Akhlak Mulia Penyebab Masuk Surga, Akhlak Buruk Penyebab Masuk Neraka

Akhlak Mulia Penyebab Masuk Surga, Akhlak Buruk Penyebab Masuk Neraka

BANDA ACEH, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan umat Islam mengenai kewajiban dan pentingnya berakhlak yang mulia.

“Di antara permasalahan umat Islam saat ini adalah krisis akhlak atau kemerosatan akhlak yang menimpa banyak umat Islam khususnya kalangan muda baik pelajar, mahasiswa maupun bukan. Berbagai maksiat dilakukan tanpa malu baik secara terang-terangan maupun diam-diam.”

“Para pemimpin yang zhalim dan pendusta, para pejabat yang melakukan korupsi dan suap, sampai orang yang mengfitnah, menghina, mencaci maki, mencuri, mencaci, menyakiti dan menyesatkan saudaranya muslim tanpa ada dalil yang qatth’i atau shahih, mencuri, berdusta, berzina, minum minuman keras, merokok, konsumsi dan bisnis narkoba, berjudi, dan sebagainya. Inilah di antara akhlak buruk yang diharamkan dalam Islam.”

“Krisis akhlak ini lebih banyak menimpa para remaja dan anak muda baik pelajar dan mahasiswa seperti tidak menghormati orang tua dan guru/dosen, menyakiti perasaan orang tua dan guru/dosen, tidak patuh orang tua dan guru/dosen, buat keributan atau masalah di rumah dan sekolah/kampus, merokok, berkata kasar atau kotor, tawuran, pacaran, mabuk-mabukan, pergaulan bebas, mengkomsumsi narkoba, dan sebagainya.”

“Mohon maaf kepada para perokok. Menurut saya, para perokok tidak berakhlak mulia. Mereka berperilaku buruk. Karena, mereka telah membahayakan kesehatan dirinya dan bahkan orang lain. Selain itu, bersikap mubazir, egois, tidak menghormati orang lain yang tidak merokok, dan sebagainya. Semua ini adalah perilaku buruk perokok yang diharamkan dalam Islam. Terlebih lagi, para ulama sedunia mengharamkan rokok karena berbagai kemudharatannya ini.”

“Padahal Al-Qur’an dan As-Sunnah memerintahkan kita umat Islam untuk berkhlak yang baik seperti berkata yang benar atau jujur, amanah, menepati janji, memuliakan tamu, membantu orang tua, membantu orang yang membutuhkan bantuan, dan melakukan kebaikan lainnya.”

“Sebaliknya , Al-Qur’an dam As-Sunnah melarang melakukan akhlak buruk seperti perbuatan zhalim, menyakiti perasaan orang tua, menghina, mencaci, menghina, ghibah (mengumpat), su’u zhan (berburuk sangka), pacaran, zina, minum minuman keras, melakukan kemudharatan untuk diri sendiri maupun orang lain, dan sebagainya. Semua perbuaran ini diharamkan dalam Islam dan dianggap sebagai maksiat.”

Nasehat ini disampaikan oleh Ustaz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA dalam ceramah ba’da Zhuhur di Masjid Fathun Qarib UIN Ar-Raniry Banda Aceh, pada hari Rabu (19/10/2022). Ceramah ini dihadiri oleh para dosen, pegawai, dan mahasiswa UIN Ar-Raniry serta para jama’ah lainnya dari luar UIN Ar-Raniry. Ceramah ini berlangsung lebih kurang 20 menit dengan mengangkat topik “Kewajiban dan Pentingnya Akhlak Mulia.”

Selanjutnya ustaz Yusran yang juga Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM) menegaskan bahwa Nabi ‘alaihi wa sallam adalah figur teladan bagi umat Islam bahkan manusia semua.

“Rasulullah shallahu ‘alaihi adalah sosok teladan yang paling agung. Beliau memiliki akhlak yang sangat mulia. Beliau seorang pemimpin yang adil, amanah dan jujur. Beliau seorang suami yang penyayang dan berlemah lembut terhadap istri dan anak beliau serta cucunya. Beliau juga seorang penyayang dan berlemah lembut terhadap orang lain. Beliau seorang yang sabar, suka menolong, tawadhu’, dan taat dalam menjalankan syariat Islam.”

“Allah ta’ala telah memerintahkan umat Islam untuk menjadikan Rasulullah shallahu ‘alaihi sebagai figur teladan dalam segala hal, khususnya akhlak dan ibadah beliau. Allah ta’ala berfirman, “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (Al-Ahzab: 21). Ini kalimat kabar yang bermakna perintah.”

