Mohammad Fachrur Rozi Ketua Pemuda Muhammadiyah di Masa Bergolak
Oleh: Iwan KC Setiawan
Orang Muhammadiyah tidak banyak yang tahu sosok M. Fachrur Rozi sebagai ketua Pemuda Muhammadiyah. Anggota Pemuda Muhammadiyah pun banyak pula yang tidak tahu. Sehingga berkisah tentang sosok M. Fachrur Rozi dan kiprahnya di Pemuda Muhammadiyah perlu dilakukan. Dengan tujuan untuk menambah khazanah sejarah Muhammadiyah.
Fachrur Rozi adalah ketua Pemuda Muhammadiyah (Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah) periode 1959-1963 dan 1963-1966. Pemuda Muhammadiyah diakui sebagai organisasi otonom secara penuh pada tahun 1954, saat HB Muhammadiyah menunjuk Ahmad Azhar Basyir sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah periode persiapan. Baru pada tahun 1956 Muktamar Pemuda Muhammadiyah 1 dilaksanakan di Palembang dengan ketua Ahmad Azhar Basyir. Di Muktamar Pemuda Muhammadiyah 1 di Palembang dengan periode 1956-1959 inilah eksitensi Pemuda Muhammadiyah sebagai organisasi otonom mulai diperhitungkan.
Biografi Singkat M. Fachrur Rozi
Fachrur Rozi lahir 10 Agustus 1925 di Yogyakarta, anak pertama dari dua belas bersaudara dari pasangan H. Hasyim dan Asminah. H. Hasyim adalah seorang pengusaha sukses dan pernah menjadi Wakil Sekretaris dan Bendahara HB Muhammadiyah. H Hasyim tinggal di Kauman dan Suronatan Yogyakarta. Mengutip dari Buku Riwayat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971 M. Fachrur Rozi sekolah di HIS (SD) Muhammadiyah Ngupasan, Neutrale MULO (SMA) dan Sekolah Menengah Tinggi B Yogyakarta. Di masa revolusi beliau masuk di Akademi Militer Khusus Yogyakarta tahun 1945-1946. M. Beliau juga pernah mengeyam Pendidikan di Pondok Pesantren Modern Gontor Ponorogo.
Kamilah, adik kandung M. Fachrur Rozi menjelaskan, kakaknya yang ia panggil Kang Rozi sejak dari MULO sudah mulai beraktifitas di luar Suronatan dan Kauman. Beliau menikah dengan Iswari Khotijah yang berasal dari Kota Malang. Mereka berdua bertemu di Jakarta di tahun 50an. Setelah kemerdekaan, tahun 1946-1954, beliau bekerja di Kementerian Pertahanan RI. Beliau diperbantukan di Kementerian Luar Negeri RI dan ditempatkan di Kedutaan Besar RI di luar negeri.
Setelah pulang dari tugasnya di luar negeri di tahun 1953/1954. M. Fachrur Rozi mulai aktif Kembali di Muhamamadiyah. Selanjutnya menjadi anggota Pemuda Muhammadiyah dan keseharian menjadi sekretaris Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia. Beliau adalah salah satu pendiri UII. Pada tahun 1966-1971 beliau menjadi Anggota DPR GR dan 1971-1977 beliau kembali menjadi anggota DPR RI dari Parmusi dari wilayah Sumatera Selatan. Setelah tidak lagi menjadi anggota DPR RI beliau Kembali ke UII sampai akhir hayatnya. Beliau di masa tuanya menghabiskan waktu di Suryobrantan, Gendingan Yogyakarta. M. Fachrur Rozi meninggal tahun 1995/1996 dan dimakankan di Kuncen Yogyakarta.
