Refleksi Muktamar ke-48: Pendidikan ala Muhammadiyah
Oleh: Isthifa Kemal
Peta sejarah perkembangan pendidikan Islam di Indonesia, di masa pra kemerdekaan sampai masa kini, tidak terlepas dari peran penting yang dimainkan organisasi Islam di Indonesia. Bermula di tahun 1900-an, organisasi Islam mulai bermunculan dan memiliki komitmen terhadap kemajuan pendidikan. Organisasi Islam yang pertama muncul adalah Jami’at Khair (Al-Jam’iyat Al-Khairiyah) yang didirikan tahun 1905, muncul organisasi besar seperti Muhammadiyah pada 18 November 1912, Persatuan Islam (Persis) pada 17 September 1923, dan Nahdlatul Ulama pada 31 Januari 1926.
Muhammadiyah lahir di tengah-tengah masyarakat untuk mengadakan reformasi atau gerakan baru yang membawa nilai kebenaran, kedamaian dan keadilan, khususnya di bidang pendidikan Islam. Kiai Dahlan menyakini sepenuhnya bahwa pendidikan merupakan segi yang harus diutamakan dan perlu dikembangkan. Kiai Dahlan juga menyakini bahwa pendidikan yang baik akan membangun tatanan baru ke arah peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di bidang agama, sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Sebagai organisasi pembaharu, konsep pendidikan yang ditawarkan Muhammadiyah tentu saja banyak bersentuhan dengan pembaruan dalam pendidikan, khususnya pendidikan Islam di Indonesia. Pembaruan itu terutama pengembangan pendidikan Islam dengan pendekatan modern. Ini dilatarbelakangi rujukan konsep pendidikannya pada tokoh pembaharu di Mesir yaitu Rasyid Ridla, sehingga memungkinkan Muhammadiyah melakukan pembaharuan.
Konsep pendidikan Muhammadiyah telah membawa perubahan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam yang semula pesantren menjadi sekolah. Muhammadiyah tidak ingin adanya dikotomi dalam dunia pendidikan, sehigga akan lahir manusia yang utuh, yakni manusia yang menguasai ilmu agama dan umum. Muhammadiyah menganggap, pola pendidikan ini tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya.
Perkembangan selanjutnya dari Muhammadiyah dapat dilihat dari perkembangan amal usaha pendidikan yang dikelola Muhammadiyah. Bidang pendidikan di Muhammadiyah dikelola oleh Majelis Dikdasmen dan Dikti Muhammadiyah, serta bagian dikdasmen dan diktin Aisyiyah. Pendidikan yang dikelola oleh Muhammadiyah mulai dari PAUD, Play Group, TK Aisyiyah Bustanul Atfhal (TK ABA), SD, SMP/Mts, SMA/sederajat, pondok pesantren, madrasah diniyah dan perguruan tinggi.
Tujuan pendidikan Muhammadiyah di awal berdirinya adalah Dadiyo kyai sing kemajuan, lan ojo kesel-kesel anggonmu nyambut gawe kanggo Muhammadijah (Jadilah ulama modern dan jangan merasa Lelah bekerja untuk Muhammadiyah). Tujuan pendidikan Muhammadiyah tersebut oleh Khozin dalam bukunya Jejak-Jejak Pendidakan Islam di Indonesia, dimaknai sebagai muslim yang mempunyai keseimbangan atau keterpaduan antara iman dan ilimu, ilmu umum dan ilmu agama, kekuatan jasmani dan ruhani.
Model yang ditawarkan Muhammadiyah sesuai dengan harapan masyarakat, dimana kehadiran Muhammadiyah dianggap sebagai pelopor pembaharu pendidikan Islam di Indonesia. Tanpa adanya sekolah-sekolah Muhammadiyah, sulit dibayangkan munculnya golongan menengah muslim terpelajar yang siap menghadapi kehidupan modern. Kehadiran sekolah-sekolah Muhammadiyah memiliki arti penting dan strategis dalam mengawal umat Islam memasuki Indonesia modern. Model pendidikan Muhammadiyah ini kemudian diadopsi oleh pemerintah dan swasta dalam mengembangkan pendidikan modern di Indonesia.
ISMUBA dan AIK dalam Pendidikan Muhammadiyah
ISMUBA adalah singkatan dari al-Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab, sedangan AIK adalah al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Hal ini menggambarkan bahwa wawasan pendidikan Muhammadiyah terdiri dari keislaman, kemuhammadiyahan, kebangsaan, keutuhan dan keunggulan. Wawasan ini tentunya menjadi satu kesatuan integral yang dikembangkan di setiap lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Mata pelajaran Islam yang hanya ada di sekolah Muhammadiyah adalah mata pelajaran Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Mata pelajaran ini bukan hanya seputar wawasan keislaman dengan landasan tauhid yang kuat, tapi juga pengetahuan praktis, mulai mebaca Al-Quran, hingga praktik ibadah harian seorang muslim.
Pendidikan AIK ini menjadi ruh pendidikan Muhammadiyah. Pendidikan AIK diarahkan pada pengenalan, pemahaman dan penghayatan serta pengamalan ajaran Islam yang menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah. AIK merupakan buah manis dari pemikiran pembaharuan pendidikan di Muhammadiyah.
