KEBUMEN, Suara Muhammadiyah – Muhammadiyah telah berkiprah secara eksplisit untuk menebar kemaslahatan bagi sesama umat. Sesuai dengan tema Muktamar tahun ini, “Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta,” Muhammadiyah dari tingkat pusat hingga ranting telah unjuk gigi tampil di panggung kehidupan sebagai salah satu manifestasi dari gerakan Islam dalam bingkai amaliah nyata. Hal itu tampak di seluruh penjuru negeri, lebih-lebih di Wilayah Kebumen, Jawa Tengah.
“Saya bangga, bangga karena hari ini saya bisa datang ke sebuah daerah yang punya empat rumah sakit, satu universitas, dan beberapa sekolah. Ini merupakan satu bukti dari apa yang menjadi tema Muktamar. Tidak perlu dicarikan teorinya terlalu banyak, tetapi Kebumen menjadi contoh bukti nyata dari kehadiran Muhammadiyah untuk memajukan bangsa dan mencerahkan semesta.” Ucap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr KH Haedar Nashir, MSi saat menghadiri Tabligh Akbar di Halaman Pendopo Kebumen, Kompleks Rumah Dinas Bupati, Ahad (23/10).
Tidak hanya disitu saja, Muhammadiyah juga mendirikan banyak Perguruan Tinggi (PT), pelayanan Kesehatan, sampai sekolah tingkat dasar hingga taman kanak-kanak yang didirikan oleh Aisyiyah pun tidak ketinggalan menjadi gerakan amal nyata yang diwujudkan oleh Muhammadiyah dan Aisyiyah hingga ke penjuru Indonesia. Lebih-lebih pada Kawasan Indonesia bagian timur, yang secara mayoritas nonmuslim, Muhammadiyah tetap hadir untuk umat dalam demi memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.
“Kami juga meresmikan sumber mata air di Kabupaten Timor Tengah Selatan. Betapa air susah di kawasan itu, dan tanahnya berbatu-batu. Ini merupakan gerakan amal nyata untuk memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta, tanpa sekat agama, suku, dan warna kulit,” terangnya.
Alasan Muhammadiyah berkiprah tersebut karena Muhammadiyah sebagai gerakan Islam (al-harakah al-islamiyyah). Di mana Islam yang dipahami yakni mengajarkan umatnya untuk maju dan berkemajuan. Di sini, Muhammadiyah dalam menjalankan kiprahnya sekaligus dalam merespons perkembangan zaman niscaya telah berlandaskan pada basis agama Islam yang bersumber primer dari Al-Quran dan As-Sunnah.
Umat Islam menurutnya harus bisa mengisi kehidupan di dunia ini dengan aksi-aksi kebaikan yang melintasi. Bersamaan dengan itu, juga harus mampu mengelola kehidupan di muka bumi dengan baik dan bijaksana. Tujuannya agar tidak terjadi kerusakan sebagai biang kerok dari lahirnya bencana alam.
“Islam bukan hanya dalam Al-Quran, tetapi juga di dalam Sunnah jejak hidup Nabi dan perjuangan Nabi. Selama 23 tahun Nabi mengubah masyarakat Arab yang Jahiliyah menjadi al-madinah al-munawarah. Dulu kota kecil namanya Yastrib berubah menjadi Madinah (kota peradaban). Dan tidak sekadar peradaban, tapi peradaban yang mencerahkan dan juga tercerahkan,” tuturnya. (Cris)