Fachrur Rozi dan Dunia Intelijen
Fakhrur Rozi adalah salah satu siswa sekolah intelijen angkatan pertama di Indonesia. Perkenalannya di dunia intelijen dimulai sejak di Sekolah Menengah Tinggi B Yogyakarta. Di sekolah ini ia bertemu dengan Zulkifli Lubis, teman satu sekolah yang dikemudian hari disebut sebagai bapak Intelijen Indonesia. Zulkifli Lubis yang berasal dari Aceh mengajaknya ikut di dunia intelijen. Setelah Jepang masuk, Zulkifli Lubis mendaftar di PETA dan setelah Indonesia Merdeka, Zulkifli Lubis bergabung di Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kelak menjadi TNI.
Di BKR inilah Zulkifli Lubis atas persetujuan Menteri Pertahanan Amir Syarifudin dan Jenderal Sudirman mendirikan Badan Rahasia Negara Indonesia (BRANI) dan Field Preparation (FP) sebagai organ propaganda intelijen untuk kemerdekaan Indonesia. Zulkifli Lubis ditunjuk menjadi ketuanya. Anggota BRANI dan FP berasal dari pelajar dan anggota gerilyawan yang terpelajar. BRANI dan FP adalah organ dan sekolah intelijen pertama di Indonesia. Para siswanya langsung direkrut menjadi anggota Intelijen. M. Fachrur Rozi bergabung di BRANI dan FP, setelah sebelumnya mengikuti pelatihan khusus intelijen di Ambarawa dengan meluluskan 30 siswa.
Fachrur Rozi setelah bergabung dengan BRANI dan FP otomatis menjadi Pegawai Kementrian Pertahanan RI. Dalam karirnya sebagai anggota intelijen, tugasnya lebih banyak di luar negeri. Beliau diperbantukan di Kementerian Luar Negeri RI sebagai staf Kedutaan Besar RI dalam kapasitasnya sebagai intelijen. Beberapa kantor Kedutaan Besar RI yang beliau menjadi staf antara lain Singapura, Malaysia, Myanmar dan Thailand. Setelah menyelesaikan tugasnya di Kementerian Pertahanan RI, beliau pulang ke Indonesia.
Beberapa tahun setelah beliau Kembali ke Yogyakarta, situasi politik Nasional menjadi lebih genting. Sukarno yang condong ke PKI, karena politik NASAKOM menjadikan Muhammadiyah yang anti Komunis tidak nyaman. Keterlibatannya di dunia intelijen di beberapa tahun yang lalu, memberi akses kepada beliau untuk kontak dengan TNI dan melihat situasi politik negara secara lebih luas. Sikap M. FachruR rozi berkaitan dengan komunisme sama dengan sahabatnya Zulkifli Lubis, yang di tahun 60an Kembali ke daerah dan ikut Gerakan PRRI di Sumatera. Sikapnya adalah anti terhadap komunisme.
Menjadi Ketua Pemuda Muhammadiyah
Fachrur Rozi setelah Kembali ke Yogyakarta mulai aktif di Pemuda Muhammadiyah. Pada masa kepemimpinan Ahmad Azhar Basyir di tahun 1954, M. Fachrur Rozi diberi Amanah menjadi anggota seksi hubungan luar negeri. Untung Cahyono dalam tesisnya AMM dalam Dinamika Muhammadiyah 1918-1967 menjelaskan, di tengah perjalanan kepemimpinannya, Ahmad Azhar Basyir mengundurkan diri, karena studi lanjut di Iraq selama 2 tahun. Selanjutnya tampuk ketua dipegang oleh Baried Ishom sampai tahun 1959. Pada masa kepemimpinan Baried Ishom, beliau diberi Amanah menjadi wakil ketua.
Di Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke 2 tahun 1959 yang dilaksanakan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta, M. Fachrur Rozi terpilih sebagai Ketua Pemuda Muhammadiyah dan Sekretaris diamanahkan kepada Djaldan Badawi. M. Fachrur Rozi dan Djaldan Badawi adalah sosok yang saling mengisi. M Fachrur Rozi memiliki mobilitas yang tinggi dalam mengembangkan Majelis Pemuda Daerah ( PWPM dan PDPM) di seluruh Indonesia. Sedangkan Djaldan Badawi memiliki kepekaan pada urusan keorganisasian, kesekretariatan dan sistem perkaderan di Pemuda Muhammadiyah.
