Mondok Itu Keren, Santri Itu Trendi
“Hafalan lebih seru daripada memikirkan masalalu”-quotes santri
Masalalu saya adalah bagaimana saya terlahir dari keluarga yang sederhana, yang secara religius tidaklah terlalu agamis. Namun bukan masalalu yang ingin saya bahas, melainkan sejumput pengalaman dalam dimensi waktu di alur kehidupan yang Allah takdirkan. Ketika suatu kondisi mengajak saya untuk bergerak menjauh dari orang tua dan keluarga tercinta demi secercah harapan.
Tiga tahun yang lalu saya memutuskan untuk tinggal di sebuah Panti Asuhan Muhammadiyah di Bobotsari, Purbalingga dan bersekolah di SMK Muhammadiyah Bobotsari. Agak jauh dari kediaman saya di Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang. Ini adalah titik awal saya merasakan apa yang dinamakan mondok, sekaligus mendapatkan gelar baru sebagai santri. Tak adil rasanya kalau saya tak juga menyinggung bahwa disinilah saya menemukan lingkungan baru yang menghidupi dan menempa diri saya; persyarikatan Muhammadiyah.
Muhammadiyah dan pendidikannya semakin melekat dengan indah dalam hari-hari saya sejak saat itu. Seiring berjalannya waktu dan semakin saya tergerak untuk aktif di persyarikatan Muhammadiyah, menjadikan jiwa saya bergelora untuk menyatakan diri, bahwa saya adalah kader Muhammadiyah. Dengan bangga saya mengatakannya, mindset saya terbuka dan mulai meraba masa depan yang harus dengan lantang dihadapi. Suatu saat jika saya menjadi orang besar, maka ada nama Muhammadiyah sebagai tunas yang bersemi dari mentalitas saya yang sempat layu oleh keadaan.
“Jadilah dokter, Kembalilah ke Muhammadiyah. Jadilah Master,Insinyur, dan Profesional lalu kembalilah ke Muhammadiyah.” (KH Ahmad Dahlan)
Sekarang saya sedang menjalani studi S1 di Universitas Muhammadiyah Purworejo (UMP) dan kembali mondok di Pesantren Mahasiswa (pesma) UMP dengan jalur beasiswa. Adalah suatu amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
Kalau ditanya rasanya menjadi santri? Saya bangga, saya sangat bersyukur. Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh selama saya mondok disini. Banyak juga nilai-nilai kehidupan, pesan-pesan yang diberikan oleh Ibunda Nur Ngazizah ; Pengasuh Pesma UMP Wisma Rahayu ini. Diantara pesan-pesan beliau adalah kita harus sholat tepat waktu, meluruskan niat, dan melakukan segala aktivitas semata-mata untuk menggapai ridha Allah SWT. Terlebih lagi yang menjadi cambuk bagi diri saya adalah bahwa kita harus selalu disiplin, mampu memanajemen waktu sehingga dan tidak melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat. Pesan-pesan inilah yang terus menjadi alarm pengingat ketika semangat mulai mengendur. Karena lelah itu wajar, yang tidak wajar adalah setelah lelah lalu menyerah.
Selain mengkaji ilmu dan hafalan Al-Qur’an, masih banyak kegiatan yang tujuannya untuk meningkatkan softskill para santri. Pengalaman saya di Pesma UMP pun demikian, sehingga tentulah momok bahwa “tinggal di pesantren membosankan” adalah statement yang tidak saya jumpai disini. Sebaliknya, dari segi keilmuan, kesederhanaan hidup, keterampilan diri, sikap disiplin, manajemen waktu, kerjasama dan kemampuan komunikasi menjadi lebih terasah.
Mengapa kemudian saya letakkan keilmuan dalam item pertama yang saya peroleh? sebagaimana motivasi saya untuk terus menimba ilmu adalah dalam Q.S Al-Mujadalah/58:11
“Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (Surah al-Mujadalah/58: 11)
Tidaklah mudah melalui hari-hari pertama mondok, menyakitkan ketika pikiran menghadirkan siluet wajah orang tua yang sayu penuh kelembutan dan kasih sayang. Saya katakan ini syndrome merindukan orang tua, umum sekali dirasakan oleh santri baru. Selanjutnya bagaimana menyesuaikan segala aktivitas pondok yang sangat berbeda dengan kebiasaan dirumah, membagi waktu, mandiri, lelah dengan tugas kuliah namun juga harus mengejar target hafalan Al-Qur’an.
Namun, saat harus melihat orang tua yang semakin renta, ayah yang sembari menahan rasa sakitnya dengan penuh semangat ingin melihat putri tercintanya berdiri penuh kebanggaan mengenakan baju wisuda, meskipun dirinya sendiri bahkan sudah tidak dapat berdiri sekokoh dahulu saat menggendong putri kecilnya yang sekarang telah menjadi sosok gadis yang sedang mempertaruhkan waktunya, pikirnya, hidupnya untuk sebuah hal yang selalu sang ayah katakan “sisa usia”. Getir, kenyataan tidaklah semudah yang dibayangkan, tapi pada akhirnya gadis itu harus tetap mencurahkan keluhannya hanya di sepertiga malamnya, tidak semua cerita perlu diperdengarkan kepada telinga-telinga orang tercinta. Setidaknya dari senyuman merekalah terdapat untaian motivasi untuk setiap langkah kaki.
Disitulah kemudian saya katakan “Mondok itu keren”. Kenapa? Karena mondok adalah salah satu wahana bagi seorang remaja menemukan jati dirinya, menempa mental dan pola pikir juga mendewasakan diri melalui pembiasaan menuju manusia berakhlakul karimah dan unggul dalam berbagai bidang. Unggul ilmu dunia, Unggul ilmu akhirat. Keren bukan?
Mondok semasa kuliah, apakah sulit? Jawabannya hadir setelah saya menjalani kehidupan disini. Jauh dari kata sulit, justru saya merasa dipermudah. Bagaimana tidak, pengajaran yang belum tentu diajarkan di perkuliahan saya dapatkan disini, Relasi yang lebih luas, Ibadah yang lebih terkontrol, pola makan, dan manajemen keuangan yang lebih hemat jika dibandingkan untuk ngekos.
Menyandang status sebagai santri adalah sesuatu yang membanggakan. Menjadi santri yang trendy? kenapa tidak?
Media sosial sebagai media sharing kegiatan dan rutinitas santri dengan trend penampilan berpakaian yang syar’I, sekarang sudah mulai dilirik dan mampu bersaing dengan trend yang cenderung negatif namun banyak diikuti oleh generasi muda, khususnya generasi islam. Padahal sesungguhnya menjadi santri jauh lebih trendy, penampilannya kekinian dan syar’i, pengetahuannya luas, agamanya bagus, di media sosial pun banyak platform yang menyajikan quotes santri, daily activity, atau vlog yang tentunya sesuai dengan syari’at islam. So, kalau masih ada pemikiran “santri itu kuno”, that’s wrong sobat, mungkin pemikiran tersebut yang kuno dan perlu modernisasi islami.
Mondok itu Keren, jadi Santri itu Trendy. Yuk mondok! dan jadi bagian dari santri-santri milenial yang trendy sebagai motor penggerak bangsa
Masih Galau? Sudahi galaumu, mari mondok bersamaku!
“Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan”, Hari Santri Nasional 22 Oktober 2022
Niken M.A, Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo, Santri Pesma Universitas Muhammadiyah Purworejo