BANYUMAS, Suara Muhammadiyah – Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Banyumas, Jawa Tengah kembangkan produksi kain tenun berbahan Sutera Attakas di Kabupaten Banyumas.
Pengembangan itu dilakukan dalam program matching fund 2022 yang bertajuk ‘Strategi Pengembangan Agrobisnis dan Produksi Kain Tenun Berbahan Sutera Attakas (Attacus Atlas) di Kabupaten Banyumas UMP dengan Pengrajin budidaya sutera Attakas di Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Kabupaten Banyumas, Sabtu, (15/10/22) lalu.
Acara dihadiri Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi dan Sumber Daya Manusia Dr Ir Anwar Ma’ruf ST MT, Sekertaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Dr Agus Mulyadi Purnawanto, SP MP, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Endang Puji Untari SH MHum, Ketua Tim Program Matching Fund Juli Rochmijati Wuliandari PhD, dan Kepala Desa Tanggeran Rawan.
Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi dan Sumber Daya Manusia Dr Ir Anwar Ma’ruf ST MT mengatakan program matching fund ini bertujuan mendorong perekonomian masyarakat serta membuka lapangan pekerjaan, oleh karena itu perlunya dorongan penuh dari perguruan tinggi, masyarakat desa serta pemerintah Kabupaten Banyumas.
“Melalui pelatihan dan peralatan yang sedemikian rupa telah disediakan, harapannya mampu memberikan pemahaman dan ilmu dalam budidaya serta pengolahan ulat liar attakas dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat setempat. Oleh karena itu, dukungan penuh akan terus diberikan baik dari pihak universitas, masyarakat desa serta pemerintah Kabupaten Banyumas”, katanya Senin, (24/10/22).
Dijelaskan, program tersebut merupakan salah satu solusi dalam mendorong dan membantu UMKM yang ada di Banyumas khususnya Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede dalam usaha budidaya ulat liar attakas.
Kedepan ulat liar tersebut diolah menjadi benang dalam proses pemintalan serta dilakukan proses menenun untuk menghasilkan produk-produk bernilai jual tinggi.
Lebih lanjut Anwar juga menjelaskan pendanaan yang diberikan merupakan bentuk pemberdayaan dan kolaborasi yang harus dilaksanakan sampai tuntas.
“UMP sudah mulai melakukan pembibitan dan budidaya di Kebun penelitian FKIP-UMP. Sedangkan pemilihan Desa Tanggeran sebagai lokasi percontohan budidaya dengan perkebunan mahoni sebagai pakan berkualitas yang diminati ulat sutra attakas dapat terus menjadikan kolaborasi ini dapat dilaksanakan sampai tuntas hingga menghasilkan produk-produk yang bernilai ekonomi tinggi dan siap dipasarkan ,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Perindustrian Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyumas Endang Puji Untari SH MHum mengatakan pola budidaya dan pengolahan yang perlu ketelatenan tinggi ini mendorong pihak Pemerintah Kabupaten Banyumas turut memberikan dorongan penuh, khususnya masalah pendistribusian produk.
“Industri tenun merupakan komiditi yang memiliki nilai jual tinggi dengan seni dan budaya yang khas. Budidaya ulat liar attakas diharapkan mampu mendorong perekonomian masyarakat dan bersaing di dunia perdagangan dalam hal ini pemerintah Banyumas akan membantu dalam proses pemasarannya mengingat permintaan produk yang tinggi dengan jumlah bahan yang tersedia sangat terbatas akan menjadi nilai plus tersendiri,” ungkapnya.
Menurutnya, saat ini pemerintah Kabupaten Banyumas sudah melakukan pelatihan pemintalan benang kepada 25 UKM dan juga melakukan pelatihan menenun kepada 200 UKM dengan harapan dapat terus menghasilkan produk-produk unggulan yang memiliki nilai jual tinggi.
“Kegiatan ini dilakukan untuk membantu perekonomian masyarakat serta mewujudkan masyarakat yang berkompetensi tinggi dalam memanfaatkan SDA (Sumber Daya Alam) yang ada,” jelasnya.
Menurut ketua tim Program Matching Fund sekaligus Kaprodi Pendidikan Biologi UMP Juli Rochmijati Wuliandari PhD, Program ini ditujukan untuk memulai kolaborasi antara Perguruan Tinggi dengan dunia usaha sutera Attakas, meningkatkan kompetensi pendidik dan mahasiswa, serta Menyediaan instruktur untuk alih pengetahuan/teknologi.
Program juga memberikan intervensi di area masyarakat pengrajin kain tenun yg menghadapi masalah kelangkaan bahan baku dan bersifat inisiatif percontohan yang menunjukkan, melatih, dan menyebarluaskan teknologi dan memberikan model kewirausahaan dan pengembangan sektor yang mudah direplikasi.
Keunggulan dari program ini adalah dapat menjadi fasilitas pembelajaran untuk meningkatkan keselarasan pengajaran dan pelatihan budidaya sutera-liar antara mahasiswa, usahawan muda, maupun masyarakat dengan kebutuhan pengrajin tenun dan industri persuteraan.
Selain itu mempunyai arti penting guna meningkatkan pemahaman tentang pentingnya budidaya ulat sutera Attakas, konservasi dan bagi masyarakat pedesaan berpotensi sebagai alternatif pemulihan ekonomi kerakyatan yang terpuruk akibat krisis covid-19.
Untuk menjaga keberlanjutan program yang telah dilakukan perlu inisiatif membangun fasilitas produksi skala kecil atau media pengantar kompetensi dalam pelaksanaan teaching-factory di tahun berikutnya yang memungkinkan pengujian produk dan juga fasilitas pelatihan dan pembelajaran bagi insan PT maupun Dudi yang berguna untuk mengembangkan ketrampilan (skill), menyebarluaskan pengetahuan (knowledge), memberikan model kewirausahaan sektor budi daya sutera Attakas sebagai solusi masalah bahan baku di kalangan industri/ mitra (bii/tgr)