Mobilitas beliau dalam mengembangan Pemuda Muhammadiyah diakui oleh para anggota lainnya. Atas kesuksesannya itu, di Muktamar Pemuda Muhamadiyah ke 3 di Garut pada 24-28 Juli 1963, segenap anggota Pemuda Muhammadiyah memilih Kembali M. Fachrur Rozi sebagai ketua dan M. Djazman sebagai sekretaris Pemuda Muhammadiyah periode 1963-1966.
Duet M. Fachrur Rozi dan M. Djazman pada perode 1963-1966 ini menggarap 4 Program pokok Pemuda Muhamadiyah. Pertama, pendirian Majelis Pemuda Daerah (PWPM dan PDPM), Kedua, sosialisasi Anggaran Dasar Pemuda Muhammadiyah yang disahkan pada tahun 1954, Ketiga, Sistematisasi perkaderan Pemuda Muhammadiyah dan Keempat Dakwah di kalangan Pemuda Islam. Di masa M. Fachrur Rozi dan M. Djazman, ada penamaan jenjang perkaderan Pemuda Muhammadiyah seperti Melati Tunas, Melati Muda dan Melati Dewasa. Juga pengembangan perkaderan seperti Pelatihan Kader Tarjih dll
Mendirikan IPM
Satu waktu, setelah parade peringatan 14 Tahun kemerdekaan RI, pada Agustus 1959, beberapa anggota Pemuda Muhammadiyah rerasan, perlunya berdirinya organisasi pelajar Muhammadiyah (kelak Bernama Ikatan Pelajar Muhammadiyah). Ismet Wibowo, mengutip wawancara di tesis Untung Cahyono AMM dalam Dinamika Muhammadiyah 1918-1967 berkisah rerasan ini dibahas di rapat Pemuda Muhammadiyah yang dipimpin M. Fachrur Rozi. Intinya perlu tidaknya mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah. Di masa itu hanya Pelajar Islam Indonesia (PII) yang masuk ke sekolah Muhammadiyah.
Rapat akhirnya memutuskan perlunya dibentuk organisasi khusus untuk pelajar Muhammadiyah. Banyak yang pro dan kontra, karena banyak anggota Muhammadiyah yang eks PII. Pemuda Muhammadiyah lewat Departemen Pemuda dan Budaya yang mengeksekusi dan dalam Rapat Tahunan Pemuda Muhammadiyah ke 2 di Yogyakarta pada Juli 1960 merekomendasikan agar Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah memberi mandat kepada Pemuda Muhammadiyah mendirikan IPM. Setelah mendapat restu, di Konperensi Wilayah Pemuda Muhammadiyah di Surakarta pada 18-20 Juli 1961 berdirilah IPM dengan ketua Herman Helmi dan sekretaris Muh Wirsyam Hasan. 18 Juli 1961 diperingati sebagai hari lahir IPM.
Catatan Akhir
Fachrur Rozi adalah tipikal pemuda yang memiliki mobilitas tinggi. Sebagai anak aktifis Muhammadiyah, beliau sudah terdidik untuk berorganisasi. Keterlibatan beliau sebagai intelijen, bagian dari karir di hidupnya memberi warna tersendiri. Beliau yang fasih berbahasa dan menulis dalam Bahasa Inggris menjadikan pergaulannya lebih luas. Di masa kepemimpinannya, Pemuda Muhammadiyah berada dalam situasi yang tidak mudah. Keputusan terhadap gerak Langkah Pemuda Muhammadiyah di masa itu tentu atas dasar pertimbangan yang matang. Seperti dengan mendirikan IPM dan KOKAM Pemuda Muhammadiyah. M. Fachrur Rozi punya andil di dalamnya.
Iwan KC Setiawan, Dosen UNISA Yogyakarta dan Sekretaris KOKAM Nasional.
Editor: Arief Hartanto