JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Direktur Utama PT Syarikat Cahaya Media/ Suara Muhammadiyah, Deni Asy’ari, MA menghadiri acara bedah buku “Kulliyatul Muballighien: Dari Padang Panjang, Untuk Indonesia” yang ditulis oleh Fikrul Hanif Sufyan dengan penerbit Suara Muhammadiyah. Acara bedah buku ini dilaksanakan bertempat di Ruang Aula AR Fachruddin Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Prof Dr Hamka (Uhamka), Sabtu (22/10).
Menurut Deni, alasan Suara Muhammadiyah menerbitkan buku tersebut karena kelahiran dari karya sejarah merupakan asset terpenting dan langka di lingkungan persyarikatan Muhammadiyah. Dikatakan langka sebab tidak banyak kader-kader dari rahim persyarikatan Muhammadiyah yang ikut aktif terjun langsung lewat kerja-kerja di dalam studi-studi sejarah.
“Fikrul Hanif (penulis buku) ini adalah salah satu yang kita sebut kader yang langka. Mau bekerja di dalam kesunyian. Ketika orang ramai-ramai masuk di jalur politik, kerja-kerja bisnis, beliau menyendiri, bolak-balik buku kumuh. Itu tidak banyak orang yang mau seperti itu. Makanya, kader seperti Fikrul Hanif ini harus di cloning sebanyak-banyaknya karena orang seperti beliau ini langka,” katanya.
Dengan adanya kelangkaan ini, maka menghendaki Suara Muhammadiyah harus tampil mengambil peran untuk mempromosikan studi-studi sejarah melalui publikasi-publikasi maupun penerbitan buku. “Kalau kita cermati dalam tiga tahun belakangan ini, hampir 40 naskah yang diterbitkan oleh Suara Muhammadiyah itu tentang sejarah Muhammadiyah, baik sejarah tokoh, kelembagaan, maupun keorganisasian,” tuturnya.
Deni memaparkan, bahwa sebelum penerbitan buku ini, Suara Muhammadiyah telah menerbitkan buku tentang sejarah Kauman di Yogyakarta. Kemudian buku yang tengah dibedah ini berbicara pada sisi lembaga pendidikannya.
Tidak hanya itu, menurutnya Suara Muhammadiyah juga menerbitkan pelbagai buku tentang Pergolakan Pembaharuan Islam yang ada di Ranah Minang, Panggilan Kemajuan (1900-1927), Sekolah dan Politik: Pergolakan Kaum Muda di Minangkabau (1927-1933). Sehingga kelahiran buku baru ini menjadi episode kelanjutan dari buku-buku sebelumnya.
“Maka sebenarnya saya melihat buku yang ditulis oleh Fikrul Hanif ini sebagai kelanjutan atau dalam bahasa lain segmen yang sangat spesifik untuk mencari embrio di mana titik pembaharuan itu sesungguhnya. Kalau buku Taufik Abdullah berbicara dalam konteks Ranah Minangnya, maka Fikrul Hanif membidik embrio awal yaitu institusi pendidikan sebagai laboratorium pemikiran untuk melakukan pembaharuan. Dan buku ini berbicara tentang itu,” ujarnya.
Di bawah naungan penerbit Suara Muhammadiyah, Deni mendorong agar banyak bermunculan hal ihwal karya-karya sejarah yang terus diproduksi oleh kader-kader dan kampus. Pihaknya sangat mendukung penuh agar karya seputar pemikiran sejarah dapat hadir di tengah kehidupan masyarakat.
Dalam mengupas sejarah, menurut Deni tidak hanya sekadar peristiwa masa lampau, persoalan orang-orang masa lampau, tetapi pada saat yang sama hendak memungut banyak inspirasi dan mengambil ibrah (pelajaran) untuk melihat masa depan. Sehingga, dengan belajar lewat buku tersebut merupakan laboratorium pemikiran dan pembaharuan Islam di Tanah Minang.
“Tentunya tidak cukup kita dengan beromantisme sejarah, tetapi mengambil inspirasi bagaimana di abad kedua Kulliyatul Muballighien atau ponpes Kauman ini menjadi seperti yang disampaikan pak rector tadi pondok pesantren episentrum (terpadu) sebagai ikon Kota Padang Panjang atau Ranah Minang sebagai sekolah pembaharu ke depan,” tukasnya.
Turut hadir dalam agenda ini Rektor Uhamka Prof Dr Gunawan Suryoputro, Mudir PontrenMu Kauman Padangpandang Dr Derliana, Keuta Alumni Kauman Dr Sudirman Tamim, Penulis Buku Fikrul Hanif Sulfyan. Serta para pembedah seperti Widyastuti dari MPI PP Muhammadiyah, Komisioner KPAI Dr Jasra Putra. (Cris)