Literasi Demokrasi: E-Vote Musyran IPM SMP Mutuku
Efek demokrasi secara langsung di negara ini telah berimbas pada seluruh tatanan masyarakat, setiap pemilihan dalam skala kecil maupun besar telah menggunakan mekanisme pemilihan secara langsung untuk menghormati hak pilih rakyat maupun anggotannya. Lembaga pendidikan juga punya tradisi berdemokrasi yaitu pemilihan ketua IPM.
Pemilihan yang diselenggarakan setiap tahunnya merupakan bagian dari literasi berdemokrasi bagaimana siswa menggunakan hak pilihnya secara jujur dan adil. Siswa juga diajari bagaimana memilih calon ketua IPM yang betul-betul kapabel dan kredibel dalam menjalankan roda organisasi kesiswaan tersebut.
Tradisi pemilihan ketua IPM sudah dipersiapkan secara matang seperti di SMP Muhammadiyah 1 Kudus, penjaringan para calon ketua sudah di mulai pada awal siswa masuk kelas 7. Para calon ketua IPM juga memperkenalkan diri pada teman-temanya di dalam forum besar, demikian juga untuk pendalaman visi para calon diadakan ngobras (ngobrol Asyik bersama calon ketua IPM) yang di liput di channel youtobe sekolah.
Musyawarah di SMP Muhammadiyah 1 Kudus (Mutuku) merupakan kepoloporan, bagaimana lingkungan sekolah menjalankan hajat demokrasi dengan memanfaat media digital, termasuk pemilihan dan juga simulasinya mengguankan e-vote bercode. Siswa siswi SMP Muhammadiyah 1 Kudus menggunakan HP masing-masing untuk memilih calon ketua IPM. Sebuah pelaksanaan demokrasi yang sangat efisien nyaris tidak ada mobilisasi siswa ke tempat pemungutan suara dan juga melibatkan banyak kepanitian dalam pemilihan,
E-vote barcode Pilket IPM merupakan sebuah pembelajaran berdemokrasi modern, bagaimana memberdayakan para generasi Z dalam pemilihan ketua IPM sesuai denagn Eranya. Era gadget merupakan alat yang menjadi teman akrab para generasi Z. Sejarah Demokarasi dalam berbagai bentuknya telah melahirkan para pemimpin yang menjadi panutan warganya.
Namun demokrasi secara langsung adalah demokrasi yang realistis saat ini, sebagai imbal baliknya demokrasi secara langsung selalu mengedepankan transparansi bukan seperti memilih kucing dalam Karung. Semuanya percaya hanya dengan cara berdemokrasi secara langsung proses pembangunan peradaban akan berlangsung secara alamiah, karena secara fitrah semua manusia adalah khalifah di muka bumi ini.
Sebagai seorang khalifah tentu akan dimintai pertanggungjawabnya, maka dalam proses pemilihan ada yang memilih dan ada pula yang dipilih, siapapun pemenangnya itu merupakan amanah karena dipilih dalam proses yang transparan. Kapasitas kepemimpinan pada diri manusia adalah sebuah inspiarasi bagaimana manusia mampu membawa dirinya menjadi pribadi yang bermaslahah. Maslahah ketika dipilih menjadi pemimpin organanisasi juga maslahah ketika diminta memilih sesuai hati nuraninya. Itulah cermin seorang pemimpin sebagaimana amanah dalam kitab suci Al-Qur’an.
Dinamika dalam berdemokrasi seringkali terjadi gesekan antar pendukung untuk memperebutkan kursi kepemimpin yang terbatas. Namun seringkali gesekan itu berubah tanpa kendali hingga mengakibatkan tindakan-tindakan destruktif yang merusak nalar kemanusian. Terkadang suara bisa di beli, kadang juga di mobilisasi untuk mendukung calon tertentu dengan dalih demokrasi bisa gagal karena pemilih tidak sesuai kuorum.
Sebagai manusai yang beradab pemilihan berdemokrasi harus diselenggaran dalam konteks fair play no money politik, Demokrasi ala IPM adalah praktek berdemokrasi secara jurdil tidak ada mobilisasi, tidak ada money politik, tidak ada pengaduan sepihak atas calon tertentu karena proses pemilihan dilaksanakan para generasi yang masia belia yang masih punya fitrah sebagai manusia yaitu insan pelajar.
Tidak bisa dipungkiri gesekan yang terjadi selalu terkait denagan kepentingan ekonomi maupu status sosial golongan atau orang tertentu. Itulah yang mengakibatkan demokrasi secara langsung menjadi mahal harganya, sehingga kelompok status quo selalu mengalihkan isu tentang efek negative demokrasi secara langsung. Sehingga ujung-ujungnya sistem yang di rubah menajdi rezim monarki, oligarkhi and sebagainya yang membuat tatanan kehidupan sosial politik makin mundur.
Kesadaran Berdemokrasi
Pentingnya perhatian dari pemangku negeri ini untuk menjadi pemilihan ketua IPM sebagai bahan pendewasaan dalam berdemokrasi. Mereka semua para pelajar adalah juga calon-calon pemilih dalam pilpres, pileg dan juga pilkada pada masa yang akan datang. Di harapkan dengan model pilkada yang menggunakan e-vote bercode seperti di SMP Mutuku pihak penyelenggara pemilu bisa melaksanakan proses pemilihan secara lebih efisien. Selain itu dengan menjadikan pemilihan ketua IPM sebagai literasi berdemokrasi akan menciptakan tatanan lingkungan demokrasi yang sehat.
