Mengajar dengan Berkisah
Mengambil Faedah dari Pendidikan Rasulullah ﷺ
Oleh: Tito Yuwono
Rasulullah ﷺ adalah teladan sepanjang zaman. Murrabi’nya para sahabat. Keimanan para sahabat yang tinggi, semangat ibadah yang menyala, akhlaq yang mulia serta semangat dalam berjihad/berjuang di jalan Allah Ta’ala. Inilah hasil didikan Sang Murrabi’ yang sempurna, Rasulullah ﷺ. Maka sebagai ummat Muslim sudah seharusnya dan sepantasnya menggali lebih dalam bagaimana Rasulullah ﷺ mengajar para sahabat beliau untuk diambil manfaat pengajaran hari ini dan masa depan.
Dalam mengajar, Beliau ﷺ sampaikan sesuai konteks. Kadang didahului dengan pertanyaan, terkadang dengan dialog, terkadang dengan memperagakan/demonstrasi dan terkadang pula dalam bentuk kisah.
Salah satu pengajaran beliau kepada para sahabat adalah disampaikan dalam bentuk kisah. Dalam hal berkisah ini, Allah Ta’ala sendiri yang mengajarkan beliau melalui firman-firman-Nya dalam Alquran. Dalam Alquran, Firman Allah Ta’ala juga banyak yang dalam bentuk kisah. Kisah para Nabi dan kisah umat-umat terdahulu, baik yang taat maupun yang ingkar.
Kemudian Allah Ta’ala jelaskan bahwa kisah-kisah tersebut menjadi pelajaran. Sebagaimana Firman Allah Ta’ala dalam surat Yusuf ayat 111.
لَقَدْ كَانَ فِى قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِن تَصْدِيقَ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَىْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Artinya: Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.
Allah Ta’ala juga menyuruh Rasulullah ﷺ untuk berkisah, sebagaimana dalam Al Quran surat ala’raf ayat 176 bagian akhir:
فَٱقْصُصِ ٱلْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.
Demikian juga, Rasulullah ﷺ banyak menyampaikan kisah kepada para sahabat, seperti kisah pengalaman beliau isra’mi’raj yang akan membuat kita berhati-hati terhadap kemaksiatan, kisah tiga orang tertutup batu dalam gua yang membuat kita meneladani keshalihan yang telah dilakukan, taubatnya pembunuh 100 orang yang berdampak tidak boleh putus asa dengan rahmat dan ampunan Allah, dan lain-lain. Dengan kisah-kisah yang disampaikan ini membuat lebih terkesan di hati, mudah diingat dan diambil pelajaran. Disamping itu kisah-kisah tersebut bisa menjadi bahan untuk dikisahkan kepada yang lain.
Kisah yang disampaikan Rasulullah ﷺ adalah kisah yang benar karena apa yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ pada hakekatnya adalah wahyu Allah Ta’ala. Sebagaimana dalam Quran surat Annajm ayat 3 dan 4.
وَمَا يَنطِقُ عَنِ ٱلْهَوَىٰٓ
Artinya: Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.
إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْىٌ يُوحَىٰ
Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).
Metode kisah yang dituntunkan oleh Allah Ta’ala dan Rasulnya ini sudah seharusnya dan sepantasnya kita teladani dalam pengajaran. Untuk dapat berkisah dengan baik, seorang pendidik harus sering-sering membaca dan menghafal kisah-kisah shahih baik dalam Alquran maupun Assunnah, juga kisah-kisah orang shalih lainnya seperti para sahabat tabi’in dan ulama serta pejuang Muslim. Kemudian berlatih menyampaikan kisah dengan baik sehingga enak di dengar, mudah dipahami, merasuk dalam hati serta termotivasi untuk meneladani.
Yang perlu diperhatikan bagi pendidik dalam berkisah adalah juga dihindari kisah-kisah fiksi yang penuh kebohongan, kisah-kisah tahayul dan khurofat yang akan mengakibatkan rusaknya jiwa generasi, serta kisah-kisah yang berbau maksiat yang pendengar generasi ikut melakukannya.
Penutup
Demikian, tulisan singkat berkaitan dengan mengajar dengan berkisah. Pengajaran dengan berkisah ini dituntuntukan Allah Ta’ala dalam Alquran dan juga Rasulullah ﷺ dalam Sunnah-sunnah beliau. Berkisah akan menambah keimanan dan penghayatan. Hendaknya seorang pendidik memberikan kisah yang benar, dari Alquran dan Assunnah Asshohihah, dan juga kisah-kisah nyata dari para orang shalih seperti sahabat maupun ulama dan pejuang Islam. Disamping itu kisah nyata yang menjadi keteladanan juga menjadi kisah yang menarik dan sangat bermanfaat.
Juga hendaknya para pendidik menghindari menyampaikan kisah-kisah yang fiksi dan mengandung kedustaan serta kisah-kisah yang menurunkan keimanan anak didik dan semakin menjauh dari agama.
Semoga Allah Ta’ala memberikan taufik, kemudahan dan kesuksesan para pendidik kita dalam mendidik generasi bangsa ini, menjadi generasi yang berkemajuan dan shalih.
Wallahu a’lam bishshowwab.
Nashrun minallahi wa fathun qarib
Tito Yuwono, Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, Sekretaris Majelis Dikdasmen PCM Ngaglik, Sleman, Ketua Joglo DakwahMu Almasykuri Yogyakarta