapan teknologi. Dalam Doorstop Afiliasi seri #10 dengan tema “E-voting dalam Pemilihan Muktamar Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah ke-48” Budi Setiawan selaku Panitia Pemilihan Muktamar 48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa hingga tahun 1990 Muktamar Muhammadiyah ‘Aisyiyah menerapkan pemilihan secara manual.
Dalam acara yang berlangsung pada Rabu (19/10/22) Budi mengisahkan bahwa pada Muktamar tahun 1990, ia yang juga bertugas selaku Asisten Panitia Pemilihan harus berhadapan dengan adanya selisih penghitungan suara. Hal ini menyebabkan penghitungan suara harus diulang dua kali.
Belajar dari pengalaman tersebut, kemudian pada tahun 1995 yakni Muktamar di Aceh, Budi melakukan inisiatif untuk menggunakan sistem penghitungan menggunakan program lotus. Selanjutnya pada Muktamar tahun 2000 di Jakarta panitia menggunakan penghitungan suara dengan program Excel.
Kemudian pada tahun 2005 di Malang dengan dibantu tim IT kerja dari panitia pemilihan semakin dipermudah dengan dibuatnya sistem penghitungan suara. “Kalau dulu Muktamar sejak 2005 kita melakukan e-counting, pemilihannya manual tetapi penghitungannya melalui sistem teknologi,” terang Budi.
Kemajuan teknologi saat ini disebut Budi telah membawa Muktamar ke-48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah menggunakan e-voting. Sistem e-voting menjadikan proses pemilihan dan penghitungan suara menjadi lebih ringkas dan cepat dengan penerapan teknologi. Dengan menggunakan sistem e-voting ini Budi meyakinkan bahwa kerahasiaan pilihan tetap menjadi perhatian yang utama.
Iwan Setiawan selaku Wakil Sekretaris Panitia Pusat Muktamar 48 Muhammadiyah ‘Aisyiyah menjamin kerahasiaan setiap pemilih dalam sistem e-voting yang dikembangkan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) ini.
Dalam proses pemilihan nanti Iwan menyebut para pemilih akan diberikan kartu token yang dicetak secara generik dan diberikan secara acak kepada para pemilih. Dari kartu token tersebut pemilih akan mendapatkan QR Code yang harus digunakan untuk membuka aplikasi pemilihan. “Sistem ini memungkinkan tidak ada campur tangan antara hak akses token dengan nama pemilih sehingga kerahasiaan terjamin,” terangnya.
Untuk memastikan sistem e-voting yang dibangun berjalan lancar Budi menyampaikan panitia akan melakukan tiga kali simulasi. Simulasi pertama sudah dilaksanakan dengan mengundang sekitar 100 orang. “Simulasi awal kita undang orang sekitar 100 untuk melakukan e-voting dari PDM PDA se-Solo Raya dan alhamdulillah berlangsung dengan cepat,” ujarnya.
Hal yang menarik bahwa dari simulasi tersebut kelompok ibu-ibu ‘Aisyiyah adalah yang paling cepat selesai dan tertib dalam melakukan e-voting. Hal ini disebut Shoimah Kastolani selaku Panitia Pemilihan Muktamar 48 ‘Aisyiyah membuat optimis pemilihan secara e-voting akan berlangsung lancar. “Saya insya Allah optimis jika kita ada kemauan maka semuanya bisa kita lalui dan menjadi karakter kita bersama anggota Muhammadiyah ‘Aisyiyah untuk menjaga ketertiban.”
E-voting pada Muktamar 48 ini disebut Shoimah menjadi yang pertama kali, untuk itu ia meminta seluruh peserta Muktamar untuk dapat turut mewujudkan sukses muktamar. “Mari kita wujudkan sukses Muktamar dengan saling mengingatkan, saling menghormati, dan saling percaya diantara kita.”
Acara pemilihan dalam gelaran Muktamar adalah salah satu acara penting tetapi bukan satu-satunya. Oleh karena itu Budi berharap agar seluruh peserta dapat membawa amanah untuk melaksanakan Muktamar dengan sebaik-baiknya. Lebih lanjut Iwan Setiawan juga menegaskan bahwa Muktamar 48 kali ini akan membawa berkah bagi perjalanan Muhammadiyah untuk semakin mantab menjalankan syiar dan visi dakwahnya terutama di era digital. (Suri)