Demokrasi yang sehat adalah demokrasi yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi yaitu nilai-nilai kebebasan dalam memilih dan juga nilai transparansi. Sebagai warga Indonesia yang berdasarkan Pancasila, bahwa pemilihan ketua IPM juga merupan gambaran kebebasan memilih berdasarkan nilai Ketuhanan, nilai kemanusian, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan juga nilai keadilan sebagai cermin dari sila Pancasila.
Satu hal yang perlu digarisbawahi dalam setiap pemilihan ketua IPM adalah tingkat keterpilihannya yang tinggi. Hampir semua siswa ikut memilih para calon ketua IPM. Tingkat keterpilihat itu penting sebagai upaya untuk menghilangkan budaya apatisme. Karena moment berdemokrasi harus dimanfaatkan secara baik memilih sesuai hati nuraninya. Terkadang dalam proses pemilihan panitia harus ngopyaki para pemilih ikut aktif memilih bahkan para calon yang dipilih harus memobilisasi pendukungnya itulah awal dari ketidaksehatan dalam berdemokrasi.
Kalau demokrasi merupakan sebuah kesepakatan maka demokrasi harus dilandasi dengan kesadaran yang tinggi. Dari sinilah edukasi tentang demokrasi secara langsung di mulai, kesadaran seperti itu harus di pupuk sejak dini dalam sebuah lingkungan yang kondusif untuk menciptakan tatanan demokrasi yang ideal seperti lingkungan di lingkungan sekolah.
SMP Muhammadiyah 1 Kudus mengawalinya sebagai kesadaran untuk mengawal kepribadian anak didiknya sebagai manusia yang memahami arti pentingnya berdemokrasi dalam tatanan kehidupan sosial. Dengan berbagai sarana pendukungnya SMP Muhammadiyah 1 Kudus berusaha membuat sistem Musyran sesuai dengan kontek zamannya yaitu Era Digitalisasi.
Bersamaan dengan itu untuk mendukung praktek berdemokrasi juga terkait dengan pengertian dan pemahamannya yaitu terus mengupayakan literasi pustaka tentang pemahaman berdemokrasi yang melibatkan perpustakaan SMP Muhammadiyah 1 Kudus. Mana mungkin demokrasi bisa berjalan dengan baik tanpa diiringi oleh pengetahuan tentang demokrasi itu sendiri.
Demokrasi yang berkembang secara sehat akan menciptakan sumberdaya manusia yang unggul yang ujung-ujungnya akan mampu menyejahterakan seluruh warganya. Demikian juga dalam pemilihan ketua IPM, figur-figur yang baik akan ikut juga memberikan efek yang baik dalam menciptakan lingkungan sekolah yang Islami dan Berprestasi sebagaimana Visi SMP Muhammadiyah 1 Kudus.
Kesuksesan Musyrah adalah cermin bagaimana sebuah lembaga mampu menciptakan demokrasi tanpa tekanan atau pressure. Lingkungan sekolah punya potensi seperti itu, anak didik bisa juga manut sama wali kelasnya. Namun tatanan lingkungan yang membiasakan aturan tertulis dan tidak tertulis adalah bagian dari kehidupan yang baik, maka cara –cara kotor bisa di hindari. Itulah pentingnya demokrasi yang menghargai martabat manusia, hak manusia tidak boleh dihargai denagn uang, martabat manusia tidak boleh dipaksan yang berujung pada pembodohan karena manusia pada fitrahnya adalah sebaik-sebaik ciptaan Allah SWT.
Maka dari itu sangat penting dalam berdemokrasi di landasi nilai-nilai yang menjujung tinggi martabat manusia. Nilai-nilai yang ada dalam Pancasila adalah bagian dari maenghargaii martabat manusia Indonesia seutuhnya termasuk juga para pelajar calon-calon pemilih dalam pemilihan yang akan datang sehingga diharapkan dari generasi ini tatanan berdemokrasi pada masa yang akan datang makin menunjukkan kualitasnya dan juga kuantitasnya. Dengan demikian UU Pemilu di buat sebagai upaya untuk menciptakan demokrasi yang membuat martabat amnesia makin terangkat derajatnya bukan berdasarkan kepentingan sesaat.
Sistem E-Vote Bercode saat ini baru di gunakan dalam skala kecil seperti Musyran di SMP Muhammadiyah 1 Kudus, harapannya kedepan demokrasi ini makin membudaya di berbagai lingkungan masyarakat seperti pemilihan RT maupun RW juga pemilihan pengurus Komite Sekolah dan sebagainya. Diawali dari proses pemilihan yang kecil-kecil ini akan mendorong lahirnya demokrasi dari kesadaran masyarakat.
Demokrasi yang lahir dari kesadaran setidaknya akan jadi lebih baik daripada demokrasi yang diselenggarakan atas dasar keterpasakan atau demokrasi yang lahir dari pendapat yang di legitimasi lewat sistem perundang-undangan karena esensi dalam berdemokrasi adalah dari rakyat dan oleh rakyat. Akhirnya selamat Pemilihan Ketua IPM SMP Muhammadiyah 1 Kudus, Selamat memberikan sumbangsih bagi kehidupan masyarakat yang bermartabat, selamat bagi para generasi Z calon-calon pemimpin negeri pada masa yang akan datang.
Syahirul Alem, Pustakawan SMP Muhammadiyah 1 Kudus