YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pelayanan Sosial PWM DIY bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Industri membangun aplikasi Sistem Informasi Layanan Anak Yatim Muhammadiyah (SILAYAM). Setelah 1 tahun proses pembuatan dan pengembangan, dimulai November 2021, aplikasi berbasis web itu disosialisasikan dan diujicoba secara terbatas oleh Relawan Sosial Muhammadiyah D.I Yogyakarta, di Gedung Laboratorium Terpadu UAD Kampus 4 (21/10).
Silayam adalah hasil evaluasi dan peningkatan dari metode pendataan serta assesmen anak yatim piatu baru dalam masa Covid-19 yang dilakukan pada periode Juli 2021 hingga Juli 2022, di mana pada saat itu masih menggunakan media google form.
Abdul Ghafar menyampaikan dalam sambutannya bahwa umat islam indonesia masih sangat lemah dalam hal kepemilikan data base. Padahal keberadaannya tersebut sangatlah penting sebagai dasar pelaksanaan berbagai macam program untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat. Lebih-lebih apabila keberadaan data data base tersebut ditunjang dengan komponen-komponen yang berjalan dengan baik sehingga menjadi sistem yang utuh.
“Media elektronik yang di situ memuat penghimpunan data sekaligus mekanisme penyampaian informasi. Sehingga dengan begitu mudah diakses oleh masyarakat (dalam melakukan pendataan) yang membutuhkan secara cepat, akurat dan akuntabel” papar ketua PWM DIY tersebut.
Evaluasi dan peningkatan juga berarti perbaikan, kemudahan, dan berkemajuan. Sehingga aplikasi ini dapat dengan mudah diakses dan digunakan oleh siapa saja, serta menghasilkan data yang benar dan informasi yang akurat. Baik itu oleh masyarakat dalam melakukan pendataan awal anak yatim piatu, ataupun oleh Relawan Sosial Muhammadiyah yang melakukan validasi dan assesmen kebutuhan mendesak anak dan kondisi anak lainnya melaui home visiting sebagai tindak lanjut pendataan oleh masyarakat.
Ridwan Furqani ketua Majelis Pelayanan Sosial PWM DIY menyampaikan bahwa tema menyantuni anak yatim sebagaimana tersebut dalam surat al-Ma’un menjadi tema paling awal bagi persyarikatan Muhammadiyah, bukan tema baru. Sudah banyak santunan anak yatim, hampir di setiap ranting ‘Aisyiyah-Muhammadiyah telah ada program santunan anak yatim, terutama ketika bulan Ramadhan dan Idul Adha.
Dalam sesi pengantar menuju Silayam, Ridwan berharap santunan kepada anak yatim di luar panti tidak hanya sekedar santunan konsumtif yang habis pada saat itu saja, namun dapat diikuti pengasuhan pada aspek lainnya. Diantaranya melalui follow up sosialisasi dan pelatihan Silayam di tiap daerah berupa berdirinya Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) di tingkat cabang.
“Anak itu butuh dilindungi, dibimbing, diberi kasih sayang yang cukup. Kalau dia stres ya ada orang dewasa yang mendampingi sampai menyembuhkan stresnya. Itulah pengasuhan. Kita ingin Muhammadiyah dalam menangani anak yatim tidak sekedar sembako, tetapi multi aspek. Baik aspek psikologisnya, aspek sosialnya, termasuk aspek ekonominya. Fisiknya sehat, mentalnya sehat, dan tumbuh menjadi orang dewasa sempurna yang tidak memiliki luka-luka pengasuhan”
Hingga September 2022 kegiatan pendataan dan pelayanan terhadap anak yatim piatu baru dalam masa Covid-19 di DIY ini telah menyalurkan santunan dari donatur berupa 1000 lebih paket bantuan sembako, dan 120 bantuan paket bantuan sesuai assesmen. Meliputi sepeda untuk sekolah, seragam sekolah, sepatu, tas, orang tua asuh bidang pendidikan, kaca mata minus, hingga pengobatan ke rumah sakit, dsb. (Ilham)