Etos pembaharuan pendidikan Muhammadiyah berdasarkan pada prinsip ajaran Islam. M. Ali (2010) menjelaskan bahwa arah pengembangan pendidikan Muhammadiyah memiliki dua jurusan, yaitu pengembangan fondasional-konseptual dan pengembangan praksis pendidikan yang dilakukan oleh praktisi di lapangan. Maka arah revitalisasi pendidikan Muhammadiyah juga mencakupi dua hal itu. Konseptual sebagia fondaasi dan pengembangan praktis sebagai implementasi dan penguatan AIK pada perguruan Muhammadiyah.
Pendidikan Muhammadiyah diarahkan menjadi pendidikan yang menghidupkan. Pendidikan yang dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi umat manusia. AIK dalam pendidikan Muhammadiyah diharapkan mampu menjadikan pendidikan Muhammadiyah yang menghidupkan kehidupan bangsa.
Merdeka Belajar Muhammadiyah
Pendidikan sejatinya kebebasan. Sejatinya pendidikan sudah mengandung makna pembebasan. Sedangkan merdeka itu kata sifat, dan pembebasan itu lebih kepada gerakan. Pendidikan menjadi proses pembebasan pada beragam aspek kehidupan. Dengan pendidikan, akan membuka wawasan dan penerimaan terhadap hal-hal baru yang kemudian dapat menjadikan pikiran semakin berkembang dan progresif.
Pendidikan Muhammadiyah dalam meyongsong kurikulum haruslah dinamis, tidak boleh statis. Sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah harus berani melakukan rekayasa kurikulum. Pengembangan kurikulum pendidikan ini nantinya bisa membawa sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah bisa masuk dalam pelaksanaan di lapangan dunia industri.
Kurikulum merdeka yang digaungkan pemerintah adalah kurikulum dengan pembelajaran intrakulikuler yang beragam dimana konten akan lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi. Keputusan mengenai kurikulum merdeka ini tertuang dalam Kepmendikbudristek No 56 Tahun 2022 pedoman penerapan kurikukum dalam rangka pemulihan pembelajaran (kurikulum merdeka). Kurikulum merdeka belajar disebut sebagai kurikulum yang mampu menjawab atas problematika learning loss di masa pandemi.
Perbedaan pendapat dalam perubahan kurikulum merupakan hal biasa, hal ini terjadi pada perubahan kurikulum pada masa sebelumnya. Berdasarkan pengalaman masa lalu, pemerintah akan tetap pada pendiriannya untuk melaksanakan kurikulum baru dengan kebijakannya, sebagai upaya secara bertahap meningkatkan kualitas pendidikan nasional.
Dalam menyikapi perubahan kurikulum, pendidikan Muhammadiyah harus tegas dan berani untuk menyampaikan pendapatnya, bahwa Muhammadiyah sudah mempunyai kurikulum sendiri dengan ciri khas tertentu.
Pendidikan sekolah-sekolah Muhammadiyah bukan hanya mencetak pekerja, tapi lebih dari itu, mencetak kader bangsa dan umat Islam. Dari sisi kurikulum, sekolah Muhammadiyah memadukan pengetahuan umum dan pengetahuan agama secara holistik dan integratif.
Selain itu, aspek kogntif siswa di sekolah Muhammadiyah diasah dengan pendekatan High Order Thinking Skills (HOTS). Aspek kognitif dan psikomotorik siswa Muhammadiyah juga dikembangkan melalui kegiatan diluar kelas. Aspek ini dikembangkan melalui Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Tapak Suci, Hizbul Wathan, dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah.
Dari sini terlihat, bahwa sekolah-sekolah Muhammadiyah sudah menjalani merdeka belajar pada sistem pembelajarannya. Dimana pendidikan Muhammadiyah dibangun dan diimplementasikan secara holistik. Itulah yang kemudian disebut sebagai merdeka belajar.
Dengan karakter pendidikan Muhammadiyah yang holistik, diartikan bahwa pendidikan Muhammadiyah memiliki integritas dengan sekolah, keluarga dan masyarakat yang saling mendukung. Konsep pendidikan holistik menjadai penting bagi Muhammadiyah, karena jalannya pendidikan sekarang ini cendurung parsial dan pragmatis.
Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah dalam Rakornas Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian dan Pengembangan PP Muhammadiyah pada Jumat (18/10/2022) mengatakan bahwa “pendidikan holistik mampu menjadi solusi tanpa mengesampingkan teknologi sebagai alat bantu kehidupan. Disinilah peran AIK, suatu pandangan pendidikan yang bukan hanya mempelajari nilai-nilai ke-Tuhanan (Teo) dan menegasikan peran manusia (Antro), melainkan keduanya dikesimbangkan tidak berlaku berlebihan (Ghuluw)”.
Karakter pendidikan Muhammadiyah merupakan karakter pendidikan Islam yang modern. Pendidikan Islam yang mengintegrasikan iman dan kemajuan. Iman sebagai suatu yang sakral yang lahir dari dimensi aqidah manusia dan sumber dasarnya adalah tauhid, dimana dijadikan sebagai sumber kekuatan ruhani yang paling dahsyat.
Kiranya momentum Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Kota Surakarta nantinya, Muhammadiyah mampu membuat kebijakan yang akan membawa perubahan dalam kehidupan umat dan bangsa, khususnya pendidikan. Diharapkan mampu menghasilkan kebijakan pendidikan ala Muhammadiyah di era disrupsi ini.
Isthifa Kemal, Penulis Dosen dan Sekretaris LPPM Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara