Darul Arqam 3 Mu’allimin: Internalisasi Nilai Moderasi
YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebagai sekolah yang dikenal sebagai pencetak kader persyarikatan, Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta kembali mengadakan kegiatan pengkaderan yang bertajuk Darul Arqam 3. Proses pengkaderan yang dilakukan Mu’allimin merupakan pengkaderan yang berkesinambungan disetiap angkatannya.
Kegiatan Darul Arqam 3 di tahun pelajaran 2022/2023 diadakan pada Kamis-Jum’at (20-21/10) dan Kamis-Jum’at (27-28/10) di Aula Kampus Induk Mu’allimin.
Peserta Darul Arqam 3 pada kali ini yakni terdiri dari kader tingkat 4 Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah yang berjumlah lebih 250 kader.
Turut hadir sebagai pemateri secara offline yakni Erik Tauvani Somae SHI MH (Alumni Mu’allimin, Founder Anak Panah.Id), Velandani Prakoso SIP (Alumni Mu’allimin, Ketua PP IPM 2016-2018) dan Sidiq Oktaviano SPd (Alumni Mu’allimin, Kader Anak Panah Muhammadiyah) yang hadir secara virtual via zoom streaming.
Dalam sambutannya, Ust Zulkifli selaku Wadir 3 Mu’allimin menyampaikan bahwa peran kader lulusan Mu’allimin sampai saat ini masih dan akan terus berguna bagi persyarikatan dan masyarakat, hal ini dibuktikan dengan penghargaan yang diberikan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat Muhammadiyah kepada Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah pada Rabu, (19/10) di Universitas Muhammadiyah Malang. Madrasah Mu’allimin mendapatkan penghargaan lembaga yang berperan dan berpengaruh dalam perkaderan Muhammadiyah.
Dalam materi Keislaman dan Kemuhammadiyahan, Erik Tauvani berpesan kepada para kader untuk menjadi manusia yang peka terhadap kondisi zaman. “Pelaku dakwah harus memiliki pendekatan yang baik, maka gunakan bahasa otak dan hati sekaligus dalam menyampaikan pesan Al-qur’an”.
Senada dengan erik, Velandani Prakoso dalam materi Kepemimpinan juga berpesan kepada para peserta untuk memahami arti kepemimpinan tidak hanya sebatas definitif. “kepemimpinan itu bukan Job title, tetapi adalah lifestyle. Seorang pemimpin harus memiliki integritas, kejujuran, dan memimpin dengan hati.”
Pada materi Kemasyarakatan, Sidiq Wahyu Oktavianto berpesan, “menjadi kader muhammadiyah adalah panggilan jiwa, ketika persyarikatan memanggil tiad kata selain “SIAP” karena berjuang di Muhammadiyah selama hayat masih dikandung badan, apapun resiko harus siap dihadapi.”
Acara yang berlangsung selama dua pekan tersebut ditutup oleh Ust Zulkifli. Ia berharap kader-kader Mu’allimin nantinya tidak hanya berdiaspora di dalam negeri akan tetapi juga sampai ke luar negeri. “Insya Allah melalui program-program pengkaderan yang kita miliki, besok kader-kader Hafizh asal Mu’allimin juga akan kami kirimkan ke Australia guna melaksanakan kegiatan Mubaligh Hijrah Internasional pada bulan Ramadan yang akan datang” pungkas Wadir 3 Mu’allimin tersebut. (Fikri)