“Kita diperintahkan untuk mengikuti sunnah (petunjuk) Rasul shallahu’alai wa salam khususnya dalam aqidah dan ibadah. Allah berfirman, “Apa yang diberikan oleh Rasul maka ambillah (kerjakanlah) dan apa yang dilarang olehnya daripadanya maka tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7). Oleh karena itu, kita dilarang menambah atau mengurangi aqidah dan ibadah yang telah diajarkan oleh Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini diharamkan dalam Islam,” ujar ustaz Yusran

Ustaz Yusran yang juga Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh menegaskan bahwa berakhlak yang mulia itu merupakan ciri orang yang bertakwa.

“Berakhlak mulia merupakan ciri orang yang bertakwa. Orang bertakwa adalah orang yang menta’ati segala perintah Allah ta’ala dan meninggalkan segala larangan-Nya. Orang yang bertakwa akan diberi balasan berupa surga di akhirat nanti.”

“Adapun orang yang berakhlak buruk maka ia telah melakukan maksiat kepada Allah ta’ala karena tidak ta’at perintah-Nya untuk berakhlak mulia. Berarti dia telah melakukan perbuatan maksiat yang diharamkan-Nya. Orang yang berbuat maksiat akan diberi balasan berupa azab di akhirat nanti.

“Jadi, akhlak yang mulia penyebab masuk surga, sebaliknya akhlak yang buruk penyebab masuk neraka. Inilah pentingnya akhlak yang mulia ditambah dengan berbagai keutamaan lainnya dan bahaya akhlak yang buruk,” ujarnya.

Ustaz Yusran yang juga Wakil Ketua Majelis Pakar Parmusi Provinsi Aceh menjelaskan keutamaan berakhlak mulia.

“Banyak keutamaan diberikan kepada orang yang berakhlak yang mulia. Di antaranya,: Pertama; Mukmin yang paling baik. Rasululllah shallahu ‘alai wasallam bersabda, “Mukmin yang sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” (HR. Abu Daud).”

“Kedua; Akhlak yang baik adalah kebaikan. Dari Nawwas bin Sam’an seseorang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alahi wa salam tentang kebajikan dan dosa, beliau shallallahu ‘alaihi wa salam menjawab: “Kebajikan adalah akhlak yang baik dan dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam jiwamu dan kau tidak mau orang-orang mengetahuinya.” (HR. At-Tirmidzi).”

“Ketiga; Manusia paling baik.
Rasululllah shallahu ‘alai wasallam bersabda, “Sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya.” (HR. Bukhari).”

“Keempat; Seberat-berat timbangan pada hari Kiamat. Rasululllah shallahu ‘alai wasallam bersabda, “Barangsiapa diberikan kepadanya bagian dari kelembutan, berarti telah diberikan kepadanya bagian dari kabaikan, dan tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan (pada hari Kiamat) daripada akhlak yang baik.” (HR. Ahmad).”

“Kelima: Paling dicintai dan dekat derajatnya dengan Nabi shalllahu’ alaihi wa salam pada hari Kiamat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Orang yang paling saya cintai dan yang paling dekat denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling saya benci dan paling jauh denganku (kelak di akhirat) adalah orang yang paling buruk akhlaknya. Yaitu mereka yang banyak berbicara dan suka mencemooh manusia dengan kata-katanya.” (HR. Ahmad).”

“Keenam; pemilik akhlak yang mulia mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat malam. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya dengan akhlak yang baik, seseorang akan mendapatkan derajat orang yang berpuasa di siang hari dan shalat di malam harinya.” (HR. Ahmad),” jelasnya.

Di akhir ceramahnya, ustaz Yusran yang juga anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara mengajak umat Islam untuk senantiasa berakhlak yang mulia.

“Sebagai penutup ceramah, mari kita senantiasa berakhllak mulia dalam kehidupan sehari-hari kita. Seorang politkus wajib berakhlak mulia. Seorang ekonom wajib berakhlak mulia. Seorang pedagang wajib berkhlak mulia. Seorang pelajar/mahasiswa wajib berakhlak mulia. Seorang guru/dosen wajib berakhlak mulia. Seorang ustaz/ulama wajib berakhlak yang mulia. Dan sebagainya.

“Mengingat kewajiban dan keutamaan akhlak yang mulia, maka sudah sepatutnya kita senantiasa berakhlak yang mulia kehidupan sehari-hari. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertakwa sehingga dimasukkan ke dalam surga Allah ta’ala.,” pungkas Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh Fakultas Syari’ah UIN Ar-Raniry ini. (Riz)

Exit mobile version