ISWARA, Ikatan Saudagar dan Wirausaha ‘Aisyiah Resmi Dilaunching

ISWARA, Ikatan Saudagar dan Wirausaha ‘Aisyiah Resmi Dilaunching

SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan Pimpinan Pusat ‘Aisyiah bekerjasama dengan Universitas ‘Aisyiah (UNISA) Yogyakarta, mengadakan Launching Ikatan Saudagar dan Wirausaha ‘Aisyiah (ISWARA) pada pagi hari (27/11) tadi.

Acara yang diselenggarakan di Hall 4 Prof. Siti Baroroh Baried Kampus Terpadu UNISA Yogyakarta ini, turut mengundang Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Drs Teten Masduki sebagai Keynote Speaker. Turut Hadir Ketua Umum PP ‘Aisyiyah Dr Siti Noordjannah Dhohantini, Ketua Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan (MEK) Dyah Suminar, Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti, serta para peserta peserta Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA).

Dyah mengungkapkan bahwa ‘Aisyiyah terus memberikan dukungan bagi pelaku usaha perempuan Aisyiyah dengan memaksimalkan peran ISWARA (Ikatan Saudagar dan Wirausaha ‘Aisyiyah) yang semula disebut  Ikatan Pengusaha Aisyiyah (IPAS).

Majelis Ekonomi dan Ketenagakerjaan telah melakukan upaya melalui berbagai program diantaranya Sekolah Wirausaha ‘Aisyiyah (SWA),Pengembangan Koperasi , Pendampingan PMI dan Pekerja Informal serta Gerakan Lumbung Hidup ‘Aisyiyah. Untuk meningkatkan jejaring para pelaku usaha yang tumbuh melalui BUEKA, SWA (Offline 39 titik dengan jumlah alumni 3092, Online 41 titik dengan jumlah alumni 3060), Koperasi (475), PMI dan GLHA (436 titik ).

ISWARA juga berfungsi membangun dan mengembangkan kerjasama atau kemitraan dengan berbagai pihak yang saling menguntungkan. Melalui ISWARA diharapkan akan terbentuk kader-kader ‘Aisyiyah yang siap melaksanakan misi ‘Aisyiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar.

Dalam memaparkan keynote speech nya, Teten Masduki mengungkap bahwa dirinya merasa sangat senang untuk datang pada acara ini. Hal ini dikarenakan, pemerintah saat ini tengah menyiapkan Indonesia sebagai salah satu negara maju, dimana salah satu elemen penting dari negara maju ialah dilihat dari para saudagar atau wirausahanya. Perlu diketahui, Indonesia saat ini  baru memiliki 3,74% wirausaha yang ada.

Selain itu, Teten juga menjelaskan bahwa Indonesia di prediksi oleh semua lembaga dunia, di 2045 akan menjadi 4 kekuatan ekonomi terbesar di dunia. Karena itu perlu adanya persiapan dari banyak pihak untuk menuju hal tersebut. Indonesia telah berhasil masuk ke 5 negara yang mampu mengatasi covid dan dampaknya. Maka tidak menutup kemugkinan bahwa kali Indonesia juga mampu mempersiapkan diri menjadi kekuatan ekonomi di dunia.

“Saya senang ada ide mengenai ISWARA tadi yang disampaikan sebelumnyakarena kita memang tidak bisa berjalan sendiri – sendiri. Untuk UMKM naik kelas terutama, harus kita konsolidasi dan agregasikan sehingga skala ekonominya dapat,” ungkapnya.

Pemerintah, menurut pemaparan Teten, telah menyiapkan beberapa kebijakan untuk mempersiapkan UMKM agar bisa naik kelas. Terlebih dalam menghadapi krisis ekonomi dunia, dirinya memperingatkan semua pihak untuk tetap waspada.

“97% lapangan kerja di indonesia disediakan oleh usaha mikro. Karena itu jangan disepelakan. Cuman kita sekarang ngga bisa terus terusan kecil. Jangan bertujuan sekedar uintuk memenuhi kebutuhan rumah tangga atau sebagai ekonomi subsitem. Namun juga mulai berbenah tentang bagaimana UMKM ini menjadi kekuatan nasional. Karena itu ayo kita duduk dan sama sama kita rancang,” ajaknya kepada seluruh hadirin.

Hari ini, UMKM Indonesia sudah masuk di era ekosistem digital. Bahkan di 2030, Indonesia di prediksi menjadi kekuatan ekonomi digital di asia tenggara dengan nilainya sekitar 5400 triliun rupiah. Teten menghimbau agar peluang ini jangan sampai dikuasai oleh orang luar.

Maka dari itu pemerintah sedang menyiapkan cara agar UMKM Indonesia hijrah menuju ke Ekosistem Digital, bukan hanya marketnya yang digital, namun juga prosesnya harus digitalisasi. Salah satu perbaikn yang dilakukan pemerintah ialah terkait dengan akses kepada pembiayaan.

“Nah sat ini dari 6.000 triliyun dana kredit perbankan untuk UMKM, baru 19,8% kredit perbankan itu dipakai oleh UMKM. Inilah yang sedang diusahakan,”paparnya.

Yang kedua selain mendorong kemudahan akses menggunakan pendekatan teknologi pemerintah juga membuat program KUR Klaster, dimana satu anggotanya bisa sampai 500 juta. Teten mencontohkan misalnya nanti ISWARA menginisiasi ada supermarket yang kebutuhan barangnya di suplay dari pelaku UMKM. Maka pelaku UMKM disitu sudah masuk kedalam klaster supermarket itu.

Selanjutnya pemerintah juga ingin semua UMKM tidak ada lagi yang informal atau harus memiliki badan hukum. Karena itu sekarang proses pengajuan badan hukum itu dipermudah.

“Tidak perlu semua punya PT, cukup nomor induk berusaha, dan sekarang mengurusnya juga sudah gampang. Bisa juga bikin PT perseorang, koperasi hanya 9 orang dsb. Dan harus diketahui kalo keuntungan dari usaha yang berbadan hukum, dia bisa melakukan kontrak kerja dengan semua pihak. Nanti kita akan integrasikan nomor induk usaha dengan sertifikasi halal lalu ijin edar BPOM,” ujar Teten.

Lalu untuk mendukung produk UMKM itu, Teten berkata bahwa ini terkait dengan belanja pemerintah. Pemerintah saat ini punya pengaturan bahwa 40% APBN harus membeli produk UMKM. Dan ini sudah dibuktikan dampaknya bagus karena bisa menciptakan lapangan kerja hampir 2 juta. (Arina/Riz)

Exit mobile version